Peringati Tragedi Tiananmen, Warga Hong Kong Nyalakan Lilin

Kamis, 04 Juni 2020 - 13:15 WIB
Warga Hong Kong di seluruh penjuru menyalakan lilin untuk memperingati Tragedi Tinanmen. Foto/New York Times
HONG KONG - Warga di seluruh Hong Kong menyalakan lilin dalam rangka memperingati aksi kekerasan yang dilakukan tentara China kepada demonstran pro demokrasi di Lapangan Tiananmen pada 1989. Ini dilakukan untuk menghindari larangan pertemuan umum di tengah pandemi virus Corona.

Selama tiga dekade peringatan tragedi Tiananmen di Hong Kong dipusatkan di Victoria Park. Namun pekan ini kepolisian Hong Kong melarang pertemuan massal karena akan mengancam kesehatan masyarakat, seiring laporan infeksi virus Corona yang ditularkan secara lokal dalam beberapa minggu.

Situasi ini mendorong panitia peringatan meminta warga Hong Kong menyalakan lilin di seluruh kota pada pukul 20.00 waktu setempat dan melakukan hening cipta selama satu menit setelahnya. Siapapun yang takut ditangkap akibat tindakan tersebut diminta untuk menandai hari itu di media sosial dengan menggunakan tagar #6431truth, merujuk pada peringatan ke-31 bersamaan dengan tanggalnya.



Seorang pelajar Hong Kong mengatakan bahwa orang tuanya tidak akan mengizinkannya menghadiri pertemuan umum, tetapi ia bermaksud untuk bergabung dengan peringatan itu secara online.

"Saya pikir kami harus memulihkan kebenaran," kata pria berusia 15 tahun itu, yang hanya menyebut nama keluarga Ho karena sensitifnya masalah ini, seperti dikutip dari Reuters, Kamis (4/6/2020).

Para pejabat Hong Kong berulang kali mengatakan larangan pertemuan lebih dari delapan orang sebagai tindakan membahayakan kesehatan masyarakat tanpa motivasi politik. Polisi Hong Kong pun mendesak orang-orang dalam sebuah postingan di Facebook untuk tidak berpartisipasi dalam pertemuan yang dilarang untuk "melawan" virus Corona.

Namun, beberapa orang mengatakan bahwa mereka berniat untuk pergi ke Victoria Park, sebagai sukarelawan membagikan lilin putih kepada orang-orang.

"Ketika pihak berwenang ingin menekan kami, ada lebih banyak alasan untuk berbicara," kata Malissa Chan (26).

Dengan langkah-langkah jarak sosial yang memungkinkan untuk pertemuan keagamaan dalam kondisi tertentu, beberapa orang lainnya berencana untuk menghadiri gereja dan kuil. Penduduk Hong Kong juga diharapkan untuk meletakkan bunga di sepanjang kawasan pejalan kaki di tepi laut, sementara beberapa seniman berencana untuk mengadakan pertunjukan teater jalanan singkat.

China tidak pernah memberikan laporan lengkap tentang aksi kekerasan pada tahun 1989 itu. Jumlah korban tewas yang diberikan oleh para pejabat beberapa hari kemudian adalah sekitar 300, kebanyakan dari mereka adalah tentara. Namun kelompok-kelompok hak asasi manusia dan saksi mata mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai ribuan.

Tragedi Tiananmen secara resmi tidak diperingati di China, di mana topik ini sangat tabu dan diskusi apa pun sangat disensor.

Di Ibu Kota China, keamanan di sekitar Lapangan Tiananmen, objek wisata populer di jantung kota, tampaknya diperketat, dengan lebih banyak polisi terlihat daripada pada hari-hari biasa.

Uni Eropa pada hari Rabu mendesak China untuk mengizinkan orang-orang di Hong Kong dan Makau, kota semi-otonom lainnya, untuk memperingati tragedi tersebut, dengan mengatakan itu akan menjadi sinyal bahwa kebebasan terus dilindungi.

Sementara Taiwan meminta China untuk meminta maaf, sebuah seruan yang langsung ditolak oleh Kementerian Luar Negeri China sebagai "omong kosong." (Baca: Taiwan Desak China Minta Maaf atas Pembantaian Lapangan Tiananmen )

“Di China, setiap tahun hanya memiliki 364 hari; suatu hari dilupakan,” kata Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menulis di halaman Facebook-nya.

"Saya berharap bahwa di setiap sudut bumi tidak akan ada hari yang hilang lagi. Dan saya berharap Hong Kong baik-baik saja," imbuhnya.

Sedangkan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa mereka berduka atas para korban.

"Kami mendukung rakyat China yang terus bercita-cita untuk pemerintah yang melindungi hak asasi manusia, kebebasan mendasar, dan martabat dasar manusia," kata Departemen Luar Negeri AS.
(ber)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More