Ternyata Cuma Mitos Sunat Cegah Penyakit Seksual
Kamis, 14 Oktober 2021 - 18:14 WIB
KOPENHAGEN - Sebuah studi komprehensif di Denmark mementahkan mitos tentang sunat dapat mencegah penyakit seksual yang telah meluas. Studi Denmark tentang infeksi menular seksual itu didasarkan pada 800.000 pria dan berlangsung hampir empat dekade.
Sementara jutaan bayi dan anak-anak disunat di berbagai belahan dunia dengan harapan dapat mengurangi risiko tertular HIV dan penyakit menular seksual lainnya, penelitian inovatif dari Danish State Serum Institute (SSI) menemukan bahwa kepercayaan tersebut tidak benar.
Penelitian SSI menemukan bahwa tidak melihat jika pria yang disunat mempunyai kemungkinan lebih besar atau lebih kecil dari infeksi HIV, tetapi berisiko lebih tinggi tertular penyakit seksual menular lainnya. Penelitian itu berdasarkan data dari lebih dari 800.000 pria Denmark yang lahir antara tahun 1977 dan 2003.
“Kami mencatat 53 persen peningkatan risiko bagi orang yang disunat untuk tertular PMS, dan risiko itu terutama meningkat dalam kaitannya dengan kutil kelamin dan sifilis,” kata Morten Frisch, penulis penelitian, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (14/10/2021).
Latar belakang studi Denmark adalah perkembangan sunat di Afrika saat ini. Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Kenya, Uganda dan Afrika Selatan (Afsel) menunjukkan pengurangan risiko relatif HIV di antara laki-laki dewasa muda yang disunat sebesar 50%. Ini membuat jutaan remaja laki-laki di Afrika telah disunat secara non-ritual dalam beberapa dekade terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak negara Afrika telah memperluas program sunat mereka dengan memasukkan bayi dan anak laki-laki.
“Asumsinya adalah bahwa jika sunat di masa dewasa mengurangi risiko seorang pria terkena HIV dan PMS lainnya, itu mungkin juga terkait dengan sunat di awal kehidupan. Masalahnya anggapan itu tidak pernah terbukti secara ilmiah,” terang Frisch.
Studi Denmark yang baru sejalan dengan studi internasional. Sebelumnya, hanya dua studi kelompok yang lebih kecil dalam literatur penelitian, keduanya dari Selandia Baru, telah menyelidiki pentingnya sunat pada anak laki-laki dan gagal untuk meyakinkan menyarankan bahwa sunat pada anak laki-laki melindungi diri terhadap HIV atau penyakit menular seksual lainnya.
Sebuah studi kelompok berbasis registrasi dari Kanada, yang baru saja diterbitkan dalam Journal of Urology, juga tidak menemukan efek perlindungan dari sunat pada anak laki-laki terhadap HIV.
Sementara jutaan bayi dan anak-anak disunat di berbagai belahan dunia dengan harapan dapat mengurangi risiko tertular HIV dan penyakit menular seksual lainnya, penelitian inovatif dari Danish State Serum Institute (SSI) menemukan bahwa kepercayaan tersebut tidak benar.
Penelitian SSI menemukan bahwa tidak melihat jika pria yang disunat mempunyai kemungkinan lebih besar atau lebih kecil dari infeksi HIV, tetapi berisiko lebih tinggi tertular penyakit seksual menular lainnya. Penelitian itu berdasarkan data dari lebih dari 800.000 pria Denmark yang lahir antara tahun 1977 dan 2003.
“Kami mencatat 53 persen peningkatan risiko bagi orang yang disunat untuk tertular PMS, dan risiko itu terutama meningkat dalam kaitannya dengan kutil kelamin dan sifilis,” kata Morten Frisch, penulis penelitian, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (14/10/2021).
Latar belakang studi Denmark adalah perkembangan sunat di Afrika saat ini. Berdasarkan penelitian sebelumnya dari Kenya, Uganda dan Afrika Selatan (Afsel) menunjukkan pengurangan risiko relatif HIV di antara laki-laki dewasa muda yang disunat sebesar 50%. Ini membuat jutaan remaja laki-laki di Afrika telah disunat secara non-ritual dalam beberapa dekade terakhir. Dalam beberapa tahun terakhir, lebih banyak negara Afrika telah memperluas program sunat mereka dengan memasukkan bayi dan anak laki-laki.
“Asumsinya adalah bahwa jika sunat di masa dewasa mengurangi risiko seorang pria terkena HIV dan PMS lainnya, itu mungkin juga terkait dengan sunat di awal kehidupan. Masalahnya anggapan itu tidak pernah terbukti secara ilmiah,” terang Frisch.
Studi Denmark yang baru sejalan dengan studi internasional. Sebelumnya, hanya dua studi kelompok yang lebih kecil dalam literatur penelitian, keduanya dari Selandia Baru, telah menyelidiki pentingnya sunat pada anak laki-laki dan gagal untuk meyakinkan menyarankan bahwa sunat pada anak laki-laki melindungi diri terhadap HIV atau penyakit menular seksual lainnya.
Sebuah studi kelompok berbasis registrasi dari Kanada, yang baru saja diterbitkan dalam Journal of Urology, juga tidak menemukan efek perlindungan dari sunat pada anak laki-laki terhadap HIV.
(ian)
tulis komentar anda