Alasan Teori Konspirasi Kerap Bayangi Penembakan Massal di AS

Senin, 05 April 2021 - 05:00 WIB
Teori konspirasi sendiri adalah cara memahami informasi. Sejarawan Richard Hofstadter telah mengindikasikan bahwa mereka dapat memberikan motif untuk peristiwa yang tidak dapat dijelaskan.



"Penembakan massal, kemudian, menciptakan kesempatan bagi orang-orang untuk percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang berperan, atau penyebab utama yang menjelaskan peristiwa tersebut," jelasnya.

Misalnya, gagasan bahwa penembak menjadi gila karena obat antipsikotik, yang didistribusikan oleh industri farmasi, dapat memberikan kenyamanan, bukan anggapan bahwa siapa pun dapat menjadi korban atau pelaku.

Dalam studinya, keduanya menyebut, teori konspirasi dapat memicu ancaman dunia nyata, termasuk serangan yang diilhami QAnon di sebuah restoran pizza pada tahun 2016 dan pemberontakan Capitol Hill pada 6 Januari.

"Teori ini juga salah mengarahkan kesalahan dan mengalihkan perhatian dari upaya untuk lebih memahami tragedi seperti penembakan massal. Beasiswa berkualitas tinggi dapat menyelidiki bagaimana melindungi tempat-tempat umum dengan lebih baik," ungkapnya.



Namun perdebatan sengit tentang bagaimana mengurangi peristiwa seperti penembakan massal akan kurang efektif jika sebagian besar masyarakat percaya bahwa peristiwa tersebut dibuat-buat.

Beberapa jurnalis dan organisasi berita telah mulai mengambil langkah untuk mengidentifikasi dan memperingatkan audiens terhadap teori konspirasi. Akses terbuka ke sumber berita ternama tentang Covid-19, misalnya, telah membantu mengelola misinformasi konspirasi virus corona.

Evaluasi yang eksplisit dan jelas atas bukti dan sumber, dalam tajuk berita dan teks TV, telah membantu menjaga konsumen berita tetap waspada. Dan pop-up prompt dari Twitter dan Facebook mendorong pengguna untuk membaca artikel sebelum memposting ulang.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More