USS Renville, Veteran Tiga Perang yang Berakhir di Galangan Penghancur Kapal
Minggu, 10 Oktober 2021 - 00:30 WIB
SAN DIEGO - Nama USS Renville memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia, terutama bagi para pemerhati sejarah. Dalam buku-buku pelajaran sejarah di Indonesia, nama kapal perang milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) ini juga acap kali dicantumkan. Hal ini tak lepas dari peran USS Renville dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Salah satu tahapan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah tercapainya perjanjian gencatan senjata Indonesia-Belanda yang ditandatangani di atas kapal USS Renville pada 8 Desember 1947. Kala itu, USS Renville berlabuh di Teluk Jakarta. Karena perundingan berlangsung di atas USS Renville, perjanjian itu pun akhirnya disebut sebagai Perjanjian Renville. Sesungguhnya, perjanjian itu sendiri merugikan pihak Indonesia.
Seperti dikutip dari History Navy, USS Renville tercatat mengabdi pada militer AS selama 32 tahun, di kurun 1944-1976. Kapal ini diluncurkan dari galangan kapal Kaiser di Vancouver, Washington pada 25 Oktober 1944. Kapten William W. Ball ditunjuk sebagai komandan kapal tersebut.
Selanjutnya pada Januari 1945, USS Renville mulai terlibat dalam Perang Dunia II. Kapal itu berlayar ke Guadalcanal, Kepulauan Solomon. Pada bulan Maret USS Renville mengangkut 1.620 pasukan AS yang siap tempur untuk menginvasi Okinawa.
Selama sisa Perang Dunia II di kawasan Pasifik, USS Renville mengangkut pasukan dan perbekalan antara berbagai Kepulauan Pasifik dan AS. Pada bulan September, USS Renville membawa 1.436 tawanan perang Sekutu dari Jepang ke Manila. Lalu pada tahun 1946, kapal tersebut mengembalikan pasukan tambahan ke AS dan kemudian beroperasi di sepanjang pantai Pasifik.
Baca Juga: Horor Takokak 1948: Sejarah yang Terlupakan
Pada Desember 1947, USS Renville diperintahkan berlayar ke Jakarta dan menjadi kapal markas besar untuk Komisi Gencatan Senjata PBB yang merundingkan persyaratan penyelesaian antara pasukan militer Belanda dan kaum nasionalis Indonesia.
Setelah terlibat dalam tiga perang, yakni Perang Pasifik, Perang Korea, Perang Vietnam, USS Renville dikeluarkan dari Daftar Kapal Angkatan Laut AS pada 1 September 1976 dan dibuang oleh Maritime Administration (MARAD) pada 19 Februari 1982. Selanjutnya, MARAD mengadakan perjanjian dengan Farrell Lines Inc., dan C.W. Enterprises and Investments Inc.
“C.W. Enterprise and Investments terdengar seperti seorang pialang, yang pada gilirannya akan menjual kapal-kapal tersebut sebagai barang bekas kepada penawar tertinggi di Taiwan atau Korea Selatan. Saya yakin bahwa USS Renville, bersama dengan tiga kapal lainnya, dibuang di Taiwan atau Korea Selatan,” bunyi surat dari Shawn Ireland, Ship Disposal Program MARAD, tertanggal 19 Maret 2007.
Pada 23 April 1982, USS Renville diyakini melakukan pelayaran terakhirnya ke galangan penghancur kapal. USS Renville menerima satu bintang pertempuran untuk layanan Perang Dunia II, dua bintang untuk Perang Korea, dan empat bintang untuk Perang Vietnam.
Lihat Juga: Profil Susie Wiles, Manajer Kampanye Trump, Wanita Pertama yang Jadi Kepala Staf Gedung Putih
Salah satu tahapan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah tercapainya perjanjian gencatan senjata Indonesia-Belanda yang ditandatangani di atas kapal USS Renville pada 8 Desember 1947. Kala itu, USS Renville berlabuh di Teluk Jakarta. Karena perundingan berlangsung di atas USS Renville, perjanjian itu pun akhirnya disebut sebagai Perjanjian Renville. Sesungguhnya, perjanjian itu sendiri merugikan pihak Indonesia.
Seperti dikutip dari History Navy, USS Renville tercatat mengabdi pada militer AS selama 32 tahun, di kurun 1944-1976. Kapal ini diluncurkan dari galangan kapal Kaiser di Vancouver, Washington pada 25 Oktober 1944. Kapten William W. Ball ditunjuk sebagai komandan kapal tersebut.
Selanjutnya pada Januari 1945, USS Renville mulai terlibat dalam Perang Dunia II. Kapal itu berlayar ke Guadalcanal, Kepulauan Solomon. Pada bulan Maret USS Renville mengangkut 1.620 pasukan AS yang siap tempur untuk menginvasi Okinawa.
Selama sisa Perang Dunia II di kawasan Pasifik, USS Renville mengangkut pasukan dan perbekalan antara berbagai Kepulauan Pasifik dan AS. Pada bulan September, USS Renville membawa 1.436 tawanan perang Sekutu dari Jepang ke Manila. Lalu pada tahun 1946, kapal tersebut mengembalikan pasukan tambahan ke AS dan kemudian beroperasi di sepanjang pantai Pasifik.
Baca Juga: Horor Takokak 1948: Sejarah yang Terlupakan
Pada Desember 1947, USS Renville diperintahkan berlayar ke Jakarta dan menjadi kapal markas besar untuk Komisi Gencatan Senjata PBB yang merundingkan persyaratan penyelesaian antara pasukan militer Belanda dan kaum nasionalis Indonesia.
Setelah terlibat dalam tiga perang, yakni Perang Pasifik, Perang Korea, Perang Vietnam, USS Renville dikeluarkan dari Daftar Kapal Angkatan Laut AS pada 1 September 1976 dan dibuang oleh Maritime Administration (MARAD) pada 19 Februari 1982. Selanjutnya, MARAD mengadakan perjanjian dengan Farrell Lines Inc., dan C.W. Enterprises and Investments Inc.
“C.W. Enterprise and Investments terdengar seperti seorang pialang, yang pada gilirannya akan menjual kapal-kapal tersebut sebagai barang bekas kepada penawar tertinggi di Taiwan atau Korea Selatan. Saya yakin bahwa USS Renville, bersama dengan tiga kapal lainnya, dibuang di Taiwan atau Korea Selatan,” bunyi surat dari Shawn Ireland, Ship Disposal Program MARAD, tertanggal 19 Maret 2007.
Pada 23 April 1982, USS Renville diyakini melakukan pelayaran terakhirnya ke galangan penghancur kapal. USS Renville menerima satu bintang pertempuran untuk layanan Perang Dunia II, dua bintang untuk Perang Korea, dan empat bintang untuk Perang Vietnam.
Lihat Juga: Profil Susie Wiles, Manajer Kampanye Trump, Wanita Pertama yang Jadi Kepala Staf Gedung Putih
(esn)
tulis komentar anda