Beijing Peringatkan Washington: China Tidak Dapat Dihentikan oleh Siapa Pun
Jum'at, 25 Juni 2021 - 00:22 WIB
Ke-28 jet tempur, pesawat pengintai, dan pengebom berkemampuan nuklir yang muncul pada hari pertama merupakan serangan satu hari terbesar sejak Taipei mulai menerbitkan catatan pada September 2020. Kegiatan tersebut mengikuti pola peningkatan tekanan militer terhadap pulau itu, yang China klaim sebagai bagian dari wilayahnya meskipun tidak pernah mengaturnya.
Ren menggambarkan langkah itu sebagai tindakan yang diperlukan dalam menanggapi situasi keamanan saat ini di Selat Taiwan dan kebutuhan untuk menjaga kedaulatan nasional.
Tanggapan mencolok PLA minggu lalu datang pada hari-hari setelah Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga bergabung dengan para pemimpin di G7 dalam sebuah teguran keras terhadap kebijakan dalam dan luar negeri China.
Sebuah komunike 13 Juni yang dirilis setelah KTT G7 di Inggris mendorong Beijing untuk bekerja sama dengan fase berikutnya dari penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang asal-usul COVID-19, dan juga memperingatkan terhadap perubahan sepihak pada status quo di laut China Timur dan Selatan.
Ditanya tentang pernyataan serupa minggu ini, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan kepada Newsweek: "Tidak layak mengomentari reaksi emosional China."
Ren menggambarkan langkah itu sebagai tindakan yang diperlukan dalam menanggapi situasi keamanan saat ini di Selat Taiwan dan kebutuhan untuk menjaga kedaulatan nasional.
Tanggapan mencolok PLA minggu lalu datang pada hari-hari setelah Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga bergabung dengan para pemimpin di G7 dalam sebuah teguran keras terhadap kebijakan dalam dan luar negeri China.
Sebuah komunike 13 Juni yang dirilis setelah KTT G7 di Inggris mendorong Beijing untuk bekerja sama dengan fase berikutnya dari penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang asal-usul COVID-19, dan juga memperingatkan terhadap perubahan sepihak pada status quo di laut China Timur dan Selatan.
Ditanya tentang pernyataan serupa minggu ini, Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan kepada Newsweek: "Tidak layak mengomentari reaksi emosional China."
(ian)
tulis komentar anda