Komentari Xinjiang, Nike Hadapi Badai Kritik di Media Sosial China
Jum'at, 26 Maret 2021 - 00:01 WIB
“Nike tidak mengambil sumber produk dari XUAR dan kami telah mengonfirmasi dengan para pemasok kontrak kami bahwa mereka tidak menggunakan tekstil atau benang pintal dari wilayah tersebut,” ungkap Nike.
Badai media sosial terjadi ketika hubungan antara Amerika Serikat dan China memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam perkembangan terbaru, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Inggris dan Kanada pada Senin menjatuhkan sanksi kepada para pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang.
China membalas dengan sanksi terhadap para anggota parlemen dan institusi Eropa.
Awal pekan ini, setidaknya satu pengecer online China tampaknya menghentikan penjualan produk H&M di tengah serangan media sosial terhadap perusahaan Swedia tersebut karena mengatakan pihaknya "sangat prihatin" tentang laporan kerja paksa di Xinjiang.
Para aktivis dan beberapa politisi Barat menuduh China menggunakan penyiksaan, kerja paksa dan sterilisasi di Xinjiang.
China membantah tuduhan ini dan mengatakan memberikan pelatihan kejuruan, dan tindakannya diperlukan untuk memerangi ekstremisme.
Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times yang dikelola negara mendesak perusahaan-perusahaan Barat untuk "sangat berhati-hati" dan tidak "menekan Xinjiang China" dalam posting media sosial.
“Melakukan hal itu tidak diragukan lagi akan membangkitkan kemarahan publik China,” papar dia tanpa menyebut nama perusahaan mana pun.
Badai media sosial terjadi ketika hubungan antara Amerika Serikat dan China memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam perkembangan terbaru, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Inggris dan Kanada pada Senin menjatuhkan sanksi kepada para pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Xinjiang.
China membalas dengan sanksi terhadap para anggota parlemen dan institusi Eropa.
Awal pekan ini, setidaknya satu pengecer online China tampaknya menghentikan penjualan produk H&M di tengah serangan media sosial terhadap perusahaan Swedia tersebut karena mengatakan pihaknya "sangat prihatin" tentang laporan kerja paksa di Xinjiang.
Para aktivis dan beberapa politisi Barat menuduh China menggunakan penyiksaan, kerja paksa dan sterilisasi di Xinjiang.
China membantah tuduhan ini dan mengatakan memberikan pelatihan kejuruan, dan tindakannya diperlukan untuk memerangi ekstremisme.
Hu Xijin, pemimpin redaksi Global Times yang dikelola negara mendesak perusahaan-perusahaan Barat untuk "sangat berhati-hati" dan tidak "menekan Xinjiang China" dalam posting media sosial.
“Melakukan hal itu tidak diragukan lagi akan membangkitkan kemarahan publik China,” papar dia tanpa menyebut nama perusahaan mana pun.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda