Indonesia Pimpin Dialog FACT, 23 Negara Janji Bantu Hutan-hutan Dunia
Sabtu, 29 Mei 2021 - 20:01 WIB
JAKARTA - Dialog FACT COP26 mempertemukan 23 negara untuk mendukung pernyataan bersama mengenai komitmen bekerja sama melindungi hutan dunia.
Indonesia juga ditetapkan sebagai Ketua Bersama (Co-Chair) Dialog FACT. Sebanyak 23 negara itu bersatu dalam inisiatif COP26 untuk melindungi hutan dunia melalui perdagangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Indonesia bergabung dengan Inggris dalam memimpin Dialog Perdagangan Hutan, Pertanian dan Komoditas (FACT–Forest, Agriculture and Commodity Trade).
Pernyataan bersama yang menetapkan tujuan dan tindakan bersama, telah dipublikasikan sebelum kelompok kerja pertama Dialog FACT.
Dialog Perdagangan Hutan, Pertanian dan Komoditas (FACT - Forest, Agriculture and Commodity Trade) COP26 telah mengambil langkah signifikan dalam menyatukan lebih dari 20 negara untuk berkomitmen melindungi hutan dunia dan habitat alam dari kerusakan.
Indonesia akan menjadi ketua bersama Dialog FACT dengan Inggris, seiring 23 negara menyetujui pernyataan bersama yang berkomitmen bekerja sama melindungi hutan dunia yang berharga sambil mempromosikan perdagangan berkelanjutan dan rantai pasokan komoditas pertanian.
Diluncurkan pada Februari, Dialog FACT mempertemukan negara-negara utama yang membeli dan memproduksi produk seperti daging sapi, kedelai, dan minyak kelapa sawit untuk menyepakati bagaimana produk-produk tersebut dapat diperdagangkan secara lebih berkelanjutan.
Pernyataan penting tersebut merupakan hasil dari tindakan kolaboratif untuk menghadapi suatu masalah yang kompleks dan juga penting, yaitu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius.
Perdagangan internasional komoditas pertanian seperti minyak kelapa sawit, kedelai, dan daging sapi bernilai lebih dari USD80 miliar per tahun.
Secara global, 1,6 miliar orang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka, banyak di antaranya di negara berkembang.
Hutan-hutan menghilang dalam kecepatan yang mengkhawatirkan, sekitar 80% kerusakan hutan didorong oleh produksi komoditas pertanian.
Kolaborasi global dan pendekatan kepada semua lapisan masyarakat, yang melibatkan semua orang mulai dari pemimpin politik hingga bisnis dan konsumen individu, diperlukan untuk melindungi keanekaragaman hayati planet ini dan membangun masa depan yang berkelanjutan.
Presiden Terpilih COP26 Alok Sharma berpendapat, “Dialog FACT memiliki pekerjaan lebih lanjut untuk mencapai tujuannya seiring pergerakan kita menuju COP26.”
Dia menyambut baik pernyataan bersama yang dikeluarkan hari ini karena hal tersebut menandai langkah pertama yang sangat penting dalam meletakkan dasar bagi pekerjaan itu.
“Untuk menyatukan begitu banyak negara, melalui Dialog FACT, baik produsen maupun konsumen, dan untuk merencanakan perjalanan perdagangan berkelanjutan di masa depan adalah awal yang sangat luar biasa. Saya yakin ini hanyalah sebuah permulaan, dan kami bekerja untuk melindungi perdagangan dan pembangunan, serta hutan kami yang kaya keanekaragaman hayati, dalam ukuran yang sama,” ujar Sharma.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins menyatakan kegembiraannya karena pernyataan bersama telah disepakati, dan Indonesia telah dikonfirmasi untuk menjadi Ketua Bersama dialog ini.
Menurut Owen, pernyataan bersama ini juga menetapkan bagaimana negara-negara akan bekerja sama secara kolaboratif, bekerja sama secara luas, untuk memenuhi komitmen internasional, sambil melindungi kedaulatan negara; dan hal apa saja yang akan dikerjakan oleh semua negara yang terlibat.
“Indonesia dikukuhkan sebagai Co-Chair adalah sebuah berita yang bagus. Indonesia memiliki pengalaman yang luar biasa untuk mengatasi masalah ini dan sebagai Ketua Bersama, Indonesia akan dapat meneruskannya, mendukung mitra lainnya,” ujar Owen.
Owen menambahkan, pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menurunkan laju deforestasi, menghutankan kembali 835.000 hektar lahan, dan berencana menghutankan kembali 630.000 hektar hutan bakau, dimulai dengan 80.000 hektar tahun ini.
“Sebagai salah satu produsen komoditas terbesar di dunia, pekerjaan ini sejalan dengan perdagangan kritis dan aspirasi pembangunan berkelanjutan. Indonesia juga telah menunjukkan kepemimpinannya melalui rencana aksi Hukum, Penegakan, Tata Kelola, dan Perdagangan Kehutanan (FLEGT), yang menjadikan Indonesia pemimpin dunia dalam pengelolaan hutan lestari dan perdagangan kayu yang diproduksi secara legal,” tukas Owen.
Owen mengungkapkan, dialog ini adalah salah satu dari banyak kegiatan yang dikerjakan Inggris bersama dengan mitra-mitranya, demi mensukseskan COP26 di Glasgow November mendatang.
“COP26 adalah tonggak penting dalam tanggapan umat manusia terhadap Perubahan Iklim,” papar Owen.
Pernyataan bersama menguraikan seperangkat prinsip kolaboratif serta bidang tujuan dan tindakan bersama, yang mencakup: Pengembangan perdagangan dan pasar; Dukungan bagi pelaku usaha kecil; Transparansi dan penelusuran; Penelitian, pengembangan, dan inovasi.
Pernyataan tersebut juga menyoroti komitmen dan kewajiban internasional untuk melindungi hutan seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (termasuk Tujuan 15), Perjanjian Paris, Konvensi Keanekaragaman Hayati, dan perjanjian di bawah Organisasi Perdagangan Dunia.
Ke depan, Indonesia, sebagai negara penghasil komoditas utama, akan menjadi Ketua Bersama dialog dengan Inggris, yang juga didukung Global Multi Stakeholder Taskforce untuk perdagangan komoditas, yang mempertemukan lebih dari 25 tokoh terkemuka dari dunia bisnis dan masyarakat sipil.
Langkah selanjutnya sekarang adalah membawa negara-negara kembali ke meja perundingan.
Perwakilan pemerintah dari semua negara diundang ke sesi pleno pembukaan pada 27 Mei. Sesi ini akan diikuti serangkaian kelompok kerja pada awal Juni untuk masing-masing dari empat bidang aksi yang disebutkan di atas.
Indonesia juga ditetapkan sebagai Ketua Bersama (Co-Chair) Dialog FACT. Sebanyak 23 negara itu bersatu dalam inisiatif COP26 untuk melindungi hutan dunia melalui perdagangan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Indonesia bergabung dengan Inggris dalam memimpin Dialog Perdagangan Hutan, Pertanian dan Komoditas (FACT–Forest, Agriculture and Commodity Trade).
Pernyataan bersama yang menetapkan tujuan dan tindakan bersama, telah dipublikasikan sebelum kelompok kerja pertama Dialog FACT.
Dialog Perdagangan Hutan, Pertanian dan Komoditas (FACT - Forest, Agriculture and Commodity Trade) COP26 telah mengambil langkah signifikan dalam menyatukan lebih dari 20 negara untuk berkomitmen melindungi hutan dunia dan habitat alam dari kerusakan.
Indonesia akan menjadi ketua bersama Dialog FACT dengan Inggris, seiring 23 negara menyetujui pernyataan bersama yang berkomitmen bekerja sama melindungi hutan dunia yang berharga sambil mempromosikan perdagangan berkelanjutan dan rantai pasokan komoditas pertanian.
Diluncurkan pada Februari, Dialog FACT mempertemukan negara-negara utama yang membeli dan memproduksi produk seperti daging sapi, kedelai, dan minyak kelapa sawit untuk menyepakati bagaimana produk-produk tersebut dapat diperdagangkan secara lebih berkelanjutan.
Pernyataan penting tersebut merupakan hasil dari tindakan kolaboratif untuk menghadapi suatu masalah yang kompleks dan juga penting, yaitu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius.
Perdagangan internasional komoditas pertanian seperti minyak kelapa sawit, kedelai, dan daging sapi bernilai lebih dari USD80 miliar per tahun.
Secara global, 1,6 miliar orang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka, banyak di antaranya di negara berkembang.
Hutan-hutan menghilang dalam kecepatan yang mengkhawatirkan, sekitar 80% kerusakan hutan didorong oleh produksi komoditas pertanian.
Kolaborasi global dan pendekatan kepada semua lapisan masyarakat, yang melibatkan semua orang mulai dari pemimpin politik hingga bisnis dan konsumen individu, diperlukan untuk melindungi keanekaragaman hayati planet ini dan membangun masa depan yang berkelanjutan.
Presiden Terpilih COP26 Alok Sharma berpendapat, “Dialog FACT memiliki pekerjaan lebih lanjut untuk mencapai tujuannya seiring pergerakan kita menuju COP26.”
Dia menyambut baik pernyataan bersama yang dikeluarkan hari ini karena hal tersebut menandai langkah pertama yang sangat penting dalam meletakkan dasar bagi pekerjaan itu.
“Untuk menyatukan begitu banyak negara, melalui Dialog FACT, baik produsen maupun konsumen, dan untuk merencanakan perjalanan perdagangan berkelanjutan di masa depan adalah awal yang sangat luar biasa. Saya yakin ini hanyalah sebuah permulaan, dan kami bekerja untuk melindungi perdagangan dan pembangunan, serta hutan kami yang kaya keanekaragaman hayati, dalam ukuran yang sama,” ujar Sharma.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins menyatakan kegembiraannya karena pernyataan bersama telah disepakati, dan Indonesia telah dikonfirmasi untuk menjadi Ketua Bersama dialog ini.
Menurut Owen, pernyataan bersama ini juga menetapkan bagaimana negara-negara akan bekerja sama secara kolaboratif, bekerja sama secara luas, untuk memenuhi komitmen internasional, sambil melindungi kedaulatan negara; dan hal apa saja yang akan dikerjakan oleh semua negara yang terlibat.
“Indonesia dikukuhkan sebagai Co-Chair adalah sebuah berita yang bagus. Indonesia memiliki pengalaman yang luar biasa untuk mengatasi masalah ini dan sebagai Ketua Bersama, Indonesia akan dapat meneruskannya, mendukung mitra lainnya,” ujar Owen.
Owen menambahkan, pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menurunkan laju deforestasi, menghutankan kembali 835.000 hektar lahan, dan berencana menghutankan kembali 630.000 hektar hutan bakau, dimulai dengan 80.000 hektar tahun ini.
“Sebagai salah satu produsen komoditas terbesar di dunia, pekerjaan ini sejalan dengan perdagangan kritis dan aspirasi pembangunan berkelanjutan. Indonesia juga telah menunjukkan kepemimpinannya melalui rencana aksi Hukum, Penegakan, Tata Kelola, dan Perdagangan Kehutanan (FLEGT), yang menjadikan Indonesia pemimpin dunia dalam pengelolaan hutan lestari dan perdagangan kayu yang diproduksi secara legal,” tukas Owen.
Owen mengungkapkan, dialog ini adalah salah satu dari banyak kegiatan yang dikerjakan Inggris bersama dengan mitra-mitranya, demi mensukseskan COP26 di Glasgow November mendatang.
“COP26 adalah tonggak penting dalam tanggapan umat manusia terhadap Perubahan Iklim,” papar Owen.
Pernyataan bersama menguraikan seperangkat prinsip kolaboratif serta bidang tujuan dan tindakan bersama, yang mencakup: Pengembangan perdagangan dan pasar; Dukungan bagi pelaku usaha kecil; Transparansi dan penelusuran; Penelitian, pengembangan, dan inovasi.
Pernyataan tersebut juga menyoroti komitmen dan kewajiban internasional untuk melindungi hutan seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (termasuk Tujuan 15), Perjanjian Paris, Konvensi Keanekaragaman Hayati, dan perjanjian di bawah Organisasi Perdagangan Dunia.
Ke depan, Indonesia, sebagai negara penghasil komoditas utama, akan menjadi Ketua Bersama dialog dengan Inggris, yang juga didukung Global Multi Stakeholder Taskforce untuk perdagangan komoditas, yang mempertemukan lebih dari 25 tokoh terkemuka dari dunia bisnis dan masyarakat sipil.
Langkah selanjutnya sekarang adalah membawa negara-negara kembali ke meja perundingan.
Perwakilan pemerintah dari semua negara diundang ke sesi pleno pembukaan pada 27 Mei. Sesi ini akan diikuti serangkaian kelompok kerja pada awal Juni untuk masing-masing dari empat bidang aksi yang disebutkan di atas.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda