Sosok Pelobi yang Disewa Junta Myanmar: Kelahiran Iran, Dibui di AS dan Eks Agen Mossad
Jum'at, 12 Maret 2021 - 00:00 WIB
Para jenderal Myanmar tidak menunjukkan tanda-tanda mengindahkan seruan untuk menahan diri di tengah meningkatnya kekerasan meskipun tekanan internasional meningkat, termasuk sanksi yang ditargetkan oleh kekuatan Barat.
Ben-Menashe, yang mengeklaim sebagai mantan pejabat Intelijen Militer Israel sebelumnya disewa oleh Robert Mugabe dari Zimbabwe dan penguasa militer Sudan. Dia mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa junta militer juga ingin memulangkan Muslim Rohingya yang melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, di tengah serangan terhadap minoritas itu, yang menurut para pejabat PBB adalah genosida.
Hampir satu juta orang Rohingya tinggal di kamp-kamp yang luas di Bangladesh, dengan banyak yang telah melarikan diri dari Myanmar setelah penumpasan berdarah militer pada tahun 2017.
Ben-Menashe mengatakan dia ditugaskan untuk menghubungi UEA dan Arab Saudi tentang repatriasi.
Myanmar telah diguncang oleh kerusuhan sejak kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dari kekuasaan dan memicu pemberontakan massal yang menentang junta militer.
Hampir 2.000 orang telah ditangkap dan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi lebih dari 60 orang, karena pasukan keamanan berusaha untuk membubarkan perlawanan.
Kudeta dan tindakan keras militer yang brutal telah menimbulkan kecaman internasional yang luas, termasuk sanksi terhadap personel militer utama.
Ben-Menashe mengatakan dia dipekerjakan karena Barat "salah paham" dengan militer Myanmar.
“Ada dorongan nyata untuk bergerak ke Barat dan Amerika Serikat, bukannya mencoba lebih dekat dengan China,” kata Ben-Menashe. "Mereka tidak ingin menjadi boneka China.”
Ben-Menashe, yang mengeklaim sebagai mantan pejabat Intelijen Militer Israel sebelumnya disewa oleh Robert Mugabe dari Zimbabwe dan penguasa militer Sudan. Dia mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa junta militer juga ingin memulangkan Muslim Rohingya yang melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh, di tengah serangan terhadap minoritas itu, yang menurut para pejabat PBB adalah genosida.
Hampir satu juta orang Rohingya tinggal di kamp-kamp yang luas di Bangladesh, dengan banyak yang telah melarikan diri dari Myanmar setelah penumpasan berdarah militer pada tahun 2017.
Ben-Menashe mengatakan dia ditugaskan untuk menghubungi UEA dan Arab Saudi tentang repatriasi.
Myanmar telah diguncang oleh kerusuhan sejak kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dari kekuasaan dan memicu pemberontakan massal yang menentang junta militer.
Hampir 2.000 orang telah ditangkap dan jumlah korban tewas telah meningkat menjadi lebih dari 60 orang, karena pasukan keamanan berusaha untuk membubarkan perlawanan.
Kudeta dan tindakan keras militer yang brutal telah menimbulkan kecaman internasional yang luas, termasuk sanksi terhadap personel militer utama.
Ben-Menashe mengatakan dia dipekerjakan karena Barat "salah paham" dengan militer Myanmar.
“Ada dorongan nyata untuk bergerak ke Barat dan Amerika Serikat, bukannya mencoba lebih dekat dengan China,” kata Ben-Menashe. "Mereka tidak ingin menjadi boneka China.”
Lihat Juga :
tulis komentar anda