Krisis Afghanistan Ciptakan Geopolitik Baru
Jum'at, 20 Agustus 2021 - 08:20 WIB
Wakil Direktur Wilson Center, Michael Kugelman, mengatakan Pakistan juga dapat memberikan pengaruh kepada Afghanistan dan memperoleh apapun yang mereka inginkan. “Pakistan melihat dirinya sebagai pemenang dan akan membentuk tujuan strategis baru yang lebih besar,” kata Kugelman.
Para ahli mengatakan Pakistan sebelumnya kurang senang dengan penguatan hubungan antara Afghanistan, AS, dan India. Apalagi, dengan ekonomi yang terpuruk, mereka merasa rawan. Saat ini, Pakistan patut senang karena pemerintah Afghanistan tertekan Taliban dan AS mundur.
Selain itu, China tidak lagi malu untuk menunjukkan ketertarikannya terhadap Afghanistan, terutama di bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mineral. “China kini akan memainkan peran penting di Afghanistan. Mereka juga dapat meminta Taliban menekan militan di Xinjiang,” kata Misra.
Mukhopadhaya mengatakan Pakistan dan China akan saling mendukung satu sama lain di Afghanistan. Namun, dia meminta China berhati-hati dan tidak terjatuh ke dalam jebakan seperti yang menimpa AS. Rusia dan Iran juga tampak tertarik. Faktanya, diplomat keduanya masih bekerja di Kabul.
Sejak dulu, India tidak pernah memainkan peran sebesar Pakistan, AS, atau Rusia di Afghanistan. Namun, New Delhi selalu terlibat dalam kerja sama keamanan dan budaya. Saat ini, ribuan warga Afghanistan juga berada di India untuk mengenyam pendidikan, bekerja, atau menjalani perawatan.
Tantangan terbesar yang dihadapi India, termasuk negara Asia lainnya, ialah pengakuan pemerintahan Taliban. Keputusan itu akan sulit, khususnya jika Rusia dan China memutuskan mengakui Taliban. Para ahli juga menduga Pakistan akan mengakui Taliban secara resmi seperti pada 1999.
Profesor Politik dari Lancaster University, Amalendu Misra, mengatakan situasi ini memang sulit bagi India. Namun, India dapat menjalin komunikasi terbuka dengan Taliban untuk menjaga stabilitas kawasan. Sebab, India sangat rawan konflik dengan kelompok militan akibat adanya perbedaan pemahaman.
Sebaliknya, India juga dapat bergabung sepenuhnya dengan Eropa dan AS yang terus memberikan tekanan terhadap Taliban. Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson telah memanggil rapat gabungan untuk merespon pemerintahan Taliban di Afghanistan. Namun, konsekwensinya akan lebih besar.
Sementara itu, dengan jatuhnya Kota Kabul, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur menuju Uni Emirates Arab (UEA). Kementerian Luar Negeri (Kemlu) UEA menyambut Ghani dan keluarganya atas dasar kemanusiaan. Namun, dalam siaran persnya, Ghani membantah kabur dan meninggalkan negaranya.
“Saya kini berada di UEA untuk mencegah bencana hebat, pertumpahan darah, dan kekacauan,” ujar Ghani. “Saya sedang mencoba melakukan perundingan untuk pulang kembali ke Afghanistan. Berita bahwa saya membawa tumpukan uang adalah kebohongan besar dan tuduhan yang keji.”
Para ahli mengatakan Pakistan sebelumnya kurang senang dengan penguatan hubungan antara Afghanistan, AS, dan India. Apalagi, dengan ekonomi yang terpuruk, mereka merasa rawan. Saat ini, Pakistan patut senang karena pemerintah Afghanistan tertekan Taliban dan AS mundur.
Selain itu, China tidak lagi malu untuk menunjukkan ketertarikannya terhadap Afghanistan, terutama di bidang ekonomi untuk memenuhi kebutuhan mineral. “China kini akan memainkan peran penting di Afghanistan. Mereka juga dapat meminta Taliban menekan militan di Xinjiang,” kata Misra.
Mukhopadhaya mengatakan Pakistan dan China akan saling mendukung satu sama lain di Afghanistan. Namun, dia meminta China berhati-hati dan tidak terjatuh ke dalam jebakan seperti yang menimpa AS. Rusia dan Iran juga tampak tertarik. Faktanya, diplomat keduanya masih bekerja di Kabul.
Sejak dulu, India tidak pernah memainkan peran sebesar Pakistan, AS, atau Rusia di Afghanistan. Namun, New Delhi selalu terlibat dalam kerja sama keamanan dan budaya. Saat ini, ribuan warga Afghanistan juga berada di India untuk mengenyam pendidikan, bekerja, atau menjalani perawatan.
Tantangan terbesar yang dihadapi India, termasuk negara Asia lainnya, ialah pengakuan pemerintahan Taliban. Keputusan itu akan sulit, khususnya jika Rusia dan China memutuskan mengakui Taliban. Para ahli juga menduga Pakistan akan mengakui Taliban secara resmi seperti pada 1999.
Profesor Politik dari Lancaster University, Amalendu Misra, mengatakan situasi ini memang sulit bagi India. Namun, India dapat menjalin komunikasi terbuka dengan Taliban untuk menjaga stabilitas kawasan. Sebab, India sangat rawan konflik dengan kelompok militan akibat adanya perbedaan pemahaman.
Sebaliknya, India juga dapat bergabung sepenuhnya dengan Eropa dan AS yang terus memberikan tekanan terhadap Taliban. Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson telah memanggil rapat gabungan untuk merespon pemerintahan Taliban di Afghanistan. Namun, konsekwensinya akan lebih besar.
Sementara itu, dengan jatuhnya Kota Kabul, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kabur menuju Uni Emirates Arab (UEA). Kementerian Luar Negeri (Kemlu) UEA menyambut Ghani dan keluarganya atas dasar kemanusiaan. Namun, dalam siaran persnya, Ghani membantah kabur dan meninggalkan negaranya.
“Saya kini berada di UEA untuk mencegah bencana hebat, pertumpahan darah, dan kekacauan,” ujar Ghani. “Saya sedang mencoba melakukan perundingan untuk pulang kembali ke Afghanistan. Berita bahwa saya membawa tumpukan uang adalah kebohongan besar dan tuduhan yang keji.”
tulis komentar anda