Hongaria Sebut Vaksin China dan Rusia Lebih Baik daripada Vaksin Barat
Rabu, 19 Mei 2021 - 18:11 WIB
BUDAPEST - Pemerintah Hongaria menyatakan vaksin Sinopharm China dan vaksin Sputnik V Rusia lebih baik daripada vaksin Barat mana pun dalam mencegah penularan COVID-19 . Hal itu disampaikan Kepala Staf Perdana Menteri (PM) Hongaria Gergely Gulyas.
Menurut Gulyas, Sputnik V merupakan vaksin yang paling efektif digunakan sementara Pfizer memiliki kinerja yang paling buruk.
Penilaian itu disampaikan pada saat pemerintah Hongaria yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Viktor Orban menerbitkan tabel kontroversial yang menguraikan jumlah infeksi dan kematian setelah inokulasi sekunder dengan vaksin yang saat ini digunakan di negara tersebut.
Gulyas mengatakan kesimpulan yang akurat tidak dapat diambil dari tabel karena mengabaikan beberapa kondisi yang akan menyamakan bidang bermain variabelnya, dan memungkinkan perbandingan jenis vaksin yang valid.
"Sputnik V adalah vaksin paling efektif untuk mencegah penularan COVID dan mencegah kematian. Sementara Pfizer-BioNTech memiliki kinerja terburuk kedua dalam mencegah penyakit dan terburuk dalam menyelamatkan nyawa. Sinopharm China, berdasarkan angka pemerintah Orban, juga mengungguli Pfizer di kedua kategori tersebut,” katanya dalam konferensi pers 15 Mei 2021.
Pernyataan Gulyas ini bertepatan dengan kampanye besar-besaran pemerintah untuk menggunakan vaksin Sinopharm, di mana mereka berencana untuk memvaksinasi ratusan ribu dengan vaksin China tersebut secepat mungkin. Namun, ratusan ribu dosis vaksin Pfizer-BioNTech akan tiba di negara itu dalam beberapa minggu mendatang.
Berdasarkan survei saat ini, masyarakat Hongaria masih sangat percaya pada vaksin Pfizer-BioNTech (dan Moderna), sementara Sinopharm adalah vaksin yang paling tidak disukai di negara tersebut. Hal itu dapat mengakibatkan banyak orang lebih memilih untuk menunggu untuk diinokulasi dengan vaksin Pfizer daripada menerima vaksin Sinopharm—yang menurut pemerintah juga efektif dan menyelamatkan nyawa.
Di situs resmi informasi virus corona, koronavirus.gov.hu, pemerintah juga menyatakan bahwa berdasarkan tabel tersebut diketahui “lebih banyak orang yang jatuh sakit setelah vaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNtech, dan dua kali lipat lebih banyak orang yang meninggal daripada yang divaksinasi dengan Sinopharm.”
Selain itu, Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto menjadi pejabat Eropa pertama yang menerima vaksin Sputnik V buatan Rusia. Seperti dilaporkan Russia Today pada Maret lalu, vaksinasi terhadap Szijjarto berlangsung pada Jumat (19/3/2021), saat Hongaria bersiap untuk menerima ratusan ribu dosis lagi dari Rusia.
Peter Szijjarto memasang foto dirinya menerima suntikan di halaman Facebook-nya pada hari yang sama saat vaksinani. Saat itu, dia juga mengumumkan telah menyelesaikan rincian pengiriman vaksin Sputnik V lainnya dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov.
Diperkirakan, Hongaria kini menerima 680.000 dosis Sputnik V selama dua minggu ke depan.
“Saya juga mendapat vaksin ini hari ini,” tulis Szijjarto, mengacu pada vaksin Sputnik V, dalam postingan yang menyertai foto tersebut.
Sang menteri juga mengatakan bahwa hanya melalui vaksinasi COVID-19, rakyat Hongaria dapat mengalahkan pandemi. Oleh karena itu, dia meminta rakyat Hongaria untuk mendaftar vaksinasi.
Hongaria adalah negara Uni Eropa pertama yang menyetujui penggunaan vaksin buatan Rusia pada bulan Januari. Belakangan, Hongaria juga mencapai kesepakatan dengan Mokow untuk membeli sekitar 2 juta dosis vaksin dan menerima gelombang pertama suntikan pada Februari.
Lebih dari 1,4 juta rakyat Hongaria telah menerima dosis pertama vaksin di negara yang juga menyetujui jab Sinopharm dari China untuk penggunaan darurat, selain vaksin yang diberi lampu hijau oleh European Medicines Agency (EMA).
Menurut data resmi, lebih dari 421.000 warga Hongaria telah divaksinasi penuh pada 18 Maret 2021. Berdasarkan sejumlah laporan, Hongaria memiliki salah satu tingkat vaksinasi tertinggi di Eropa.
Menurut Gulyas, Sputnik V merupakan vaksin yang paling efektif digunakan sementara Pfizer memiliki kinerja yang paling buruk.
Penilaian itu disampaikan pada saat pemerintah Hongaria yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Viktor Orban menerbitkan tabel kontroversial yang menguraikan jumlah infeksi dan kematian setelah inokulasi sekunder dengan vaksin yang saat ini digunakan di negara tersebut.
Gulyas mengatakan kesimpulan yang akurat tidak dapat diambil dari tabel karena mengabaikan beberapa kondisi yang akan menyamakan bidang bermain variabelnya, dan memungkinkan perbandingan jenis vaksin yang valid.
"Sputnik V adalah vaksin paling efektif untuk mencegah penularan COVID dan mencegah kematian. Sementara Pfizer-BioNTech memiliki kinerja terburuk kedua dalam mencegah penyakit dan terburuk dalam menyelamatkan nyawa. Sinopharm China, berdasarkan angka pemerintah Orban, juga mengungguli Pfizer di kedua kategori tersebut,” katanya dalam konferensi pers 15 Mei 2021.
Pernyataan Gulyas ini bertepatan dengan kampanye besar-besaran pemerintah untuk menggunakan vaksin Sinopharm, di mana mereka berencana untuk memvaksinasi ratusan ribu dengan vaksin China tersebut secepat mungkin. Namun, ratusan ribu dosis vaksin Pfizer-BioNTech akan tiba di negara itu dalam beberapa minggu mendatang.
Berdasarkan survei saat ini, masyarakat Hongaria masih sangat percaya pada vaksin Pfizer-BioNTech (dan Moderna), sementara Sinopharm adalah vaksin yang paling tidak disukai di negara tersebut. Hal itu dapat mengakibatkan banyak orang lebih memilih untuk menunggu untuk diinokulasi dengan vaksin Pfizer daripada menerima vaksin Sinopharm—yang menurut pemerintah juga efektif dan menyelamatkan nyawa.
Di situs resmi informasi virus corona, koronavirus.gov.hu, pemerintah juga menyatakan bahwa berdasarkan tabel tersebut diketahui “lebih banyak orang yang jatuh sakit setelah vaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNtech, dan dua kali lipat lebih banyak orang yang meninggal daripada yang divaksinasi dengan Sinopharm.”
Selain itu, Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijjarto menjadi pejabat Eropa pertama yang menerima vaksin Sputnik V buatan Rusia. Seperti dilaporkan Russia Today pada Maret lalu, vaksinasi terhadap Szijjarto berlangsung pada Jumat (19/3/2021), saat Hongaria bersiap untuk menerima ratusan ribu dosis lagi dari Rusia.
Peter Szijjarto memasang foto dirinya menerima suntikan di halaman Facebook-nya pada hari yang sama saat vaksinani. Saat itu, dia juga mengumumkan telah menyelesaikan rincian pengiriman vaksin Sputnik V lainnya dengan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov.
Diperkirakan, Hongaria kini menerima 680.000 dosis Sputnik V selama dua minggu ke depan.
“Saya juga mendapat vaksin ini hari ini,” tulis Szijjarto, mengacu pada vaksin Sputnik V, dalam postingan yang menyertai foto tersebut.
Sang menteri juga mengatakan bahwa hanya melalui vaksinasi COVID-19, rakyat Hongaria dapat mengalahkan pandemi. Oleh karena itu, dia meminta rakyat Hongaria untuk mendaftar vaksinasi.
Hongaria adalah negara Uni Eropa pertama yang menyetujui penggunaan vaksin buatan Rusia pada bulan Januari. Belakangan, Hongaria juga mencapai kesepakatan dengan Mokow untuk membeli sekitar 2 juta dosis vaksin dan menerima gelombang pertama suntikan pada Februari.
Lebih dari 1,4 juta rakyat Hongaria telah menerima dosis pertama vaksin di negara yang juga menyetujui jab Sinopharm dari China untuk penggunaan darurat, selain vaksin yang diberi lampu hijau oleh European Medicines Agency (EMA).
Menurut data resmi, lebih dari 421.000 warga Hongaria telah divaksinasi penuh pada 18 Maret 2021. Berdasarkan sejumlah laporan, Hongaria memiliki salah satu tingkat vaksinasi tertinggi di Eropa.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda