'Tsunami' COVID India: Tuhan Tolong Kami, Tuhan Tolong India

Senin, 26 April 2021 - 08:05 WIB


Namun, para ahli mengatakan gelombang kedua tidak disebabkan oleh varian baru yang muncul, melainkan karena manajemen yang buruk dari pemerintah—di mana negara iu lengah ketika kasus-kasus jatuh pada bulan Januari.

Mereka mengatakan bahwa pertemuan besar termasuk acara keagamaan dan demonstrasi politik diizinkan, memungkinkan virus menyebar seperti api liar.

"Bukan varian virus dan mutasi yang menjadi penyebab utama peningkatan infeksi saat ini," tulis Dr Anant Bhan, pakar bioetika dan kesehatan global.

“Ini adalah varian dari ketidakmampuan dan pengabaian pemikiran kesehatan masyarakat oleh pembuat keputusan kami.”

Ada juga kekhawatiran jumlah sebenarnya dari wabah tersebut jauh lebih tinggi, karena tempat kremasi di seluruh negeri melaporkan masuknya jenazah secara konstan.

Di salah satu tempat kremasi besar di Ahmedabad, sebuah kota di negara bagian Gujarat, India barat, membakar jenazah 24 jam sehari.

Suresh Bhai, seorang pekerja di sana, mengatakan kepada New York Times bahwa dia belum pernah melihat jalur perakitan kematian yang tidak pernah berakhir seperti di tempatnya saat ini.

Dia mengatakan dia belum menuliskan penyebab kematian karena COVID-19 di kertas tipis yang dia serahkan kepada keluarga yang berduka, meskipun jumlah korban tewas melonjak seiring dengan menyebarnya virus.

"Sakit, sakit, sakit," kata Suresh. "Itulah yang kami tulis."

Tersengat oleh kritik atas kurangnya persiapan menjelang gelombang infeksi, pemerintah pusat telah mengatur kereta api khusus untuk membawa pasokan oksigen ke kota-kota yang terkena dampak paling parah.

Angkatan Udara India juga digunakan untuk mengangkut tanker oksigen dan pasokan lainnya ke seluruh negeri dan untuk membawa peralatan oksigen dari Singapura.

Pemerintah juga menekan para industriawan untuk meningkatkan produksi oksigen dan obat-obatan penyelamat.

Satu "oxygen express" yang membawa 30.000 liter untuk rumah sakit tiba di Lucknow, negara bagian Uttar Pradesh, di mana penjaga bersenjata sedang menunggu untuk mengawal truk yang akan membawa oksigen ke rumah sakit.

Lucknow telah menjadi salah satu kota yang paling parah terkena dampak, di mana rumah sakit dan krematorium dibanjiri pasien dan jenazah. Para pejabat mengatakan oksigen cair hanya cukup untuk kebutuhan setengah hari.

Uttar Pradesh, negara bagian dengan 200 juta orang, telah memberlakukan lockdown akhir pekan dalam upaya untuk mengekang penyebaran virus.

Di Delhi, pemerintah kota mengatakan akan mulai menyiapkan stok penyangga oksigen.

Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengatakan, "Pemerintah harus mengambil alih semua pabrik oksigen melalui tentara".

Banyak pasien meninggal di luar rumah sakit di ibu kota karena kekurangan tempat tidur dan oksigen.

Sebanyak 20 pasien di Jaipur Golden Hospital di ibu kota meninggal pada malam hari karena kekurangan oksigen, kata direktur rumah sakit tersebut kepada media India.

Dia mengatakan bahwa pada satu tahap pada Sabtu pagi, cadangan turun menjadi 30 menit dan tekanan untuk 200 pasien virus corona telah berkurang, yang sebagian besar menggunakan oksigen darurat.

Sebuah badan amal telah mendirikan krematorium yang melimpah di tempat parkir mobil, dengan tumpukan kayu pemakaman darurat yang dibangun untuk menangani kematian yang meningkat.

Pengadilan Tinggi Delhi yang mendengarkan petisi khusus tentang tindakan pandemi mengatakan pada hari Sabtu, “Kami menyebutnya gelombang, sebenarnya tsunami."
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More