Mengenal Mustafa Kemal Ataturk yang Berpotensi Jadi Nama Jalan di Jakarta

Senin, 18 Oktober 2021 - 11:23 WIB
Seorang wanita mebawa bendera Turki dengan gambar Mustafa Kemal Ataturk dalam demo anti-pemerintah di Taksim Square, 7 Juni 2013. Foto/REUTERS/Yannis Behrakis
JAKARTA - Mustafa Kemal Atatürk atau Gazi Mustafa Kemal Pasha adalah Bapak Turki modern yang juga presiden pertama negara itu. Sosoknya ramai jadi perbincangan publik Indonesia karena berpotensi jadi nama jalan di Jakarta hasil kerjasama kedua pemerintah.

Hasil kerjasama itu salah satunya memberikan nama jalan di depan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Ankara dengan nama Bapak Proklamasi RI, Soekarno atau Sukarno.



Sebagai timbal balik, nama tokoh nasional Turki akan menjadi nama jalan di Jakarta. Nama tokoh itu belum secara resmi diputuskan oleh pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan, namun nama Ataturk telah ramai diperbincangkan di Jakarta.



"Sebagai simbol kedekatan kedua bangsa yang sudah dimulai sejak abad ke-15, Pemerintah Turki setuju memenuhi permintaan Indonesia untuk memberikan nama jalan di depan KBRI Ankara dengan nama Bapak Proklamasi kita, Ahmet Sukarno (nama yang dikenal di Turki)," kata Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal, dalam pesan singkat yang diterima SINDOnews.com, Minggu (17/10/2021) malam.

"Sesuai tata krama diplomatik, kita akan memberikan nama jalan di Jakarta dengan nama jalan Bapak Bangsa Turki. Yang akan menentukan nama jalannya bukan Pemerintah Indonesia dan juga bukan Pemerintah DKI. Pemerintah Turki yang akan menentukan nama jalan tersebut nanti. Kita masih menunggu usulan resmi nama jalan tersebut. Apapun nama jalan itu nanti, pasti itu mewakili harapan pemimpin dan rakyat Turki," lanjut diplomat Indonesia itu.

Seorang tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) memprotes wacana Kemal Ataturk dijadikan nama jalan di Jakarta. Alasannya, sepak terjang kepemimpinan tokoh itu dianggap bertentangan dengan ajaran Islam dan Alquran.

Kemal Ataturk tak hanya dikenal sebagai pendiri Turki modern dan presiden pertama tahun 1923, dia juga dikenal sebagai komandan lapangan, negarawan revolusioner dan penulis.

Dia menjabat sebagai presiden hingga kematiannya pada tahun 1938.

Dia melakukan reformasi progresif yang menyeluruh, yang memodernisasi Turki menjadi negara industri sekuler.

Secara ideologis seorang sekularis dan nasionalis, kebijakan dan teorinya dikenal sebagai Kemalisme. Karena prestasi militer dan politiknya, Atatürk dianggap sebagai salah satu pemimpin politik terpenting abad ke-20.

Atatürk menjadi terkenal karena perannya dalam mengamankan kemenangan Turki Utsmaniyah dalam Pertempuran Gallipoli (1915) selama Perang Dunia I.

Menyusul kekalahan dan pembubaran Kekaisaran Ottoman, dia memimpin Gerakan Nasional Turki, yang menentang pembagian daratan Turki di antara kekuatan Sekutu yang menang.



Mendirikan pemerintahan sementara di ibu kota Turki saat ini, Ankara (dikenal dalam bahasa Inggris pada saat itu sebagai Angora), ia mengalahkan pasukan yang dikirim oleh Sekutu, sehingga muncul sebagai pemenang dari apa yang kemudian disebut sebagai Perang Kemerdekaan Turki.

Dia kemudian melanjutkan untuk menghapus Kekaisaran Ottoman yang bobrok dan memproklamirkan berdirinya Republik Turki sebagai gantinya.

Sebagai presiden Republik Turki yang baru dibentuk, Atatürk memprakarsai program ketat reformasi politik, ekonomi, dan budaya dengan tujuan akhir membangun negara-bangsa modern, progresif, dan sekuler. Dia membuat pendidikan dasar gratis dan wajib, membuka ribuan sekolah baru di seluruh negeri. Dia juga memperkenalkan alfabet Turki berbasis Latin, menggantikan alfabet Turki Ottoman yang lama.

Di eranya, perempuan Turki menerima hak sipil dan politik yang sama. Secara khusus, perempuan diberikan hak pilih dalam pemilihan kepala daerah melalui UU Nomor 1580 pada 3 April 1930 dan beberapa tahun kemudian, pada 1934, kaum perempuan diberikan hak pilih universal penuh.

Pemerintahannya melakukan kebijakan Turkifikasi, berusaha menciptakan bangsa yang homogen dan bersatu. Di bawah Atatürk, minoritas non-Turki ditekan untuk berbicara bahasa Turki di depan umum dan nama belakang minoritas harus diubah menjadi terjemahan Turki.

Parlemen Turki memberinya nama keluarga Atatürk pada tahun 1934, yang berarti "Bapak Turki", sebagai pengakuan atas perannya dalam membangun Republik Turki modern. Dia meninggal pada 10 November 1938 di Istana Dolmabahçe di Istanbul, pada usia 57 tahun.

Dia digantikan sebagai Presiden oleh Perdana Menteri Ismet Inönü dan dihormati dengan pemakaman kenegaraan. Makam ikoniknya di Ankara, dibangun dan dibuka pada tahun 1953, dikelilingi oleh taman yang disebut Taman Perdamaian untuk menghormati ungkapannya yang terkenal "Damai di Rumah, Damai di Dunia".

Pada tahun 1981, seratus tahun kelahiran Atatürk, ingatannya dihormati oleh PBB dan UNESCO, yang mendeklarasikannya sebagai Tahun Atatürk di Dunia dan mengadopsi Resolusi Seratus Tahun Atatürk.

PBB menggambarkannya sebagai "pemimpin perjuangan pertama melawan kolonialisme dan imperialisme" dan "pendorong yang luar biasa dari rasa saling pengertian antara orang-orang dan perdamaian yang bertahan lama antara bangsa-bangsa di dunia dan bahwa ia bekerja sepanjang hidupnya untuk pengembangan harmoni dan kerja sama antara orang-orang tanpa perbedaan.

Selama berkuasa, sekularisme dan nasionalisme Kemal Ataturk semakin menjadi-jadi. Dia pernah memerintahkan penggunaan bahasa Turki dalam berbagai aspek kehidupan dan agama, termasuk azan. Hal yang berlebihan ini yang tidak disukai komunitas muslim di di luar Turki.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More