Ibu Kota Provinsi Kedua Afghanistan Jatuh ke Tangan Taliban dalam 24 Jam

Sabtu, 07 Agustus 2021 - 19:43 WIB
Anggota Taliban membawa senjata di tempat eksekusi di provinsi Ghazni, Afghanistan, dalam foto dokumen. Foto/REUTERS
KABUL - Taliban merebut ibu kota provinsi kedua yang menjadi basis pendukung seorang panglima perang pemerintah Afghanistan yang terkenal pada Sabtu (7/8).

Dua ibu kota provinsi kini telah dikuasai Taliban hanya dalam waktu kurang dari 24 jam.

Wakil gubernur kota Sheberghan di Jawzjan mengatakan pasukan dan pejabat pemerintah telah mundur ke bandara di pinggiran kota Afghanistan utara, di mana mereka bersiap membela diri.





"Sayangnya kota ini telah jatuh sepenuhnya," ungkap Wakil Gubernur Jawzjan Qader Malia kepada AFP.



Kota ini adalah rumah bagi panglima perang terkenal Abdul Rashid Dostum, yang baru kembali ke Afghanistan pekan ini dari perawatan medis di Turki. Dia diyakini berada di Kabul.



Taliban telah menguasai sebagian besar pedesaan Afghanistan sejak melancarkan serangkaian serangan pada Mei, bertepatan dengan dimulainya penarikan terakhir pasukan asing.

“Pada Jumat, kota Zaranj di Nimroz jatuh ke tangan Taliban tanpa perlawanan," ungkap wakil gubernurnya. Zaranj menjadi ibu kota provinsi pertama yang direbut pemberontak Taliban.

“Ada lebih banyak perlawanan di Sheberghan,” papar beberapa sumber kepada AFP, tetapi seorang pembantu Dostum mengkonfirmasi kota itu telah direbut.

Dostum telah mengawasi salah satu milisi terbesar di utara, yang menciptakan reputasi menakutkan dalam perjuangannya melawan Taliban pada 1990-an.

Dia dan pasukannya dituduh membantai ribuan tahanan perang pemberontak.

Kekalahan atau mundurnya para pejuang yang setia pada Dostum akan merusak harapan pemerintah Kabul baru-baru ini bahwa kelompok-kelompok milisi dapat membantu memperkuat militer negara yang kewalahan melawan Taliban.

Wakil Gubernur Nimroz, Roh Gul Khairzad, mengatakan Zaranj telah jatuh “tanpa perlawanan.”

Unggahan media sosial menunjukkan Taliban disambut beberapa penduduk kota gurun, yang telah lama memiliki reputasi pelanggaran hukum.

Mereka menunjukkan Humvee militer yang direbut, mobil SUV mewah, dan truk pickup yang melaju kencang di jalan-jalan, mengibarkan bendera putih Taliban ketika penduduk setempat yang kebanyakan pemuda menyemangati Taliban.

“Salah satu hal pertama yang dilakukan pemberontak saat memasuki Zaranj adalah membuka gerbang penjara lokal,” ujar para pejabat, membebaskan tahanan Taliban bersama dengan para penjahat biasa.

Video di Twitter menunjukkan massa menjarah kantor-kantor pemerintah, mencuri meja, kursi kantor, lemari, dan televisi. Kebenaran video itu tidak dapat segera dikonfirmasi.

“Pasukan keamanan Afghanistan kehilangan moral mereka karena propaganda intens oleh Taliban,” ujar seorang pejabat senior dari kota itu, yang meminta tidak disebutkan namanya, kepada AFP.

"Bahkan sebelum serangan Taliban, sebagian besar pasukan keamanan meletakkan senjata mereka di tanah, melepas seragam mereka, dan meninggalkan unit mereka dan melarikan diri," papar dia.

Pemerintah belum memberikan komentar resmi tentang jatuhnya kedua kota tersebut.

Dikuasainya Sheberghan terjadi sehari setelah kepala departemen informasi media pemerintah Afghanistan ditembak mati di Kabul dalam serangan yang diklaim Taliban.

Setelah upaya pembunuhan yang gagal terhadap menteri pertahanan Afghanistan pada Selasa, Taliban memperingatkan mereka sekarang menargetkan para pejabat senior pemerintah sebagai pembalasan atas peningkatan serangan udara.

Taliban sudah menguasai sebagian besar pedesaan dan sekarang menantang pasukan pemerintah di ibu kota provinsi lainnya termasuk Herat, dekat perbatasan barat dengan Iran, dan Lashkar Gah serta Kandahar di selatan.

Dari Kunduz, aktivis Rasikh Maroof mengatakan kepada AFP melalui telepon bahwa pertempuran berkecamuk semalam di pinggiran beberapa bagian kota, dengan Taliban tampaknya tidak dapat memperoleh terobosan yang signifikan.

“Pasukan pemerintah bertahan dengan serius," ujar dia, menggunakan serangan udara untuk melawan tembakan mortir dan senjata berat Taliban.

Terlepas dari situasi yang memburuk, juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pada Jumat bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden masih percaya menarik pasukan AS keluar dari Afghanistan setelah 20 tahun perang adalah hal yang benar.

Washington dan Inggris pada Sabtu kembali mendesak warga negaranya untuk meninggalkan Afghanistan sesegera mungkin.

Penarikan pasukan asing akan selesai pada akhir bulan ini, menjelang peringatan 20 tahun serangan 11 September di Amerika Serikat yang memicu invasi yang menggulingkan pemerintahan Taliban di Afghanistan.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More