Sambut Hari Nasional, China Kerahkan 25 Jet Tempur ke Zona Pertahanan Taiwan
Jum'at, 01 Oktober 2021 - 22:27 WIB
TAIPEI - Angkatan Udara Taiwan kerahkan pesawat pada Jumat (1/10/2021) untuk memperingatkan 25 pesawat China yang memasuki zona pertahanan udaranya.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Pertahanan Taiwan di Taipei, pada hari yang sama ketika China menandai hari nasional berdirinya Republik Rakyat China.
Taiwan yang diklaim China telah mengeluh selama satu tahun atau lebih tentang misi berulang oleh Angkatan Udara China di dekat pulau Taiwan.
Aksi China itu seringkali terjadi di bagian barat daya zona pertahanan udara Taiwan dekat dengan Kepulauan Pratas yang dikuasai Taipei.
“Misi terbaru China melibatkan 18 pesawat tempur J-16 dan empat Su-30 ditambah dua pesawat pengebom H-6 berkemampuan nuklir dan satu pesawat anti-kapal selam,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan.
Taiwan mengirim pesawat tempur untuk memperingatkan pesawat China, sementara sistem rudal dikerahkan untuk memantau mereka.
Pesawat China semuanya terbang di daerah yang dekat dengan Pratas, dengan dua pembom terbang paling dekat dengan atol, menurut peta yang dikeluarkan Taiwan.
Tidak ada komentar langsung dari China. Serangan terbesar hingga saat ini terjadi pada Juni, yang melibatkan 28 pesawat Angkatan Udara China.
Misi terbaru China datang kurang dari sehari setelah pemerintahnya meluncurkan serangan hinaan terhadap menteri luar negeri (menlu) Taiwan.
China membangkitkan kata-kata pemimpin revolusioner Mao Zedong untuk mencela menlu Taiwan sebagai lalat "berteriak" atas upayanya mempromosikan Taiwan secara internasional.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu adalah pembicara bahasa Inggris yang fasih. Dia pendukung yang blak-blakan dari upaya Taiwan melawan tekanan China dan secara teratur muncul di berbagai lembaga think-tank dan panel lainnya.
Dalam kecaman panjang terhadap Wu pada Kamis malam, Kantor Urusan Taiwan China mengatakan Joseph Wu adalah pendukung "keras kepala" kemerdekaan Taiwan yang menjajakan kebohongan bahwa Taiwan adalah negara berdaulat.
Kecaman itu mengutip satu puisi yang ditulis Mao pada 1963, The River All Red, yang merupakan kecaman pada Uni Soviet dan Amerika Serikat.
"Semua bentuk komentar tentang kemerdekaan Taiwan hanyalah lalat 'bersenandung, dengan ledakan melengking dan isak tangis,'" ungkap Kantor Urusan Taiwan China.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan serangan itu "tidak layak" untuk dikomentari.
Namun, Dewan Urusan Daratan Taiwan, yang menyusun kebijakan tentang China, mengecamnya sebagai "fitnah dan pelecehan".
"Kekerasan verbal semacam ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya di komunitas internasional, hanya menyoroti pelanggaran aturan badan terkait Taiwan di sisi lain Selat Taiwan dan seberapa jauhnya dari masyarakat beradab," tegas Taiwan.
China telah meningkatkan tekanan militer dan politik untuk memaksa Taiwan menerima kedaulatan China.
Taiwan mengatakan mereka adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.
Pernyataan itu diungkapkan Kementerian Pertahanan Taiwan di Taipei, pada hari yang sama ketika China menandai hari nasional berdirinya Republik Rakyat China.
Taiwan yang diklaim China telah mengeluh selama satu tahun atau lebih tentang misi berulang oleh Angkatan Udara China di dekat pulau Taiwan.
Aksi China itu seringkali terjadi di bagian barat daya zona pertahanan udara Taiwan dekat dengan Kepulauan Pratas yang dikuasai Taipei.
“Misi terbaru China melibatkan 18 pesawat tempur J-16 dan empat Su-30 ditambah dua pesawat pengebom H-6 berkemampuan nuklir dan satu pesawat anti-kapal selam,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan.
Taiwan mengirim pesawat tempur untuk memperingatkan pesawat China, sementara sistem rudal dikerahkan untuk memantau mereka.
Pesawat China semuanya terbang di daerah yang dekat dengan Pratas, dengan dua pembom terbang paling dekat dengan atol, menurut peta yang dikeluarkan Taiwan.
Tidak ada komentar langsung dari China. Serangan terbesar hingga saat ini terjadi pada Juni, yang melibatkan 28 pesawat Angkatan Udara China.
Misi terbaru China datang kurang dari sehari setelah pemerintahnya meluncurkan serangan hinaan terhadap menteri luar negeri (menlu) Taiwan.
China membangkitkan kata-kata pemimpin revolusioner Mao Zedong untuk mencela menlu Taiwan sebagai lalat "berteriak" atas upayanya mempromosikan Taiwan secara internasional.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu adalah pembicara bahasa Inggris yang fasih. Dia pendukung yang blak-blakan dari upaya Taiwan melawan tekanan China dan secara teratur muncul di berbagai lembaga think-tank dan panel lainnya.
Dalam kecaman panjang terhadap Wu pada Kamis malam, Kantor Urusan Taiwan China mengatakan Joseph Wu adalah pendukung "keras kepala" kemerdekaan Taiwan yang menjajakan kebohongan bahwa Taiwan adalah negara berdaulat.
Kecaman itu mengutip satu puisi yang ditulis Mao pada 1963, The River All Red, yang merupakan kecaman pada Uni Soviet dan Amerika Serikat.
"Semua bentuk komentar tentang kemerdekaan Taiwan hanyalah lalat 'bersenandung, dengan ledakan melengking dan isak tangis,'" ungkap Kantor Urusan Taiwan China.
Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan serangan itu "tidak layak" untuk dikomentari.
Namun, Dewan Urusan Daratan Taiwan, yang menyusun kebijakan tentang China, mengecamnya sebagai "fitnah dan pelecehan".
"Kekerasan verbal semacam ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya di komunitas internasional, hanya menyoroti pelanggaran aturan badan terkait Taiwan di sisi lain Selat Taiwan dan seberapa jauhnya dari masyarakat beradab," tegas Taiwan.
China telah meningkatkan tekanan militer dan politik untuk memaksa Taiwan menerima kedaulatan China.
Taiwan mengatakan mereka adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.
(sya)
tulis komentar anda