Peretas Serang Layanan Kereta Iran, Suasana Stasiun Kacau Balau

Sabtu, 10 Juli 2021 - 16:01 WIB
Suasana stasiun metro Teheran, Iran. Foto/Wikimedia.org
TEHERAN - Sistem layanan kereta api Iran mengalami serangan siber. Peretas memposting pesan palsu tentang dugaan penundaan atau pembatalan kereta di papan informasi di sejumlah stasiun di penjuru negeri.

Para peretas di balik serangan siber itu tampaknya mencoba untuk melucu. Mereka menampilkan pesan yang mengatakan "lama tertunda karena serangan siber" atau "dibatalkan".

Peretas mendesak penumpang meminta informasi, sambil mencantumkan nomor telepon kantor Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei.





“Peretasan itu menyebabkan kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya di berbagai stasiun kereta,” ungkap kantor berita semi resmi Fars.



Sejauh ini belum ada kelompok yang bertanggung jawab atas insiden tersebut. Sebelumnya, Fars melaporkan sejumlah kereta di Iran telah kehilangan sistem pelacakan elektronik mereka. Tidak segera jelas apakah itu juga bagian dari serangan siber.



Fars kemudian menghapus laporannya dan malah mengutip juru bicara perusahaan kereta api Iran Sadegh Sekri yang mengatakan "gangguan" itu tidak menimbulkan masalah bagi layanan kereta api.

Pada 2019, kesalahan pada server komputer perusahaan kereta api menyebabkan beberapa penundaan dalam layanan kereta api.

Pada Desember tahun itu, Kementerian Telekomunikasi Iran mengatakan negara itu telah meredakan serangan siber besar-besaran pada "infrastruktur elektronik" yang tidak dijelaskan rinci dan tidak ada keterangan khusus tentang serangan yang diklaim.

Tidak jelas apakah serangan yang dilaporkan menyebabkan kerusakan atau gangguan pada komputer dan sistem Internet Iran, dan apakah itu adalah babak terbaru operasi siber Amerika Serikat dan Iran yang saling menargetkan yang lain.

Iran memutuskan sebagian besar infrastrukturnya dari Internet setelah virus komputer Stuxnet mengganggu ribuan sentrifugal Iran di situs nuklir negara itu pada akhir 2000-an.

Virus itu secara luas diyakini sebagai ciptaan bersama Amerika Serikat dan Israel.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More