Jenderal Top China: Serang Taiwan Opsi untuk Cegah Merdeka!
Jum'at, 29 Mei 2020 - 13:52 WIB
BEIJING - Salah satu jenderal senior China pada Jumat (29/5/2020) mengatakan menyerang Taiwan menjadi opsi jika tidak ada cara lain untuk menghentikannya menjadi merdeka. Komentar ini semakin meningkatkan retorika militer Beijing terhadap pulau yang telah memerintah sendiri tersebut.
Jenderal Li Zuocheng, Kepala Departemen Staf Gabungan dan anggota Komisi Militer Pusat menyampaikan opsi serangan militer tersebut saat berbicara di Aula Besar Rakyat Beijing pada peringatan 15 tahun Undang-Undang (UU) Anti-Pemisahan.
UU tahun 2005 itu memberi negara Tirai Bambu dasar hukum untuk melakukan tindakan militer terhadap Taiwan jika pulau itu merdeka.
China masih menganggap pulau itu bagian dari wilayahnya, namun Taiwan sudah memerintah sendiri dan menolak reunifikasi dengan kebijakan China "satu negara, dua sistem". (Baca: Perintah Xi Jinping: Militer China Siap Perang! )
"Jika kemungkinan penyatuan kembali secara damai hilang, angkatan bersenjata rakyat akan, dengan seluruh negara, termasuk rakyat Taiwan, mengambil semua langkah yang diperlukan untuk secara tegas menghancurkan setiap plot atau tindakan separatis," kata Jenderal Li.
"Kami tidak berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan, dan mencadangkan pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan, untuk menstabilkan dan mengendalikan situasi di Selat Taiwan," ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Li adalah salah satu dari beberapa perwira senior China yang memiliki pengalaman tempur. Dia ikut serta dalam invasi China ke Vietnam pada tahun 1979.
Pada hari Jumat, Li Zhanshu, pemimpin paling senior ketiga dari Partai Komunis China yang juga kepala Parlemen China, mengatakan Beijing tidak akan pernah membiarkan kekuatan apa pun, dengan cara apa pun, untuk memisahkan Taiwan dari China. (Baca juga: Bawa Rudal, Kapal Perang AS Dekati Taiwan )
China selama ini menganggap Presiden Taiwan Tsai Ing-wen adalah separatis yang bertekad memerdekakan pulau tersebut. Tsai sendiri mengatakan Taiwan sudah menjadi negara merdeka yang bernama Republik China.
Berbicara di Taipei minggu lalu pada pelantikan presiden untuk periode kedua, Tsai mengatakan Taiwan tidak dapat menerima menjadi bagian dari China di bawah otonomi satu negara, dua sistem. Dia juga menolak klaim kedaulatan China atas Taiwan.
China ingin Taiwan menerima model "satu negara, dua sistem", seperti yang diberikan kepada Hong Kong. Namun, semua partai besar di Taipei menolak model seperti itu.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Jenderal Li Zuocheng, Kepala Departemen Staf Gabungan dan anggota Komisi Militer Pusat menyampaikan opsi serangan militer tersebut saat berbicara di Aula Besar Rakyat Beijing pada peringatan 15 tahun Undang-Undang (UU) Anti-Pemisahan.
UU tahun 2005 itu memberi negara Tirai Bambu dasar hukum untuk melakukan tindakan militer terhadap Taiwan jika pulau itu merdeka.
China masih menganggap pulau itu bagian dari wilayahnya, namun Taiwan sudah memerintah sendiri dan menolak reunifikasi dengan kebijakan China "satu negara, dua sistem". (Baca: Perintah Xi Jinping: Militer China Siap Perang! )
"Jika kemungkinan penyatuan kembali secara damai hilang, angkatan bersenjata rakyat akan, dengan seluruh negara, termasuk rakyat Taiwan, mengambil semua langkah yang diperlukan untuk secara tegas menghancurkan setiap plot atau tindakan separatis," kata Jenderal Li.
"Kami tidak berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan, dan mencadangkan pilihan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan, untuk menstabilkan dan mengendalikan situasi di Selat Taiwan," ujarnya, seperti dikutip Reuters.
Li adalah salah satu dari beberapa perwira senior China yang memiliki pengalaman tempur. Dia ikut serta dalam invasi China ke Vietnam pada tahun 1979.
Pada hari Jumat, Li Zhanshu, pemimpin paling senior ketiga dari Partai Komunis China yang juga kepala Parlemen China, mengatakan Beijing tidak akan pernah membiarkan kekuatan apa pun, dengan cara apa pun, untuk memisahkan Taiwan dari China. (Baca juga: Bawa Rudal, Kapal Perang AS Dekati Taiwan )
China selama ini menganggap Presiden Taiwan Tsai Ing-wen adalah separatis yang bertekad memerdekakan pulau tersebut. Tsai sendiri mengatakan Taiwan sudah menjadi negara merdeka yang bernama Republik China.
Berbicara di Taipei minggu lalu pada pelantikan presiden untuk periode kedua, Tsai mengatakan Taiwan tidak dapat menerima menjadi bagian dari China di bawah otonomi satu negara, dua sistem. Dia juga menolak klaim kedaulatan China atas Taiwan.
China ingin Taiwan menerima model "satu negara, dua sistem", seperti yang diberikan kepada Hong Kong. Namun, semua partai besar di Taipei menolak model seperti itu.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(min)
tulis komentar anda