Jenderal Top Iran: Israel Bisa Dikalahkan Hanya dengan Satu Pukulan

Kamis, 06 Mei 2021 - 07:57 WIB
loading...
Jenderal Top Iran: Israel...
Kepala Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami menyebut Israel bisa dikalahkan hanya dengan satu pukulan. Foto/Newsweek
A A A
TEHERAN - Kepala Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan peristiwa baru-baru ini di Timur Tengah telah mengekspos kerentanan di Israel , yang menurutnya dapat dikalahkan hanya dengan satu pukulan yang menentukan jika konflik di antara dua musuh utama ini pecah.

Dalam sebuah wawancara, Mayor Jenderal Hossein Salami membahas perkembangan terakhir yang dia katakan memungkiri kelemahan Israel.

Ini termasuk serangkaian serangan dunia maya yang tampaknya sedang berlangsung yang memengaruhi lusinan perusahaan Israel yang dimulai akhir tahun lalu; dugaan eksekusi mata-mata Israel yang dicurigai di kota Erbil di Irak utara pada bulan Januari; ledakan yang mengguncang kota pelabuhan petro Israel di Haifa pada bulan Februari; ledakan pabrik rudal bulan lalu di lokasi rudal; dan pendaratan rudal anti-udara Suriah di dekat reaktor nuklir Dimona — serta kebakaran baru-baru ini yang terjadi di Bandara Internasional Ben Gurion.



"Semua kerentanan rezim Zionis telah ditunjukkan selama beberapa bulan terakhir dan bahwa setelah 10 insiden, yang kesebelas bisa menyusul," kata Salami seperti dikutip dari Newsweek, Kamis (6/5/2021).

Pejabat senior militer Iran itu mengatakan Israel sangat berisiko karena ketergantungannya pada perdagangan maritim, sesuatu yang dia klaim menyumbang 90 persen dari perdagangan Israel. Rute-rute ini, katanya, dapat dengan mudah diganggu, dan menurutnya ukuran negara yang relatif kecil membuatnya rentan terhadap serangan yang menghancurkan.

"Kelemahan terbesar mereka adalah bahwa setiap tindakan taktis dapat menyebabkan kekalahan strategis bagi mereka," ujar Salami.

"Yang berarti bahwa hanya satu operasi dapat menghancurkan rezim ini," imbuhnya.

Pernyataan itu muncul ketika pembicaraan tidak langsung antara Amerika Serikat (AS) dan Iran terus berlangsung di Wina dengan tujuan mengoordinasikan kembalinya Washington ke kesepakatan nuklir multilateral yang ditinggalkan pada 2018 oleh mantan Presiden Donald Trump. Kedua belah pihak berusaha untuk mengatasi kebuntuan mengenai persyaratan kemungkinan masuknya kembali pemerintahan Presiden Joe Biden dan penerapan ulang batas pengayaan uranium Teheran ditangguhkan sebagai akibat dari ketidakpatuhan oleh pihak-pihak Barat terhadap kesepakatan tersebut.

Ketika negosiasi berlangsung yang melibatkan China, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Rusia dan Inggris, ketegangan politik telah muncul di Iran menjelang pemilihan presiden yang ditetapkan pada bulan Juni mendatang. Pemungutan suara akan mengakhiri masa jabatan kedua dan terakhir Presiden Iran Hassan Rouhani, dan Dewan Penjaga diharapkan segera mengumumkan daftar kandidat yang akan bersaing untuk menggantikannya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2169 seconds (0.1#10.140)