Pertarungan Diplomasi Negara Kuat Berbalut Donasi Vaksin Covid-19
Jum'at, 25 Juni 2021 - 06:03 WIB
"Nilai kehidupan seseorang tidak tergantung pada di mana mereka hidup, tetapi semua orang memiliki nilai moral yang berharga," katanya.
Terje Andreas Eikemo, Direktur Centre for Global Health Inequalities Research di Norwegian University of Science and Technology, mengungkapkan vaksin seharusnya dibagikan sebagai orang yang paling rentan terkena virus korona di mana pun mereka tinggal.
"Sungguh alamiah jika pemerintah ingin mengutamakan warganya lebih dahulu, itu terjadi ketika barang baik memang terbatas. Ketika kamu berada di masyarakat, itu akan terjadi melihat UE dan Inggris," katanya kepada CNN. Dia mengatakan, konflik perebutan vaksin untuk penduuknya memang menjadi permasalahan global, bukan masalah nasional. "Kita harus selalu bersikap inklusif," ujar Eikemo.
Tentunya perluasan geopolitik kedepannya juga dipengaruh kekuatan pasar farmasi global. Sesama aliansi juga terjadi persaingan, seperti AS yang bisa bersaing dengan negara-negara Barat lainnya seperti Jerman, Inggris, dan negara Eropa lainnya. Namun, China dan India dengan produksi masisfnya bisa mendominasi pasar ekspor di luar Barat.
Namun demikian, hal yang dikhawatirkan adalah bagaimana ketergantungan geopolitik terhadap vaksin akan menciptakan kesepakatan-kesepakatan lainnya. Negara-negara besar bisa menyediakan berbagai kesepakatan demi keamanan nasional, seperti kesepakatan penjualan senjata, pangkalan militer, hingga komitmen keamanan bersama. Model Perang Dingin bisa saja tetap terjadi. AS akan mendukung para aliansinya. Sedangkan Rusia akan mendominasi negara-negara yang menjadi satelitnya. Sedangkan China tetap akan melakukan perluasan pengaruh.
Terje Andreas Eikemo, Direktur Centre for Global Health Inequalities Research di Norwegian University of Science and Technology, mengungkapkan vaksin seharusnya dibagikan sebagai orang yang paling rentan terkena virus korona di mana pun mereka tinggal.
"Sungguh alamiah jika pemerintah ingin mengutamakan warganya lebih dahulu, itu terjadi ketika barang baik memang terbatas. Ketika kamu berada di masyarakat, itu akan terjadi melihat UE dan Inggris," katanya kepada CNN. Dia mengatakan, konflik perebutan vaksin untuk penduuknya memang menjadi permasalahan global, bukan masalah nasional. "Kita harus selalu bersikap inklusif," ujar Eikemo.
Tentunya perluasan geopolitik kedepannya juga dipengaruh kekuatan pasar farmasi global. Sesama aliansi juga terjadi persaingan, seperti AS yang bisa bersaing dengan negara-negara Barat lainnya seperti Jerman, Inggris, dan negara Eropa lainnya. Namun, China dan India dengan produksi masisfnya bisa mendominasi pasar ekspor di luar Barat.
Namun demikian, hal yang dikhawatirkan adalah bagaimana ketergantungan geopolitik terhadap vaksin akan menciptakan kesepakatan-kesepakatan lainnya. Negara-negara besar bisa menyediakan berbagai kesepakatan demi keamanan nasional, seperti kesepakatan penjualan senjata, pangkalan militer, hingga komitmen keamanan bersama. Model Perang Dingin bisa saja tetap terjadi. AS akan mendukung para aliansinya. Sedangkan Rusia akan mendominasi negara-negara yang menjadi satelitnya. Sedangkan China tetap akan melakukan perluasan pengaruh.
(ynt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda