UNICEF: Virus Corona Menyebar Seperti 'Api' di India
Sabtu, 08 Mei 2021 - 09:27 WIB
"Kekhawatiran berkembang bahwa virus semakin meningkat," tambah pejabat UNICEF itu.
Dia mengatakan bahwa produksi vaksin perlu didiversifikasi untuk mendukung negara lain dan meningkatkan produksi vaksin, karena India harus mengurangi pasokan ke negara berkembang.
UNICEF juga prihatin bahwa lonjakan Covid-19 saat ini juga telah menyebabkan konsekuensi yang mengerikan bagi lebih banyak anak daripada selama gelombang pertama infeksi, dengan akses ke kesehatan esensial, perlindungan sosial, dan layanan pendidikan yang dibatasi.
"Anak-anak menghadapi masalah kesehatan mental dan berisiko lebih besar mengalami kekerasan, karena penguncian menutup mereka dari jaringan pendukung vital mereka," jelas Haque.
Meskipun tidak ada indikasi bahwa proporsi anak yang terinfeksi berbeda dari gelombang pertama, namun Haque menegaskan, jumlahnya jauh lebih besar.
"Kami melihat virus memasuki rumah - hanya perlu satu anggota rumah untuk terpengaruh - dan tampaknya menyebar seperti api ke seluruh keluarga," ujarnya.
Ia memperingatkan bersamaan dengan ini, ada kemungkinan lonjakan permintaan adopsi ilegal di platform internet oleh keluarga yang putus asa untuk menemukan rumah bagi kerabat yatim piatu, memicu ketakutan akan eksploitasi anak.
"Ketika kami melihat bahwa anak-anak menjadi yatim piatu - dan kami melihat bahwa ada banyak perdagangan anak yang dilaporkan - anak-anak hilang. Sistem itu mulai meningkatkan jumlahnya," ucapnya.
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa produksi vaksin perlu didiversifikasi untuk mendukung negara lain dan meningkatkan produksi vaksin, karena India harus mengurangi pasokan ke negara berkembang.
UNICEF juga prihatin bahwa lonjakan Covid-19 saat ini juga telah menyebabkan konsekuensi yang mengerikan bagi lebih banyak anak daripada selama gelombang pertama infeksi, dengan akses ke kesehatan esensial, perlindungan sosial, dan layanan pendidikan yang dibatasi.
"Anak-anak menghadapi masalah kesehatan mental dan berisiko lebih besar mengalami kekerasan, karena penguncian menutup mereka dari jaringan pendukung vital mereka," jelas Haque.
Meskipun tidak ada indikasi bahwa proporsi anak yang terinfeksi berbeda dari gelombang pertama, namun Haque menegaskan, jumlahnya jauh lebih besar.
"Kami melihat virus memasuki rumah - hanya perlu satu anggota rumah untuk terpengaruh - dan tampaknya menyebar seperti api ke seluruh keluarga," ujarnya.
Ia memperingatkan bersamaan dengan ini, ada kemungkinan lonjakan permintaan adopsi ilegal di platform internet oleh keluarga yang putus asa untuk menemukan rumah bagi kerabat yatim piatu, memicu ketakutan akan eksploitasi anak.
"Ketika kami melihat bahwa anak-anak menjadi yatim piatu - dan kami melihat bahwa ada banyak perdagangan anak yang dilaporkan - anak-anak hilang. Sistem itu mulai meningkatkan jumlahnya," ucapnya.
tulis komentar anda