WHO: Satu dari Tiga Wanita Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual
Rabu, 10 Maret 2021 - 03:01 WIB
Menurut WHO, laporan ini studi terbesar yang pernah ada, yang mencakup data dan survei nasional dari 2000-2018.
“Seorang suami atau pasangan intim adalah pelaku yang paling umum dan jumlah korban yang tidak proporsional berada di negara-negara termiskin,” papar laporan itu.
Angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena kurangnya pelaporan tentang pelecehan seksual, kejahatan yang sangat distigmatisasi.
“Angka-angka ini sangat mengejutkan dan benar-benar merupakan semacam seruan bagi pemerintah untuk berbuat lebih banyak lagi guna mencegah kekerasan ini,” ungkap penulis laporan Claudia Garcia-Moreno.
“Di beberapa wilayah, lebih dari setengah wanita menghadapi kekerasan di beberapa titik,” ujar dia kepada Reuters, mengutip Oseania, sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.
Data WHO menyatakan negara-negara dengan prevalensi tertinggi termasuk Kiribati, Fiji, Papua Nugini, Bangladesh, Republik Demokratik Kongo, dan Afghanistan.
Tingkat terendah di Eropa, hingga 23%, seumur hidup. “Kekerasan dimulai pada usia yang sangat muda,” ungkap pernyataan WHO.
“Satu dari empat gadis remaja berusia 15-19 tahun yang telah menjalin hubungan telah mengalami kekerasan fisik atau seksual,” ujar Garcia-Moreno.
“Ini adalah waktu yang sangat penting dan formatif dalam hidup. Dan kita tahu bahwa dampak dari kekerasan ini bisa bertahan lama dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental serta menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan komplikasi lainnya,” tutur dia.
“Seorang suami atau pasangan intim adalah pelaku yang paling umum dan jumlah korban yang tidak proporsional berada di negara-negara termiskin,” papar laporan itu.
Angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena kurangnya pelaporan tentang pelecehan seksual, kejahatan yang sangat distigmatisasi.
“Angka-angka ini sangat mengejutkan dan benar-benar merupakan semacam seruan bagi pemerintah untuk berbuat lebih banyak lagi guna mencegah kekerasan ini,” ungkap penulis laporan Claudia Garcia-Moreno.
“Di beberapa wilayah, lebih dari setengah wanita menghadapi kekerasan di beberapa titik,” ujar dia kepada Reuters, mengutip Oseania, sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan.
Data WHO menyatakan negara-negara dengan prevalensi tertinggi termasuk Kiribati, Fiji, Papua Nugini, Bangladesh, Republik Demokratik Kongo, dan Afghanistan.
Tingkat terendah di Eropa, hingga 23%, seumur hidup. “Kekerasan dimulai pada usia yang sangat muda,” ungkap pernyataan WHO.
“Satu dari empat gadis remaja berusia 15-19 tahun yang telah menjalin hubungan telah mengalami kekerasan fisik atau seksual,” ujar Garcia-Moreno.
“Ini adalah waktu yang sangat penting dan formatif dalam hidup. Dan kita tahu bahwa dampak dari kekerasan ini bisa bertahan lama dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental serta menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan komplikasi lainnya,” tutur dia.
(sya)
tulis komentar anda