Warga Afghanistan: Seolah-olah Domba, Taliban Penggal Anak Saya dan Membuangnya

Jum'at, 13 Agustus 2021 - 09:40 WIB
Para milisi Taliban menduduki wilayah Ghanzi, Afghanistan. Foto/REUTERS
KUNDUZ - Ketika penduduk Kunduz melarikan diri dari kota Afghanistan utara dalam ketakutan untuk hidup mereka minggu ini, para milisi bersenjata Taliban semuanya tersenyum.

Seorang milisi berjanggut berpatroli di kota itu, mengenakan seragam kamuflase dengan senjata tersandang di bahunya, tersenyum berseri-seri saat dia menawarkan jabat tangan ramah ke lengan yang terulur dari jendela mobil.





Didukung oleh penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat yang akan berakhir akhir bulan ini, kelompok Islamis garis keras ini telah membanjiri jalan-jalan Kunduz setelah merebutnya dengan cepat pada hari Minggu.

Ini adalah salah satu dari sepuluh ibu kota provinsi yang jatuh ke tangan pemberontak dalam seminggu terakhir—beberapa tanpa perlawanan—dalam serangan kilat yang membuat sebagian besar pusat populasi utara jatuh seperti domino.

Para milisi Taliban sekarang mengawasi kota dengan mengendarai sepeda motor atau humvee yang direbut dari pasukan Afghanistan, sementara yang lain berpose untuk foto dengan persenjataan yang diambil.

Pembalasan terhadap mantan pegawai pemerintah, eksekusi singkat, pemenggalan kepala, dan penculikan gadis-gadis untuk pernikahan paksa hanyalah beberapa kengerian yang diceritakan oleh mereka yang telah melarikan diri dari kota Kunduz sejak pengambilalihan oleh Taliban.

"Kami melihat mayat tergeletak di dekat penjara...ada anjing di samping mereka," kata Friba, 36, seorang janda yang melarikan diri dari Kunduz bersama enam anaknya saat Taliban mengambil alih kota itu.

Seperti banyak orang yang berbicara kepada AFP, dia meminta untuk tidak diidentifikasi sepenuhnya karena takut akan pembalasan.

Pengungsi lain dari Kunduz, Abdulmanan, mengatakan kepada AFP bahwa Taliban memenggal kepala putranya.

"Mereka membawanya...seolah-olah dia adalah domba dan memenggal kepalanya dengan pisau dan membuangnya," katanya, yang dilansir Jumat (13/8/2021).

Laporan dari para warga Kunduz yang mengungsi itu belum bisa diverifikasi secara independen dan Taliban terus menyangkal melakukan kekejaman di wilayah yang mereka kuasai.



Toko-toko di pasar Kunduz dibiarkan menghitam dan terbakar oleh pertempuran antara pasukan Afghanistan dan Taliban.

Selama masa kekuasaan pertama mereka—dari tahun 1996 hingga digulingkan oleh pasukan pimpinan AS segera setelah serangan 11 September 2001—Taliban terkenal karena interpretasi ketat terhadap hukum Islam yang menghukum bahkan kejahatan kecil dengan cambuk dan eksekusi di depan umum.

Taliban merebut Kunduz—ibu kota provinsi dengan nama yang sama— dalam dua serangan singkat pada tahun 2015 dan 2016, sebelum pasukan Afghanistan yang didukung oleh senjata AS mengusir mereka dari kota.

Yang pertama berlangsung dua minggu, dan yang kedua hanya sehari.

Terlepas dari pendudukan Taliban terbaru dan kembalinya dugaan kekejaman, kehidupan tampaknya dimulai kembali di Kunduz.

Tetapi penduduk mengatakan mereka takut akan kembalinya kekuasaan Taliban yang berkepanjangan dan, dengan pasukan Amerika Serikat yang telah pergi dari medan perang, mereka tampaknya bersiap untuk menghadapi situasi yang lebih buruk kali ini.

"Orang-orang membuka toko dan bisnis mereka, tetapi Anda masih bisa melihat ketakutan di mata mereka," kata penjaga toko Habibullah.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More