Tembak Mati Suami Pemerkosa, Ibu Ini Divonis Bersalah tapi Dibebaskan

Sabtu, 26 Juni 2021 - 14:57 WIB
Valerie Bacot, 40, Ibu empat anak di Prancis yang menembak mati suaminya yang kejam dan pemerkosa, dibebaskan pengadilan meski divonis bersalah. Foto/Fox News via BBC
PARIS - Seorang Ibu dari empat anak yang menembak mati suaminya yang pemerkosa dan kejam dinyatakan bersalah atas pembunuhan. Namun, pengadilan di Prancis memerintahkan dia dibebaskan dari penjara.

Valerie Bacot, 40, telah menghadapi kehidupan di balik jeruji besi karena membunuh Daniel Polette, mantan ayah tirinya yang kemudian menikahinya dan membuatnya mengalami pelecehan selama bertahun-tahun.





Dia mengaku membunuh suaminya menggunakanpistol yang dia simpan di mobil keluarga, tetapi mengatakan dia melakukannya hanya karena sang suami secara teratur memukul dan memerkosanya, dan memaksanya menjadi pelacur.

"Saya ingin menyelamatkan saya dan anak-anak saya," kata Bacot di pengadilan di Chalons-sur-Saone, Prancis.

Dalam adegan dramatis pada Jumat malam, hari kelima persidangan pembunuhan, hakim menjatuhkan vonis bersalah. Namun, hakim memerintahkan Bacot dibebaskan dari penjara setelah Jaksa Agung Eric Jallet mengatakan terdakwa "tidak boleh kembali ke penjara".

Hakim menghukum Bacot empat tahun penjara, dengan tiga tahun ditangguhkan. Dia telah menghabiskan satu tahun di penjara, yang berarti dia bebas untuk pulang pada Jumat malam.

"Pembunuhan terencana sama sekali bukan pembelaan diri. Ini adalah kesediaan untuk membunuh, direncanakan, dalam konteks kekerasan dalam rumah tangga. Pengadilan ini harus menegakkan hukum," kata Jallet.

"Tapi ada hal-hal berbeda yang perlu dipertimbangkan. Fakta bahwa dia dipukuli begitu lama, dia ingin bertahan hidup," lanjut dia, seperti dikutip The Mirror, Sabtu (26/6/2021).

Mendengar kata-kata dari Jallet, Bacot yang sempat pingsan di pengadilan kembali bangun untuk mendengarkan putusan, dan para hakim setuju untuk membebaskannya.

Kasus ini telah memicu perdebatan nasional di Prancis tentang kekerasan suami-istri, dan apakah para korban harus diizinkan untuk mengambil tindakan hukum dengan tangan mereka sendiri.

Hampir satu juta orang telah menandatangani petisi yang menuntut agar tuduhan terhadap Bacot dibatalkan.

Polette, seorang pengemudi truk berusia 61 tahun pada saat kematiannya pada 13 Maret 2016, tewas karena satu luka tembak di leher.



Dia awalnya kekasih dari Ibunda Bacot, dan pertama kali memerkosa Bacot ketika dia baru berusia 12 tahun.

Polette dipenjara karena melakukan pelecehan seksual terhadap Bacot ketika dia berusia 14 tahun tetapi dibebaskan setelah kurang dari tiga tahun penjara dan kembali hidup bersama Bacot dan Ibunya, Joelle Aubague.

Pria yang kejam itu kemudian mengatur agar Bacot mulai berhubungan seks dengan pria lain demi uang.

Bacot mengaku membunuh Polette, tetapi untuk membela diri saat dia memaksanya untuk melacurkan dirinya di Peugeot People Carrier, dekat dengan rumah mereka di Saone-et-Loire.

Sang Ibu mengatakan dia menembak Polette saat situasi panas setelah dia juga dilecehkan oleh klien.

Sebelumnya dalam persidangan, Joelle Aubague bersaksi bahwa pasangan itu ingin bersama dan Bacot tidak harus membunuhnya untuk melarikan diri dari pernikahan.

Ditanya apakah Bacot bisa lolos dari hubungan tanpa membunuh suaminya, dia berkata: "Ada solusi lain".

Hari kedua persidangan melihat tiga anak tertua Bacot bersaksi tentang kehidupan keluarga mereka, mengatakan Ibu mereka "tidak bersalah" dan hanya membunuh Polette untuk melindungi diri dan anak-anaknya setelah polisi menolak untuk membantu.

Bacot mengatakan anak-anaknya menghubungi polisi dua kali atas namanya tetapi ditolak, di mana petugas memberi tahu mereka bahwa Ibu mereka perlu datang ke kantor polisi sendiri.

Situasi tidak mengenakkan muncul di benak Bacot pada 2016 ketika Polette secara rutin menanyai putri Bacot yang berusia 14 tahun tentang seksualitasnya. Hal itu membuatnya takut bahwa dia akan mulai melacurkan remaja itu juga.

Ketika Bacot duduk di kursi depan mobil keluarga, dia menarik pistol dan menembakkannya sekali melalui bagian belakang leher Polette. Tembakan itu membunuhnya seketika.

Bacot kemudian mengubur mayatnya di hutan dengan bantuan dua putra sulungnya dan seorang pacar putrinya, yang katanya menawarkan bantuan agar polisi tidak membawanya pergi.

Tetapi pada tahun 2017, polisi diberitahu tentang pembunuhan itu setelah pacar dari putri Bacot mengaku kepada Ibunya sendiri tentang kejadian itu, yang mendorong sang Ibu untuk menelepon polisi.

Para petugas polisi menangkap Bacot yang kemudian mengakui pembunuhan itu, tetapi dibebaskan dengan jaminan satu tahun kemudian sambil menunggu persidangan.

Putra-putra Bacot dan pacar dari putri Bacot kemudian dipenjara masing-masing selama enam bulan karena menyembunyikan mayat untuk menutupi kertelibatan mereka dalam kasus itu.

Kasus ini juga menjadi topik pembicaraan besar ketika Bacot mulai menulis sebuah buku tentang cobaan beratnya pada Oktober 2018, saat dia dalam jaminan dan menunggu persidangan.

Di dalamnya, dia menggambarkan kekerasan dan penghinaan yang dia derita selama 25 tahun bersama Polette.

Buku, "Everyone Knew [Tout le monde savait]" diterbitkan bulan lalu, dan langsung menjadi buku terlaris.

Promosi termasuk wawancara televisi tentang Bacot telah ditonton oleh 4,5 juta orang.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More