'Dokumen Kremlin': Putin Izinkan Operasi Menangkan Trump dalam Pilpres AS 2016

Jum'at, 16 Juli 2021 - 09:16 WIB
Lebih lenjut, menurut surat kabar itu, badan-badan intelijen Barat telah menyadari dokumen-dokumen itu selama beberapa bulan dan telah memeriksanya dengan cermat.

Telah dikonfirmasi bahwa pertemuan dewan keamanan nasional Rusia memang terjadi di Kremlin pada 22 Januari. Ada foto resmi dari acara tersebut.

Di antara yang hadir adalah Putin, perdana menteri Dmitry Medvedev, menteri luar negeri Sergei Lavrov, kepala GRU (badan intelijen militer) Sergei Shoigu, SVR (dinas intelijen asing) Mikhail Fradkov dan kepala FSB (badan mata-mata) Alexander Bortnikov.

Pada saat itu, Kremlin mengatakan pertemuan itu diadakan untuk membahas kebijakan ekonomi.

Dalam sebuah pernyataan, Trump menyebut laporan The Guardian "menjijikkan".

“Ini menjijikkan. Ini berita palsu, sama seperti Rusia, Rusia, Rusia adalah berita palsu," kata mantan presiden Amerika itu.

“Hanya orang-orang gila Kiri radikal yang melakukan apa pun yang mereka bisa untuk merendahkan semua orang di sebelah kanan. Ini fiksi, dan tidak ada yang lebih keras di Rusia daripada saya, termasuk di jalur pipa (gas Nord Stream), dan sanksi," klaim Trump.

“Pada saat yang sama kami bergaul dengan Rusia. Rusia menghormati kami, China menghormati kami, Iran menghormati kami, Korea Utara menghormati kami. Dan dunia adalah tempat yang jauh lebih aman daripada sekarang dengan kepemimpinan yang tidak stabil secara mental," imbuh dia menyindir pemerintah Joe Biden.

Dilihat dari kalimat terakhir itu, Trump tampaknya telah mencatat dugaan karakterisasi Kremlin tentang dirinya sebagai "tidak stabil secara mental".

Namun, dokumen yang bocor tidak hanya fokus pada Trump. Itu juga mencakup penilaian yang lebih umum tentang Amerika dan kelemahannya, menyoroti suasana anti-kemapanan dan jurang politik yang semakin dalam antara kubu kiri dan kanan.

Setelah pertemuan dewan keamanan, Putin mengeluarkan dekrit baru untuk membentuk komisi rahasia, yang bertugas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dalam No 32-04/vd. SVR, badan intelijen asing Rusia, diberitahu untuk mengumpulkan lebih banyak informasi untuk mendukung komisi tersebut.

Beberapa minggu kemudian, peretas Rusia membobol server Komite Nasional Demokrat. Bahan yang mereka temukan, termasuk ribuan email pribadi, dirilis sebelum pemilu dalam upaya untuk merugikan kampanye Hillary Clinton.

Badan-badan intelijen AS sejak lama menyimpulkan "dengan keyakinan tinggi" bahwa Putin mengizinkan kampanye serangan siber dan berita palsu yang dirancang untuk menyakiti Clinton.

Dalam sebuah pernyataan menjelang KTT bilateral Presiden Joe Biden dengan Putin bulan lalu, Trump menjelaskan bahwa dia masih percaya bantahan Putin atas kesimpulan itu dari para ahli intelijen negaranya sendiri.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More