Menang Lagi, Kekuasaan Presiden Deby Nyaris Saingi Soeharto
Selasa, 20 April 2021 - 13:58 WIB
NDJAMENA - Presiden Chad Idriss Deby Itno kembali memenangkan pemilihan presiden (pilpres) untuk masa jabatan keenam. Kemenangan ini akan memperpanjang kekuasaannya menjadi 30 tahun, nyaris menyaingi lamanya kekuasaan mantan presiden Indonesia Soeharto 31 tahun.
Deby telah berkampanye untuk perdamaian dan keamanan di negaranya yang dilanda kekerasan. Pilpres diadakan pada 11 April dan memiliki jumlah pemilih di bawah 65%.
Hasil sementara pilpres yang dirilis Komisi Pemilu menunjukkan presiden petahana Chad; Idriss Deby Itno, meraih 79,32% suara.
Mantan perdana menteri Albert Pahimi Padacke berada di urutan kedua dengan 10,32% suara, sementara calon presiden wanita pertama Chad, Lydie Beassemda, mendapatkan 3,16%.
Pilpres tersebut diboikot oleh para pemimpin oposisi. Hasil resmi pilpres belum dikonfirmasi oleh Mahkamah Agung.
Chad, sebuah negara di Afrika tengah, seringkali identik dengan kekerasan dan ketidakstabilan. Itu tetap menjadi salah satu negara termiskin di dunia—meskipun ada simpanan minyak yang besar.
Deby, 68, sedianya akan memberikan pidato kemenangan, tetapi direktur kampanyenya mengatakan dia malah mengunjungi tentara Chad yang memerangi pemberontak yang bergerak maju ke ibu kota, N'Djamena.
"Kandidat akan senang berada di sini untuk merayakan...tapi sekarang, dia bersama pasukan pertahanan dan keamanan kami yang gagah berani untuk melawan teroris yang mengancam wilayah kami," kata direktur kampanyenya, Mahamat Zen Bada, seperti dikutip DW.com, Selasa (20/4/2021).
Deby berkuasa melalui pemberontakan pada tahun 1990. Deby telah berkampanye dengan janji meciptakan perdamaian dan keamanan yang telah dicengkeram oleh pemberontakan dan kekerasan selama bertahun-tahun.
Sementara itu, tentara Chad mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menewaskan sekitar 300 pemberontak dan menahan 150 orang.
Menurut juru bicara militer Jenderal Azem Bermandoa Agouna, pemberontak bersenjata berat yang berjuang untuk Front for Change and Concord in Chad (FACT) memasuki Chad utara dari Libya dan melewati provinsi Kanem sebelum mendekati ibu kota.
Menurutnya, lima tentara tewas dan 36 lainnya luka-luka dalam bentrokan antara pasukan dan pemberontak.
Negara tersebut mendukung aliansi G5 Sahel dalam memerangi teror di wilayah tersebut. Beberapa kelompok teroris aktif di Sahel, dan beberapa dari mereka memiliki hubungan dengan al-Qaeda atau pun ISIS.
Bentrokan baru-baru ini di Chad telah menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Barat, banyak di antaranya memandang Deby sebagai sekutu dalam perang melawan terorisme regional.
AS telah meminta semua staf kedutaan yang tidak penting untuk meninggalkan negara itu. Inggris juga telah menyarankan warganya untuk meninggalkan Chad secepat mungkin.
Deby telah berkampanye untuk perdamaian dan keamanan di negaranya yang dilanda kekerasan. Pilpres diadakan pada 11 April dan memiliki jumlah pemilih di bawah 65%.
Hasil sementara pilpres yang dirilis Komisi Pemilu menunjukkan presiden petahana Chad; Idriss Deby Itno, meraih 79,32% suara.
Mantan perdana menteri Albert Pahimi Padacke berada di urutan kedua dengan 10,32% suara, sementara calon presiden wanita pertama Chad, Lydie Beassemda, mendapatkan 3,16%.
Pilpres tersebut diboikot oleh para pemimpin oposisi. Hasil resmi pilpres belum dikonfirmasi oleh Mahkamah Agung.
Chad, sebuah negara di Afrika tengah, seringkali identik dengan kekerasan dan ketidakstabilan. Itu tetap menjadi salah satu negara termiskin di dunia—meskipun ada simpanan minyak yang besar.
Deby, 68, sedianya akan memberikan pidato kemenangan, tetapi direktur kampanyenya mengatakan dia malah mengunjungi tentara Chad yang memerangi pemberontak yang bergerak maju ke ibu kota, N'Djamena.
"Kandidat akan senang berada di sini untuk merayakan...tapi sekarang, dia bersama pasukan pertahanan dan keamanan kami yang gagah berani untuk melawan teroris yang mengancam wilayah kami," kata direktur kampanyenya, Mahamat Zen Bada, seperti dikutip DW.com, Selasa (20/4/2021).
Deby berkuasa melalui pemberontakan pada tahun 1990. Deby telah berkampanye dengan janji meciptakan perdamaian dan keamanan yang telah dicengkeram oleh pemberontakan dan kekerasan selama bertahun-tahun.
Sementara itu, tentara Chad mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menewaskan sekitar 300 pemberontak dan menahan 150 orang.
Menurut juru bicara militer Jenderal Azem Bermandoa Agouna, pemberontak bersenjata berat yang berjuang untuk Front for Change and Concord in Chad (FACT) memasuki Chad utara dari Libya dan melewati provinsi Kanem sebelum mendekati ibu kota.
Menurutnya, lima tentara tewas dan 36 lainnya luka-luka dalam bentrokan antara pasukan dan pemberontak.
Baca Juga
Negara tersebut mendukung aliansi G5 Sahel dalam memerangi teror di wilayah tersebut. Beberapa kelompok teroris aktif di Sahel, dan beberapa dari mereka memiliki hubungan dengan al-Qaeda atau pun ISIS.
Bentrokan baru-baru ini di Chad telah menimbulkan kekhawatiran di negara-negara Barat, banyak di antaranya memandang Deby sebagai sekutu dalam perang melawan terorisme regional.
AS telah meminta semua staf kedutaan yang tidak penting untuk meninggalkan negara itu. Inggris juga telah menyarankan warganya untuk meninggalkan Chad secepat mungkin.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda