Media Israel Sebut Kesehatan Khamenei Memburuk
Jum'at, 07 Mei 2021 - 14:41 WIB
TEL AVIV - Media Israel melaporkan bahwa kesehatan pemimpin spritual tertinggi Iran , Ayatollah Ali Khaemeni , memburuk karena kanker prostat. Hal ini diyakini telah mempengaruhi pembicaraan pihak-pihak penandatangan JCPOA dengan Amerika Serikat (AS) di Wina, Austria.
Media Israel, Walla melaporkan, Khamenei menentang JCPOA diterapkan kembali sebelum pemilihan presiden Iran guna mencegah kemenangan dan akumulasi kekuasaan bagi tim presiden yang tengah berkuasa, Hassan Rouhani. Rouhani sendiri dipastikan tidak akan ambil bagian dalam pemilihan presiden Iran pada 18 Juni mendatang.
Laporan yang mengutip sumber di lembaga militer mengklaim bahwa Washington mengakui "ketegangan antar blok" di Iran dan mendorong perjanjian untuk ditandatangani"dengan kekuatan pragmatis moderat untuk memperkuat posisi mereka di Iran dan membantu mereka selama pemilihan seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (7/5/2021).
Ini bukan pertama kalinya spekulasi seputar kesehatan pemimpin spiritual tertinggi Iran itu muncul. Sebelumnya pada tahun 2015 laporan media mengklaim bahwa Khamenei telah dirawat di rumah sakit dalam kondisi "kritis" dan diduga hanya diberi harapan hidup dua tahun.
Laporan tersebut muncul setelah Khamenei menjalani operasi prostat pada 2014, yang menurut akun Twitter-nya berhasil dilakukan.
Menyusul negosiasi di Wina yang dimulai pada bulan April antara pihak-pihak penandatangan JCPOA mengenai kemungkinan pemulihan kesepakatan, Israel telah menyuarakan penolakan terhadap pemulihan kesepakatan tersebut.
Sebelumnya pada Mei, Presiden AS Joe Biden dilaporkan bertemu dengan kepala badan intelijen Israel, Mossad, Yossi Cohen, untuk membahas pembicaraan Iran dan JCPOA. Menurut Walla, Cohen menggambarkan proses nuklir Iran sebagai "muslihat dan penipuan" yang bertujuan untuk menyesatkan para pengawas Badan Energi Atom Internasional dan badan-badan lain yang mengawasi program nuklir Iran.
Pertemuan yang dilaporkan terjadi setelah Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa pihak JCPOA telah menyetujui pencabutan sebagian sanksi terhadap Iran.
Satu kelompok lobi Israel juga mendorong untuk membatalkan kesepakatan nuklir asli dan menyerukan kesepakatan yang lebih luas.
"Tolong dorong senator Anda untuk menandatangani surat bipartisan kepada Presiden Biden yang mengungkapkan konsensus bipartisan bahwa Iran yang bersenjata nuklir akan menjadi ancaman besar bagi kepentingan keamanan nasional AS dan sekutu serta mitra kami," kelompok lobi Komite Urusan Publik Israel Amerika ( AIPAC) menyerukan kepada pendukungnya.
Menurut Walla, Biden, meski mengucapkan terima kasih kepada Cohen yang telah menyampaikan sikap dan informasinya tentang Iran, menegaskan keinginannya untuk kembali ke perjanjian JCPOA.
Teheran secara konsisten mencatat bahwa program nuklirnya tetap sepenuhnya damai, menyangkal tuduhan Israel bahwa Iran berusaha membuat senjata nuklir.
Pembicaraan di Wina tentang kemungkinan Washington dan Teheran kembali ke kesepakatan nuklir - yang secara sepihak dibatalkan pada tahun 2018 oleh mantan presiden AS, Donald Trump - sedang berlangsung. Pada akhir April, Iran memuji kemajuan di Wina, mengatakan bahwa negosiasi berada "di jalur yang benar" dan berjanji untuk kembali ke komitmen nuklir yang telah ditinggalkan oleh Teheran setelah penarikan Trump, segera setelah sanksi AS terhadap negara itu diberlakukan diangkat.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
Media Israel, Walla melaporkan, Khamenei menentang JCPOA diterapkan kembali sebelum pemilihan presiden Iran guna mencegah kemenangan dan akumulasi kekuasaan bagi tim presiden yang tengah berkuasa, Hassan Rouhani. Rouhani sendiri dipastikan tidak akan ambil bagian dalam pemilihan presiden Iran pada 18 Juni mendatang.
Laporan yang mengutip sumber di lembaga militer mengklaim bahwa Washington mengakui "ketegangan antar blok" di Iran dan mendorong perjanjian untuk ditandatangani"dengan kekuatan pragmatis moderat untuk memperkuat posisi mereka di Iran dan membantu mereka selama pemilihan seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (7/5/2021).
Ini bukan pertama kalinya spekulasi seputar kesehatan pemimpin spiritual tertinggi Iran itu muncul. Sebelumnya pada tahun 2015 laporan media mengklaim bahwa Khamenei telah dirawat di rumah sakit dalam kondisi "kritis" dan diduga hanya diberi harapan hidup dua tahun.
Laporan tersebut muncul setelah Khamenei menjalani operasi prostat pada 2014, yang menurut akun Twitter-nya berhasil dilakukan.
Menyusul negosiasi di Wina yang dimulai pada bulan April antara pihak-pihak penandatangan JCPOA mengenai kemungkinan pemulihan kesepakatan, Israel telah menyuarakan penolakan terhadap pemulihan kesepakatan tersebut.
Sebelumnya pada Mei, Presiden AS Joe Biden dilaporkan bertemu dengan kepala badan intelijen Israel, Mossad, Yossi Cohen, untuk membahas pembicaraan Iran dan JCPOA. Menurut Walla, Cohen menggambarkan proses nuklir Iran sebagai "muslihat dan penipuan" yang bertujuan untuk menyesatkan para pengawas Badan Energi Atom Internasional dan badan-badan lain yang mengawasi program nuklir Iran.
Pertemuan yang dilaporkan terjadi setelah Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menegaskan bahwa pihak JCPOA telah menyetujui pencabutan sebagian sanksi terhadap Iran.
Satu kelompok lobi Israel juga mendorong untuk membatalkan kesepakatan nuklir asli dan menyerukan kesepakatan yang lebih luas.
"Tolong dorong senator Anda untuk menandatangani surat bipartisan kepada Presiden Biden yang mengungkapkan konsensus bipartisan bahwa Iran yang bersenjata nuklir akan menjadi ancaman besar bagi kepentingan keamanan nasional AS dan sekutu serta mitra kami," kelompok lobi Komite Urusan Publik Israel Amerika ( AIPAC) menyerukan kepada pendukungnya.
Menurut Walla, Biden, meski mengucapkan terima kasih kepada Cohen yang telah menyampaikan sikap dan informasinya tentang Iran, menegaskan keinginannya untuk kembali ke perjanjian JCPOA.
Teheran secara konsisten mencatat bahwa program nuklirnya tetap sepenuhnya damai, menyangkal tuduhan Israel bahwa Iran berusaha membuat senjata nuklir.
Pembicaraan di Wina tentang kemungkinan Washington dan Teheran kembali ke kesepakatan nuklir - yang secara sepihak dibatalkan pada tahun 2018 oleh mantan presiden AS, Donald Trump - sedang berlangsung. Pada akhir April, Iran memuji kemajuan di Wina, mengatakan bahwa negosiasi berada "di jalur yang benar" dan berjanji untuk kembali ke komitmen nuklir yang telah ditinggalkan oleh Teheran setelah penarikan Trump, segera setelah sanksi AS terhadap negara itu diberlakukan diangkat.
Lihat Juga: Cara Mohammed bin Salman Ubah Tatanan Dunia: Jinakkan AS Pakai Minyak, Berdamai dengan Iran
(ian)
tulis komentar anda