Biden Peringatkan Jakarta Terancam Tenggelam dalam 10 Tahun Mendatang
Jum'at, 30 Juli 2021 - 18:14 WIB
Beberapa ahli memperkirakan Jakarta bisa tenggelam pada 2050 jika tidak ada tindakan pencegahan. Selain mengancam keselamatan dan kehidupan, perubahan iklim juga menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan.
Sejumlah pakar bahkan memperkirakan sekitar 95% Jakarta Utara akan terendam pada 2050.
Dalam 10 tahun terakhir, permukaan tanah di Jakarta Utara mengalami penurunan sebesar 2-2,5 meter. Di beberapa daerah, tanah turun dengan kecepatan 25 cm per tahun.
Mengutip laporan Verisk Maplecroft, Jakarta merupakan kota dengan kerugian ekonomi termahal di Asia-Afrika akibat perubahan iklim.
Pada 2023, kerugian diperkirakan mencapai USD233 miliar. Dengan asumsi USD1 setara dengan Rp14.491 kurs Bank Indonesia pada 29 Juli, kerugian mencapai Rp3.231,49 triliun.
“Hubungan antara kerentanan akibat perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk sangat kuat. Kota-kota yang paling rentan saat ini kekurangan layanan kesehatan dan sistem mitigasi bencana. Tekanan pada layanan dasar juga semakin besar seiring dengan pertumbuhan populasi,” ungkap laporan itu.
“Dampak perubahan iklim seperti banjir atau badai tropis membawa kerusakan infrastruktur, properti, dan berbagai aset lainnya. Selain itu, ada masalah lain yaitu penyebaran penyakit dan peningkatan kejahatan yang tidak bisa diabaikan,” papar laporan Verisk Maplecroft.
Laporan tersebut menempatkan Jakarta sebagai kota dengan risiko lingkungan tertinggi di dunia dengan polusi udara, aktivitas seismik, dan banjir yang semuanya dicatat sebagai risiko.
“Data kami menunjukkan bahwa Jakarta adalah kota paling berisiko dari 414 kota yang kami pantau. Kombinasi polusi, penurunan pasokan air bersih, udara panas, bencana alam, dan risiko perubahan iklim menempatkan Jakarta pada risiko yang sangat tinggi. Risiko ini akan berdampak pada orang, aset, dan operasi bisnis,” ungkap laporan Verisk Maplecroft.
Sejumlah pakar bahkan memperkirakan sekitar 95% Jakarta Utara akan terendam pada 2050.
Dalam 10 tahun terakhir, permukaan tanah di Jakarta Utara mengalami penurunan sebesar 2-2,5 meter. Di beberapa daerah, tanah turun dengan kecepatan 25 cm per tahun.
Mengutip laporan Verisk Maplecroft, Jakarta merupakan kota dengan kerugian ekonomi termahal di Asia-Afrika akibat perubahan iklim.
Pada 2023, kerugian diperkirakan mencapai USD233 miliar. Dengan asumsi USD1 setara dengan Rp14.491 kurs Bank Indonesia pada 29 Juli, kerugian mencapai Rp3.231,49 triliun.
“Hubungan antara kerentanan akibat perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk sangat kuat. Kota-kota yang paling rentan saat ini kekurangan layanan kesehatan dan sistem mitigasi bencana. Tekanan pada layanan dasar juga semakin besar seiring dengan pertumbuhan populasi,” ungkap laporan itu.
“Dampak perubahan iklim seperti banjir atau badai tropis membawa kerusakan infrastruktur, properti, dan berbagai aset lainnya. Selain itu, ada masalah lain yaitu penyebaran penyakit dan peningkatan kejahatan yang tidak bisa diabaikan,” papar laporan Verisk Maplecroft.
Laporan tersebut menempatkan Jakarta sebagai kota dengan risiko lingkungan tertinggi di dunia dengan polusi udara, aktivitas seismik, dan banjir yang semuanya dicatat sebagai risiko.
“Data kami menunjukkan bahwa Jakarta adalah kota paling berisiko dari 414 kota yang kami pantau. Kombinasi polusi, penurunan pasokan air bersih, udara panas, bencana alam, dan risiko perubahan iklim menempatkan Jakarta pada risiko yang sangat tinggi. Risiko ini akan berdampak pada orang, aset, dan operasi bisnis,” ungkap laporan Verisk Maplecroft.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda