Taliban Peringatkan 'Konsekuensi' jika Amerika Serikat Perpanjang Evakuasi

Selasa, 24 Agustus 2021 - 05:01 WIB
Pasukan marinir AS menggendong bayi saat menunggu ibunya selama evakuasi di Bandara Internasional Hamid Karzai. Foto/REUTERS
KABUL - Taliban memperingatkan akan ada "konsekuensi" jika Amerika Serikat (AS) dan sekutunya memperpanjang kehadiran mereka di Afghanistan melampaui pekan depan.

Saat ini kekacauan terus terjadi di bandara Kabul dengan ribuan orang menunggu untuk diterbangkan keluar dari Afghanistan.

Pengambilalihan Taliban atas Afghanistan akhir pekan lalu mengejutkan negara-negara Barat, terjadi hanya dua pekan sebelum batas waktu 31 Agustus bagi semua pasukan asing ditarik sepenuhnya dari negara itu.





Untuk mengelola pengangkutan udara warga asing dan Afghanistan yang kacau balau, ribuan tentara telah dikirim kembali ke Afghanistan, dengan tekanan yang meningkat di Washington untuk memperpanjang tenggat waktu.



Puluhan ribu orang menunggu diterbangkan keluar dari negara itu karena banyak di antaranya takut akan pembalasan Taliban karena bekerja dengan negara-negara Barat.



Namun Taliban yang sejauh ini berusaha memberikan nada yang lebih moderat, tidak menunjukkan kesediaan berkompromi dengan penarikan pasukan AS.

“Jika AS atau Inggris mencari waktu tambahan untuk melanjutkan evakuasi, jawabannya tidak. Atau akan ada konsekuensinya," ujar juru bicara Taliban Suhail Shaheen kepada Sky News pada Senin (23/8).

“Tinggal di luar tenggat waktu yang disepakati akan memperpanjang pendudukan," papar Shaheen.

Sementara itu, dua sumber Taliban mengatakan kepada AFP bahwa kelompok itu tidak akan mengumumkan susunan pemerintahan atau kabinetnya sampai tentara AS terakhir meninggalkan Afghanistan.

Terburu-buru untuk meninggalkan Kabul telah memicu adegan mengerikan dan menewaskan delapan orang, beberapa orang tewas tertindih saat desak-desakan, sementara dua orang tewas setelah jatuh dari pesawat yang lepas landas.

Satu warga Afghanistan tewas dan tiga orang lainnya cedera dalam baku tembak fajar pada Senin (23/8) yang menurut militer Jerman meletus antara penjaga Afghanistan dan penyerang tak dikenal.

“Pasukan Jerman dan Amerika terlibat dalam baku tembak lebih lanjut," ungkap pernyataan militer Jerman.

Taliban terkenal dengan interpretasi ultra-ketat atas hukum syariah selama pemerintahan awal 1996-2001 mereka. Taliban telah berulang kali bersumpah untuk lebih moderat kali ini.

Presiden AS Joe Biden bersikeras ingin mengakhiri kehadiran militer AS dan pengangkutan udara pada 31 Agustus.

Tetapi dengan Uni Eropa (UE) dan Inggris mengatakan tidak mungkin mengeluarkan semua orang pada tanggal tersebut, Biden berada dalam tekanan untuk memperpanjang tenggat waktu.

Berbicara di Gedung Putih pada Minggu, Biden mengatakan pembicaraan sedang berlangsung untuk mengeksplorasi kemungkinan perpanjangan tenggat waktu.

Dia juga mengakui adegan tragis di bandara, termasuk bayi dan anak-anak yang diserahkan kepada tentara melalui pagar kawat berduri dan orang-orang bergelantungan di bagian luar pesawat yang akan berangkat.

Tapi dia bilang itu bagian dari biaya keberangkatan. "Tidak ada cara untuk mengevakuasi banyak orang ini tanpa rasa sakit dan kehilangan dan gambar memilukan yang Anda lihat," ujar dia.

Di jalan-jalan ibu kota, Taliban telah memberlakukan semacam ketenangan, dengan angkatan bersenjata mereka berpatroli di jalan-jalan dan menjaga pos-pos pemeriksaan.

Secara visual, mereka juga berusaha menegaskan otoritas mereka, memastikan bendera nasional tiga warna Afghanistan, diganti dengan bendera putih Taliban.

Di pinggir jalan di Kabul pada akhir pekan, para pemuda menjual bendera Taliban dan nama resmi rezim pemerintahan yakni “Imarah Islam Afghanistan.”

“Tujuan kami adalah menyebarkan bendera Imarah Islam di seluruh Afghanistan,” ujar penjual bendera Ahmad Shakib, yang kuliah ekonomi di universitas.

Di luar Kabul, ada tanda perlawanan terhadap Taliban. Beberapa mantan pasukan pemerintah telah berkumpul di Lembah Panjshir, utara Kabul yang lama dikenal sebagai benteng anti-Taliban.

Taliban mengatakan pada Senin bahwa para pejuang mereka telah mengepung pasukan perlawanan yang bersembunyi di lembah itu.

Namun Taliban berusaha bernegosiasi daripada melakukan perlawanan kepada mereka.

“Pejuang Taliban ditempatkan di dekat Panjshir," ungkap juru bicara Zabihullah Mujahid di Twitter, mengatakan Taliban mengepung daerah itu di tiga sisi.

“Imarah Islam berusaha menyelesaikan masalah ini secara damai,” ujar dia.

Pengumuman itu menyusul laporan bentrokan yang tersebar semalam, dengan akun media sosial pro-Taliban mengklaim orang-orang bersenjata berkumpul, dan mantan wakil presiden Afghanistan Amrullah Saleh mengatakan pasukan perlawanan tetap kuat.

Salah satu pemimpin gerakan di Panjshir, bernama Front Perlawanan Nasional (NRF), adalah putra pahlawan anti-Taliban terkenal Ahmad Shah Massoud.

“NRF siap untuk konflik jangka panjang tetapi juga masih berusaha untuk bernegosiasi dengan Taliban tentang pemerintah yang inklusif,” papar juru bicaranya Ali Maisam Nazary mengatakan kepada AFP dalam wawancara pada akhir pekan.

“Syarat untuk kesepakatan damai dengan Taliban adalah desentralisasi, sistem yang menjamin keadilan sosial, kesetaraan, hak, dan kebebasan untuk semua,” ujar dia.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More