Senator Irlandia Serukan Sanksi terhadap Israel, Sebut Uni Eropa Munafik
Kamis, 27 Mei 2021 - 10:26 WIB
DUBLIN - Senator Irlandia menyerukan sanksi terhadap Israel atas kejahatan perang yang dilakukan terhadap Palestina dalam serangan terbaru di Jalur Gaza.
Gino Kenny, anggota parlemen Irlandia (TD) dan juru bicara Partai People Before Profit, menuduh Uni Eropa (UE) munafik dan standar ganda dalam memberikan sanksi kepada Belarusia atas pembajakan pesawat, sambil menutup mata terhadap agresi Israel.
"Apa yang saya ragukan adalah kebijakan kalian untuk membiarkan apartheid Israel. Itu tidak berhasil. Itu tidak akan pernah berhasil. Anda tidak dapat membiarkan para rasis dan pembunuh. Dan bahkan hari ini, kemunafikan Uni Eropa tidak dapat dipercaya. Mereka menyebutkan bahwa mereka akan memberi sanksi Belarusia dan pada saat yang sama beberapa hari lalu, Israel membunuh anak-anak, lebih dari 65 anak dibunuh oleh negara Israel," tegas Kenny dalam pidatonya di senat Irlandia yang secara terang-terangan menyebut Uni Eropa munafik.
"Sekarang bagaimana Anda tidak dapat menghitungnya tetapi pada saat yang sama ketika UE memiliki perjanjian perdagangan dengan Israel yang bernilai miliaran dan mereka tidak pernah diberi sanksi. Bagaimana itu benar? Itu tidak benar,” papar dia.
Kenny menambahkan, “Afrika Selatan terisolasi karena sanksi dan solidaritas internasional karena orang-orang tahu bahwa sistem itu busuk sampai ke inti dan Israel juga sama.”
“Kita harus berdiri bersama rakyat Palestina dan mengatakan tentang apa Israel itu, itu adalah negara rasis dan perlu diisolasi," tegas dia.
Seruan Kenny untuk sanksi menyusul mosi parlemen yang didukung pemerintah yang diajukan pada Selasa oleh Sinn Fein yang mengutuk "aneksasi de facto" Israel atas tanah Palestina.
Mosi dan ungkapan yang digunakan untuk mendeskripsikan adalah yang pertama dari jenisnya yang digunakan oleh negara UE yang merujuk pada Israel dan penjajahannya di Palestina.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Irlandia Simon Coveney, yang telah berada di bawah tekanan untuk mengusir duta besar Israel untuk Irlandia, mendukung mosi tersebut.
Coveney mengutuk perlakuan Israel yang "secara nyata tidak setara" terhadap rakyat Palestina di tanah yang diduduki.
"Skala, kecepatan, dan sifat strategis dari tindakan Israel pada perluasan permukiman dan maksud di baliknya telah membawa kita ke titik di mana kita harus jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Ini adalah de facto aneksasi," papar Coveney dalam pernyataan kepada parlemen.
"Ini bukan sesuatu yang saya, atau dalam pandangan saya, dewan ini, katakan dengan enteng. Kita adalah negara Uni Eropa pertama yang melakukannya. Tapi ini mencerminkan keprihatinan besar yang kita miliki tentang maksud dari tindakan tersebut dan, tentu saja, dampaknya,” ungkap menteri luar negeri Irlandia itu.
Pekan lalu, gencatan senjata yang ditengahi Mesir antara kelompok pejuang Palestina dan Israel mulai berlaku, mengakhiri pertempuran selama 11 hari.
Sebanyak 284 warga Palestina telah tewas, termasuk 69 anak-anak dan 40 wanita, dan 1.910 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina, dengan rakyat Palestina berharap Yerusalem Timur, yang sekarang diduduki Israel, pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.
Gino Kenny, anggota parlemen Irlandia (TD) dan juru bicara Partai People Before Profit, menuduh Uni Eropa (UE) munafik dan standar ganda dalam memberikan sanksi kepada Belarusia atas pembajakan pesawat, sambil menutup mata terhadap agresi Israel.
"Apa yang saya ragukan adalah kebijakan kalian untuk membiarkan apartheid Israel. Itu tidak berhasil. Itu tidak akan pernah berhasil. Anda tidak dapat membiarkan para rasis dan pembunuh. Dan bahkan hari ini, kemunafikan Uni Eropa tidak dapat dipercaya. Mereka menyebutkan bahwa mereka akan memberi sanksi Belarusia dan pada saat yang sama beberapa hari lalu, Israel membunuh anak-anak, lebih dari 65 anak dibunuh oleh negara Israel," tegas Kenny dalam pidatonya di senat Irlandia yang secara terang-terangan menyebut Uni Eropa munafik.
"Sekarang bagaimana Anda tidak dapat menghitungnya tetapi pada saat yang sama ketika UE memiliki perjanjian perdagangan dengan Israel yang bernilai miliaran dan mereka tidak pernah diberi sanksi. Bagaimana itu benar? Itu tidak benar,” papar dia.
Kenny menambahkan, “Afrika Selatan terisolasi karena sanksi dan solidaritas internasional karena orang-orang tahu bahwa sistem itu busuk sampai ke inti dan Israel juga sama.”
Baca Juga
“Kita harus berdiri bersama rakyat Palestina dan mengatakan tentang apa Israel itu, itu adalah negara rasis dan perlu diisolasi," tegas dia.
Seruan Kenny untuk sanksi menyusul mosi parlemen yang didukung pemerintah yang diajukan pada Selasa oleh Sinn Fein yang mengutuk "aneksasi de facto" Israel atas tanah Palestina.
Mosi dan ungkapan yang digunakan untuk mendeskripsikan adalah yang pertama dari jenisnya yang digunakan oleh negara UE yang merujuk pada Israel dan penjajahannya di Palestina.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Irlandia Simon Coveney, yang telah berada di bawah tekanan untuk mengusir duta besar Israel untuk Irlandia, mendukung mosi tersebut.
Coveney mengutuk perlakuan Israel yang "secara nyata tidak setara" terhadap rakyat Palestina di tanah yang diduduki.
"Skala, kecepatan, dan sifat strategis dari tindakan Israel pada perluasan permukiman dan maksud di baliknya telah membawa kita ke titik di mana kita harus jujur tentang apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Ini adalah de facto aneksasi," papar Coveney dalam pernyataan kepada parlemen.
"Ini bukan sesuatu yang saya, atau dalam pandangan saya, dewan ini, katakan dengan enteng. Kita adalah negara Uni Eropa pertama yang melakukannya. Tapi ini mencerminkan keprihatinan besar yang kita miliki tentang maksud dari tindakan tersebut dan, tentu saja, dampaknya,” ungkap menteri luar negeri Irlandia itu.
Pekan lalu, gencatan senjata yang ditengahi Mesir antara kelompok pejuang Palestina dan Israel mulai berlaku, mengakhiri pertempuran selama 11 hari.
Sebanyak 284 warga Palestina telah tewas, termasuk 69 anak-anak dan 40 wanita, dan 1.910 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Yerusalem tetap menjadi jantung konflik Israel-Palestina, dengan rakyat Palestina berharap Yerusalem Timur, yang sekarang diduduki Israel, pada akhirnya dapat berfungsi sebagai ibu kota negara Palestina di masa depan.
(sya)
tulis komentar anda