Ingin Buat Sejarah, Pembelot Korea Utara 'Nyaleg' di Inggris

Rabu, 05 Mei 2021 - 09:00 WIB
Pembelot Korut, Jihyun Park, mencalonkan diri menjadi anggota dewan kota Bury, Inggris. Foto/Fox News
LONDON - Seorang pembelot Korea Utara (Korut) berharap bisa membuat sejarah politik di Inggris pada minggu ini dengan mencalonkan diri sebagai anggota dewan di sebuah kota di Inggris .

Jihyun Park berhasil selamat dalam dua pelarian dramatis dari Korut. Enam belas tahun setelah diadibiarkan mati di luar kamp penjara Korut, ia berharap bisa membuat sejarah di Negeri Ratu Elizabeth itu.

"Ketika saya datang ke Inggris, banyak orang membantu: mereka menyambut saya, mereka mengajari saya bahasa Inggris," katanya kepada Fox News.



"Saya ingin membayar kembali hadiah ini," imbuhnya seperti dikutip darimedia yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu, Rabu (5/5/2021).

Park mencalonkan diri menjadi anggota dewan di Bury, bekas kota industri di Inggris utara tempat dia dimukimkan kembali sebagai pengungsi pada tahun 2008. Jika terpilih, dia yakin dia akan menjadi pembelot Korut pertama yang memegang jabatan politik di Barat.



Dalam sebuah wawancara di rumahnya, dia menceritakan kisah hidup yang mencengangkan.

Setelah menyaksikan pamannya meninggal karena kelaparan selama kelaparan yang melanda Korut pada 1990-an, ayahnya mendesaknya untuk meninggalkan negara itu. Suatu malam di tahun 1998, dia menyeberang ke China di bawah kegelapan.

"Tentara meneriaki kami dan (kami mendengar) tembakan, tetapi kami terus melintasi perbatasan karena kami ingin bertahan hidup," tuturnya.

Dia jatuh ke tangan pedagang manusia, dan dijual kepada seorang pria China yang menggunakannya untuk tenaga kerja dan seks.

"Saya ingin mengakhiri hidup saya," katanya. "Hidupku benar-benar seperti budak," sambungnya.



"Tetapi suatu hari saya mengetahui bahwa saya hamil, jadi saya berubah pikiran, karena anak itu adalah keluarga terakhir saya dan dia mungkin memberi saya kesempatan lagi," ungkapnya.

Dia menyembunyikan kehamilannya dan melahirkan sendiri.

Lima tahun kemudian, Park ditangkap sebagai imigran ilegal dan dideportasi ke Korut, tanpa putranya.

"Mimpi burukku jadi kenyataan," katanya. "Mereka menangkap saya di depan anak saya. Saya memohon, 'Tolong, saya ingin mengatakan beberapa kata kepada anak saya.' Tapi mereka tidak pernah mengizinkan saya," sambungnya.

Kembali ke Korut, dia dipenjara di kamp kerja paksa, tetapi jatuh sakit parah dengan cedera kaki dan dibebaskan.

"Polisi berkata, 'Kamu tidak bisa mati di dalam kamp. Lagipula kamu (akan) mati di luar.' Jadi mereka membebaskan saya," ia menirukan kata-kata sipir penjara.



Setelah beberapa bulan memulihkan diri, dia melakukan penyeberangan berbahaya ke China untuk kedua kalinya.

Dia bertemu kembali dengan anaknya, dan bergabung dengan sekelompok warga Korut yang berusaha mencapai negara tetangganya, Mongolia.

Upaya itu gagal, tetapi Park dibantu oleh seorang pria dalam kelompok itu. Pasangan tersebut kini sudah menikah.

Pasangan itu pindah ke Beijing, di mana seorang pendeta Korea-Amerika menghubungkan mereka dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka diberikan suaka di Inggris.

"Di Inggris, kami adalah kebangsaan yang sama sekali berbeda, budaya yang berbeda, bahasa yang berbeda, tetapi mereka menerima kami," katanya.



"Saya ingin membayar kembali hadiah ini di Inggris," tambahnya. "Jadi itulah mengapa saya mencalonkan diri dalam pemilihan ini," ungkapnya.

Di jalur kampanye di Bury, di mana dia adalah kandidat untuk partai Konservatif Perdana Menteri Boris Johnson, Park mengatakan pemilih jarang berusaha untuk berbicara tentang negara kelahirannya, dan menunjukkan sedikit minat dalam ketegangan diplomatik global atas senjata nuklir Korut.

Sebaliknya, mereka ingin tahu apa yang dia rencanakan untuk meningkatkan layanan pembuangan sampah.

“Orang-orang mengobrol dengan kami tentang masalah pengumpulan sampah, jalanan kotor, dan juga keselamatan jalan raya. Semuanya,” katanya. "Dan saya menuliskannya, dalam catatan saya," sambungnya.

"Saya sudah mewujudkan impian saya di sini: keluarga bahagia, hidup bahagia. Dan akhirnya saya menemukan kebebasan saya di sini," ia melanjutkan.



"Sekarang saya ingin mewujudkan impian orang lain," tukasnya.
(ian)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More