200 Warga Afghanistan yang Bekerja untuk AS Mulai Hidup Baru di Negeri Paman Sam
Jum'at, 30 Juli 2021 - 17:41 WIB
“Kelompok pertama adalah sekitar 2.500 pelamar SIV dan anggota keluarga yang hampir menyelesaikan proses, lolos untuk evakuasi,” papar Russ Travers, wakil penasihat keamanan dalam negeri Presiden AS Joe Biden.
Warga Afghanistan diperkirakan tetap berada di Fort Lee hingga tujuh hari sebelum bergabung dengan kerabat atau keluarga angkat di seluruh negeri.
“Para pengungsi menjalani pemeriksaan latar belakang yang ketat dan tes COVID-19,” papar Travers. Beberapa orang sudah divaksinasi, dan sisanya akan ditawari suntikan vaksin di Fort Lee.
Kekerasan yang meningkat di Afghanistan telah menciptakan masalah serius bagi banyak pelamar SIV yang dokumennya sedang dalam proses di tengah laporan beberapa orang telah dibunuh Taliban.
Beberapa pelamar tidak dapat pergi ke ibukota Kabul untuk menyelesaikan langkah-langkah yang diperlukan di Kedutaan Besar AS atau mencapai penerbangan mereka.
“Kami tidak memiliki kapasitas untuk membawa orang-orang ke Kabul dari bagian lain negara itu atau untuk menampung mereka di Kabul,” papar Tracey Jacobson, koordinator operasi Departemen Luar Negeri AS.
Program SIV telah diganggu waktu pemrosesan yang lama dan rumitnya birokrasi yang sedang dibenahi pemerintahan Biden dan Kongres.
Kondisi ini mengakibatkan penumpukan sekitar 20.000 aplikasi. Departemen Luar Negeri telah menambahkan staf untuk menangani mereka.
“AS memiliki waktu 20 tahun untuk mengantisipasi seperti apa penarikan itu. Tidak masuk akal bahwa kita sangat terlambat,” papar Adam Bates, penasihat kebijakan untuk Proyek Bantuan Pengungsi Internasional, yang memberikan bantuan hukum kepada para pengungsi.
Kim Staffieri, salah satu pendiri Association of Wartime Allies, yang membantu para pelamar SIV, mengatakan survei yang dilakukan kelompok tersebut melalui Facebook menunjukkan sekitar setengah dari pelamar SIV tidak dapat mencapai Kabul, termasuk banyak yang telah disetujui untuk dievakuasi.
Warga Afghanistan diperkirakan tetap berada di Fort Lee hingga tujuh hari sebelum bergabung dengan kerabat atau keluarga angkat di seluruh negeri.
“Para pengungsi menjalani pemeriksaan latar belakang yang ketat dan tes COVID-19,” papar Travers. Beberapa orang sudah divaksinasi, dan sisanya akan ditawari suntikan vaksin di Fort Lee.
Kekerasan yang meningkat di Afghanistan telah menciptakan masalah serius bagi banyak pelamar SIV yang dokumennya sedang dalam proses di tengah laporan beberapa orang telah dibunuh Taliban.
Beberapa pelamar tidak dapat pergi ke ibukota Kabul untuk menyelesaikan langkah-langkah yang diperlukan di Kedutaan Besar AS atau mencapai penerbangan mereka.
“Kami tidak memiliki kapasitas untuk membawa orang-orang ke Kabul dari bagian lain negara itu atau untuk menampung mereka di Kabul,” papar Tracey Jacobson, koordinator operasi Departemen Luar Negeri AS.
Program SIV telah diganggu waktu pemrosesan yang lama dan rumitnya birokrasi yang sedang dibenahi pemerintahan Biden dan Kongres.
Kondisi ini mengakibatkan penumpukan sekitar 20.000 aplikasi. Departemen Luar Negeri telah menambahkan staf untuk menangani mereka.
“AS memiliki waktu 20 tahun untuk mengantisipasi seperti apa penarikan itu. Tidak masuk akal bahwa kita sangat terlambat,” papar Adam Bates, penasihat kebijakan untuk Proyek Bantuan Pengungsi Internasional, yang memberikan bantuan hukum kepada para pengungsi.
Kim Staffieri, salah satu pendiri Association of Wartime Allies, yang membantu para pelamar SIV, mengatakan survei yang dilakukan kelompok tersebut melalui Facebook menunjukkan sekitar setengah dari pelamar SIV tidak dapat mencapai Kabul, termasuk banyak yang telah disetujui untuk dievakuasi.
tulis komentar anda