Menlu Prancis Singgung Apartheid di Israel, Netanyahu Uring-uringan
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan situasi di Israel memiliki "bahan-bahan apartheid yang bertahan lama."
Komentar itu langsung disambut ucapan pedas dari Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.
“Komentar Le Drian adalah klaim yang kurang ajar dan salah yang tidak memiliki dasar," ujar Netanyahu.
Netanyahu menyatakan, "Di Negara Israel, semua warga negara sama di depan hukum, terlepas dari etnis mereka."
Le Drian berkomentar pada Minggu tentang eskalasi Israel baru-baru ini yang berubah menjadi bentrokan kekerasan antara Arab-Israel dan Israel di kota-kota Israel.
“Eskalasi seperti itu jelas menunjukkan bahwa jika di masa depan kita memiliki solusi selain solusi dua negara, kita akan memiliki bahan-bahan apartheid yang tahan lama," papar Le Drian.
Sejak 13 April, bentrokan meletus di seluruh wilayah pendudukan karena serangan Israel dan pembatasan terhadap warga Palestina di Yerusalem Timur, Masjid Al-Aqsa, dan keputusan pengadilan Israel mengusir 12 keluarga Palestina dari rumah mereka demi kepentingan pemukim Israel.
Ketegangan berpindah ke Gaza pada 10 Mei, yang mengarah ke konfrontasi militer antara pasukan Israel dan kelompok perlawanan Palestina di mana pesawat tempur Israel menyebabkan skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Gaza.
Sebanyak 284 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, dan lebih dari 1.900 lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat, menurut data pejabat kesehatan Palestina.
Hingga saat ini Israel tak mendapat sanksi apapun atas serangan brutal tersebut. Dunia internasional hanya dapat mengecam tindakan rezim Zionis itu.
Komentar itu langsung disambut ucapan pedas dari Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu.
“Komentar Le Drian adalah klaim yang kurang ajar dan salah yang tidak memiliki dasar," ujar Netanyahu.
Netanyahu menyatakan, "Di Negara Israel, semua warga negara sama di depan hukum, terlepas dari etnis mereka."
Le Drian berkomentar pada Minggu tentang eskalasi Israel baru-baru ini yang berubah menjadi bentrokan kekerasan antara Arab-Israel dan Israel di kota-kota Israel.
“Eskalasi seperti itu jelas menunjukkan bahwa jika di masa depan kita memiliki solusi selain solusi dua negara, kita akan memiliki bahan-bahan apartheid yang tahan lama," papar Le Drian.
Sejak 13 April, bentrokan meletus di seluruh wilayah pendudukan karena serangan Israel dan pembatasan terhadap warga Palestina di Yerusalem Timur, Masjid Al-Aqsa, dan keputusan pengadilan Israel mengusir 12 keluarga Palestina dari rumah mereka demi kepentingan pemukim Israel.
Ketegangan berpindah ke Gaza pada 10 Mei, yang mengarah ke konfrontasi militer antara pasukan Israel dan kelompok perlawanan Palestina di mana pesawat tempur Israel menyebabkan skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Gaza.
Sebanyak 284 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, dan lebih dari 1.900 lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat, menurut data pejabat kesehatan Palestina.
Hingga saat ini Israel tak mendapat sanksi apapun atas serangan brutal tersebut. Dunia internasional hanya dapat mengecam tindakan rezim Zionis itu.
(sya)