Pasukan Khusus Taliban 'Badri 313': Pakai Nama Perang Nabi Muhammad, Senjatanya Buatan AS
Jum'at, 10 September 2021 - 16:29 WIB
Seorang pembom bunuh diri terlatih dari brigade "Badri 313" mengaku pernah diperintahkan untuk menyerang Kedutaan Besar Jerman di kota utara Mazar-e-Sharif pada akhir 2016 ketika usianya saat itu baru 17 tahun. Namun, dia saat itu pingsan dan tidak bisa melakukannya.
Ada juga personel di tim penyerang yang mengaku telah membunuh sekitar enam orang dan melukai lebih dari 100 orang. Dia mengatakan pernah dilatih di dekat perbatasan Pakistan. Minggu-minggu pertama melibatkan ajaran Islam yang berat, diikuti dengan senjata dan latihan fisik.
Nama pasukan khusus yang beroperasi dari bekas gedung TK di Kabul itu diambil dari nama Perang Badar sekitar 1.400 tahun yang lalu sebagai bentuk penghormatan. Menurut mereka, 313 orang tentara Nabi Muhammad mencatatkan kemenangan militer melawan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar dalam Perang Badar.
Pasukan khusus itu juga dilaporkan terkait erat dengan Jaringan Haqqani, yang bersekutu dengan al-Qaeda. Terlebih lagi, Jaringan Haqqani telah lama mendukung kemenangan “Tentara Badri”, menunjukkan bahwa semuanya sama.
Diperkirakan jumlah anggota pasukan khusus itu mencapai ratusan orang, dari milisi yang sangat terlatih hingga ahli dalam pertempuran.
Menurut Badry, ada sekitar 300 anggota berada di dalam dan sekitar Kabul. “Sekolah kami dipenuhi para petempur,” kata Abdul Latif Amari, komandan muda brigade "313 Badri".
Orang-orang di pasukan khusus itu memberi tahu bahwa usia rata-rata tentara "Badri 313" adalah antara 25 hingga 30 tahun, dan para pelaku bom bunuh diri adalah biasanya berusia sekitar 20 tahun ke atas.
Memang, misi bunuh diri selama dekade terakhir menjadi inti dari strategi kelompok pemberontak Taliban saat itu untuk menanamkan rasa takut dan akhirnya menguasai negara. Meledakkan diri hingga berkeping-keping atas nama kemartiran dipandang sebagai tindakan yang dihormati. Bahkan putra Pemimpin Tertinggi Imarah Islam Afghanistan yang baru, Haibatullah Akhundzada, dilaporkan telah menjadi pelaku bom bunuh diri.
Serangan bom bunuh diri menjadi hal biasa setelah penarikan misi NATO yang pertama pada akhir tahun 2014. Pembantaian dengan cara seperti itu—yang terutama menargetkan pasukan keamanan Afghanistan—tidak henti-hentinya. Taliban telah mengeklaim bertanggung jawab atau dicurigai mendalangi serangan dalam beberapa tahun terakhir di mana-mana mulai dari kantor polisi hingga lingkungan Muslim Syiah pada jam-jam sibuk di Kabul, hingga di luar kantor pemilu Afghanistan dan yang terbaru di luar kediaman Menteri Pertahanan Bismillah Khan Mohammadi yang menewaskan delapan orang. Serangan itu hanya dua belas hari sebelum mereka mengambil alih ibu kota.
Setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban bulan lalu, Taliban sesumbar bahwa brigade "Badri 313" dengan cepat mengamankan istana presiden dan kemudian mengambil alih bandara Kabul di tengah hiruk pikuk evakuasi tentara dan warga AS.
Ada juga personel di tim penyerang yang mengaku telah membunuh sekitar enam orang dan melukai lebih dari 100 orang. Dia mengatakan pernah dilatih di dekat perbatasan Pakistan. Minggu-minggu pertama melibatkan ajaran Islam yang berat, diikuti dengan senjata dan latihan fisik.
Nama pasukan khusus yang beroperasi dari bekas gedung TK di Kabul itu diambil dari nama Perang Badar sekitar 1.400 tahun yang lalu sebagai bentuk penghormatan. Menurut mereka, 313 orang tentara Nabi Muhammad mencatatkan kemenangan militer melawan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar dalam Perang Badar.
Pasukan khusus itu juga dilaporkan terkait erat dengan Jaringan Haqqani, yang bersekutu dengan al-Qaeda. Terlebih lagi, Jaringan Haqqani telah lama mendukung kemenangan “Tentara Badri”, menunjukkan bahwa semuanya sama.
Diperkirakan jumlah anggota pasukan khusus itu mencapai ratusan orang, dari milisi yang sangat terlatih hingga ahli dalam pertempuran.
Menurut Badry, ada sekitar 300 anggota berada di dalam dan sekitar Kabul. “Sekolah kami dipenuhi para petempur,” kata Abdul Latif Amari, komandan muda brigade "313 Badri".
Orang-orang di pasukan khusus itu memberi tahu bahwa usia rata-rata tentara "Badri 313" adalah antara 25 hingga 30 tahun, dan para pelaku bom bunuh diri adalah biasanya berusia sekitar 20 tahun ke atas.
Memang, misi bunuh diri selama dekade terakhir menjadi inti dari strategi kelompok pemberontak Taliban saat itu untuk menanamkan rasa takut dan akhirnya menguasai negara. Meledakkan diri hingga berkeping-keping atas nama kemartiran dipandang sebagai tindakan yang dihormati. Bahkan putra Pemimpin Tertinggi Imarah Islam Afghanistan yang baru, Haibatullah Akhundzada, dilaporkan telah menjadi pelaku bom bunuh diri.
Serangan bom bunuh diri menjadi hal biasa setelah penarikan misi NATO yang pertama pada akhir tahun 2014. Pembantaian dengan cara seperti itu—yang terutama menargetkan pasukan keamanan Afghanistan—tidak henti-hentinya. Taliban telah mengeklaim bertanggung jawab atau dicurigai mendalangi serangan dalam beberapa tahun terakhir di mana-mana mulai dari kantor polisi hingga lingkungan Muslim Syiah pada jam-jam sibuk di Kabul, hingga di luar kantor pemilu Afghanistan dan yang terbaru di luar kediaman Menteri Pertahanan Bismillah Khan Mohammadi yang menewaskan delapan orang. Serangan itu hanya dua belas hari sebelum mereka mengambil alih ibu kota.
Setelah Kabul jatuh ke tangan Taliban bulan lalu, Taliban sesumbar bahwa brigade "Badri 313" dengan cepat mengamankan istana presiden dan kemudian mengambil alih bandara Kabul di tengah hiruk pikuk evakuasi tentara dan warga AS.
tulis komentar anda