Kerusuhan Afrika Selatan Menggila, 212 Orang Tewas Secara Brutal
Sabtu, 17 Juli 2021 - 05:01 WIB
DURBAN - Seorang menteri kabinet Afrika Selatan mengumumkan jumlah korban tewas selama kerusuhan dan penjarahan meningkat menjadi 212 orang.
Kekacauan di negara itu dipicu hukuman dan penahanan mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma.
Berbicara pada Jumat malam dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Pelaksana Menteri Kepresidenan Afrika Selatan Khumbudzo Ntshavheni mengatakan negara itu sekarang telah mencatat 212 kematian sejak kekerasan meletus.
Sehari sebelumnya, Ntshavheni mengatakan ada 117 kematian di dua provinsi yang terkena dampak kerusuhan terparah, Gauteng dan KwaZulu-Natal.
Dia menggambarkan situasi di KwaZulu-Natal sebagai "stabil" tetapi "tegang." Dia mengatakan provinsi timur itu telah melihat tambahan 89 kematian selama 24 jam sebelumnya.
Kematian-kematian itu terjadi secara brutal selama kerusuhan dan penjarahan yang tak terkendali di Afrika Selatan.
Ntshavheni menambahkan, “Pihak berwenang di wilayah tersebut telah melaporkan 1.488 insiden kerusuhan, kekerasan dan penjarahan dalam 24 jam terakhir.”
Pemerintah mengatakan akan ada penyelidikan lebih lanjut, setelah 4.000 butir amunisi ditemukan pada dua orang yang ditangkap.
Di Gauteng, provinsi tempat ibu kota administratif negara dan kota terbesarnya berada, sebagian besar kekerasan telah dipadamkan.
Ntshavheni mengatakan ada tambahan enam kematian di sana selama periode 24 jam terakhir, dan 137 penangkapan tambahan telah dilakukan.
Menteri menambahkan dua petugas polisi telah ditangkap, setelah ditemukan membawa barang-barang jarahan.
Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan 25.000 tentara dikerahkan di seluruh negeri untuk mencegah kekerasan lebih lanjut. Jumlah itu meningkat dari 10.000 tentara yang diumumkan pada Rabu. Dia bersumpah untuk menghentikan "kekacauan" yang melanda bangsa itu.
Ribuan sekarang telah ditangkap dalam kekerasan yang dipicu penangkapan Zuma.
Kerusuhan itu juga karena rakyat mengalami kondisi ekonomi yang mengerikan yang diperburuk pandemi yang secara tidak seimbang mempengaruhi orang miskin.
Kekacauan di negara itu dipicu hukuman dan penahanan mantan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma.
Berbicara pada Jumat malam dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Pelaksana Menteri Kepresidenan Afrika Selatan Khumbudzo Ntshavheni mengatakan negara itu sekarang telah mencatat 212 kematian sejak kekerasan meletus.
Sehari sebelumnya, Ntshavheni mengatakan ada 117 kematian di dua provinsi yang terkena dampak kerusuhan terparah, Gauteng dan KwaZulu-Natal.
Dia menggambarkan situasi di KwaZulu-Natal sebagai "stabil" tetapi "tegang." Dia mengatakan provinsi timur itu telah melihat tambahan 89 kematian selama 24 jam sebelumnya.
Kematian-kematian itu terjadi secara brutal selama kerusuhan dan penjarahan yang tak terkendali di Afrika Selatan.
Ntshavheni menambahkan, “Pihak berwenang di wilayah tersebut telah melaporkan 1.488 insiden kerusuhan, kekerasan dan penjarahan dalam 24 jam terakhir.”
Pemerintah mengatakan akan ada penyelidikan lebih lanjut, setelah 4.000 butir amunisi ditemukan pada dua orang yang ditangkap.
Di Gauteng, provinsi tempat ibu kota administratif negara dan kota terbesarnya berada, sebagian besar kekerasan telah dipadamkan.
Ntshavheni mengatakan ada tambahan enam kematian di sana selama periode 24 jam terakhir, dan 137 penangkapan tambahan telah dilakukan.
Menteri menambahkan dua petugas polisi telah ditangkap, setelah ditemukan membawa barang-barang jarahan.
Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan 25.000 tentara dikerahkan di seluruh negeri untuk mencegah kekerasan lebih lanjut. Jumlah itu meningkat dari 10.000 tentara yang diumumkan pada Rabu. Dia bersumpah untuk menghentikan "kekacauan" yang melanda bangsa itu.
Ribuan sekarang telah ditangkap dalam kekerasan yang dipicu penangkapan Zuma.
Kerusuhan itu juga karena rakyat mengalami kondisi ekonomi yang mengerikan yang diperburuk pandemi yang secara tidak seimbang mempengaruhi orang miskin.
(sya)
tulis komentar anda