Guru SD Jadi Presiden Peru, Tanda Rakyat Muak dengan Elite Politik

Selasa, 20 Juli 2021 - 14:59 WIB
“Mereka yang tidak memiliki mobil harus memiliki setidaknya satu sepeda,” kata Castillokepada The Associated Press (AP) pada pertengahan April di rumah adobe-nya di Anguia, distrik termiskin ketiga di Peru.

Sejak mengejutkan Peru dan pengamat dengan maju ke pemilihan presiden putaran kedua, Castillo telah melunakkan proposal pertamanya untuk menasionalisasi perusahaan pertambangan dan gas alam multinasional. Sebaliknya, kampanyenya mengatakan dia sedang mempertimbangkan untuk menaikkan pajak atas keuntungan karena harga tembaga yang tinggi, yang melebihi USD10.000 per ton.

Sejarawan mengatakan dia adalah petani pertama yang menjadi presiden Peru, di mana sampai sekarang, masyarakat adat hampir selalu menerima layanan publik yang paling buruk meskipun negara itu menyombongkan diri sebagai bintang ekonomi Amerika Latin dalam dua dekade pertama abad ini.

“Tidak ada kasus seseorang yang tidak terkait dengan profesional, militer atau elite ekonomi yang mencapai kursi kepresidenan,” kata Cecilia Mendez, seorang sejarawan Peru dan profesor di University of California-Santa Barbara, kepada sebuah stasiun radio.

Fujimori, mantan anggota Kongres, mencalonkan diri untuk ketiga kalinya sebagai presiden dengan dukungan elite bisnis. Dia adalah putri dari mantan Presiden Alberto Fujimori yang dipenjara.

Ratusan orang Peru dari berbagai daerah berkemah selama lebih dari sebulan di depan Pengadilan Pemilu di Lima, Ibu Kota Peru, untuk menunggu proklamasi Castillo. Banyak yang bukan anggota partainya Castillo, "tetapi mereka mempercayai profesor karena dia tidak akan seperti politisi lain yang tidak menepati janji dan tidak membela orang miskin,” kata Maruja Inquilla, aktivis lingkungan yang datang dari kota dekat Titicaca, danau mitos suku Inca—menggambarkan muaknya rakyat dengan elite politik yang ingkar janji.



Kebangkitan Castillo dari tidak dikenal menjadi presiden terpilih telah memecah belah bangsa Andes secara mendalam.

Penulis Mario Vargas Llosa, pemegang Hadiah Nobel untuk sastra, mengatakan Castillo mewakili hilangnya demokrasi dan kebebasan di Peru. Sementara itu, pensiunan tentara mengirim surat kepada komandan angkatan bersenjata memintanya untuk tidak menghormati kemenangan Castillo.

Fujimori mengatakan pada hari Senin bahwa dia akan menerima kemenangan Castillo, setelah menuduhnya selama sebulan melakukan kecurangan pemilu tanpa memberikan bukti apa pun.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More