Bebaskan Kapal Ever Given, Otoritas Terusan Suez Habiskan Rp14,5 Triliun
Kamis, 01 April 2021 - 08:58 WIB
KAIRO - Otoritas Terusan Suez , Mesir, mengatakan total biaya yang dihabiskan untuk membebaskan perairan itu dari kapal kontainer raksasa Ever Given mencapai USD1 miliar (lebih dari Rp14,5 triliun). Kapal itu tersangkut dan menyebabkan kemacetan lalu lintas kapal di Terusan Suez hingga enam hari.
"Kami akan melanjutkan penghitungan, menghitung semua dana yang telah kami gunakan sejak hari pertama insiden, biaya penggunaan kapal tunda dan kapal keruk, yang bekerja sepanjang waktu," kata kepala Administrasi Terusan Suez Osama Rabia kepada media Mesir, Sada el-Balad TV pada hari Rabu yang dilansir Sputniknews, Kamis (1/4/2021).
"Ini adalah jumlah yang signifikan...USD1 miliar atau sesuatu seperti itu," paparnya.
Rabia sebelumnya menyatakan macetnya lalu lintas Terusan Suez telah merugikan pemerintah Mesir sebesar USD14 juta (lebih dari Rp203 miliar) per hari.
Untuk saat ini, kapal berbendera Panama milik Jepang yang dioperasikan oleh Taiwan telah ditarik ke Great Bitter Lake, yang berada sekitar setengah jalan melalui kanal yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah.
Kapal Ever Given akan tinggal di sana sampai penyelidikan lengkap atas insiden tersebut selesai, termasuk pemeriksaan keselamatan lambungnya, yang bagian depannya bersarang di tepi timur kanal. Kapal itu telah melakukan perjalanan dari China ke Belanda sebelum insiden di Terusan Suez terjadi.
Rabia mengatakan kru Ever Given belum menyerahkan kotak hitam kapal dan dokumen lainnya ke Kairo sebagai bagian dari penyelidikannya.
Kapal itu panjangnya sekitar 400 meter, lebih panjang dari lebar jalur air di Terusan Suez. Saat tersangkuat, lambungnya yang besar benar-benar menghalangi jalur perairan tersebut, menyebabkan ratusan kapal antre menumpuk di kedua ujung kanal.
Terusan Suez dibangun antara 1859 hingga 1869 dan dibiayai oleh pemerintah Prancis dan Mesir. Dari 1,5 juta pekerja Mesir yang menggali kanal, diperkirakan 120.000 tewas.
Kairo kehilangan semua kendali atas kanal tersebut setelah pemerintah Mesir yang berutang banyak terpaksa menjual sahamnya di perusahaan pengelola ke Inggris pada tahun 1875, tetapi pada tahun 1956, ketika masa sewa 99 tahun perusahaan berakhir, Presiden Mesir Gamel abd al-Nasser melakukan nasionalisasi Terusan Suez.
Pasukan gabungan Inggris-Prancis-Israel kala itu menyerbu dan menduduki zona kanal, menutupnya selama hampir setahun sebelum tekanan Amerika Serikat dan Uni Soviet memaksa pasukan gabungan itu mundur.
"Kami akan melanjutkan penghitungan, menghitung semua dana yang telah kami gunakan sejak hari pertama insiden, biaya penggunaan kapal tunda dan kapal keruk, yang bekerja sepanjang waktu," kata kepala Administrasi Terusan Suez Osama Rabia kepada media Mesir, Sada el-Balad TV pada hari Rabu yang dilansir Sputniknews, Kamis (1/4/2021).
"Ini adalah jumlah yang signifikan...USD1 miliar atau sesuatu seperti itu," paparnya.
Rabia sebelumnya menyatakan macetnya lalu lintas Terusan Suez telah merugikan pemerintah Mesir sebesar USD14 juta (lebih dari Rp203 miliar) per hari.
Untuk saat ini, kapal berbendera Panama milik Jepang yang dioperasikan oleh Taiwan telah ditarik ke Great Bitter Lake, yang berada sekitar setengah jalan melalui kanal yang menghubungkan Laut Mediterania dan Laut Merah.
Kapal Ever Given akan tinggal di sana sampai penyelidikan lengkap atas insiden tersebut selesai, termasuk pemeriksaan keselamatan lambungnya, yang bagian depannya bersarang di tepi timur kanal. Kapal itu telah melakukan perjalanan dari China ke Belanda sebelum insiden di Terusan Suez terjadi.
Rabia mengatakan kru Ever Given belum menyerahkan kotak hitam kapal dan dokumen lainnya ke Kairo sebagai bagian dari penyelidikannya.
Kapal itu panjangnya sekitar 400 meter, lebih panjang dari lebar jalur air di Terusan Suez. Saat tersangkuat, lambungnya yang besar benar-benar menghalangi jalur perairan tersebut, menyebabkan ratusan kapal antre menumpuk di kedua ujung kanal.
Terusan Suez dibangun antara 1859 hingga 1869 dan dibiayai oleh pemerintah Prancis dan Mesir. Dari 1,5 juta pekerja Mesir yang menggali kanal, diperkirakan 120.000 tewas.
Kairo kehilangan semua kendali atas kanal tersebut setelah pemerintah Mesir yang berutang banyak terpaksa menjual sahamnya di perusahaan pengelola ke Inggris pada tahun 1875, tetapi pada tahun 1956, ketika masa sewa 99 tahun perusahaan berakhir, Presiden Mesir Gamel abd al-Nasser melakukan nasionalisasi Terusan Suez.
Pasukan gabungan Inggris-Prancis-Israel kala itu menyerbu dan menduduki zona kanal, menutupnya selama hampir setahun sebelum tekanan Amerika Serikat dan Uni Soviet memaksa pasukan gabungan itu mundur.
(min)
tulis komentar anda