Paus Fransiskus Kunjungi Tempat Kelahiran Nabi Ibrahim di Irak
Sabtu, 06 Maret 2021 - 20:01 WIB
Pada 1947, setahun sebelum kelahiran Israel, komunitas Yahudi Irak berjumlah sekitar 150.000 orang. Sekarang jumlah mereka bisa dihitung dengan jari.
Seorang pejabat Gereja setempat mengatakan orang-orang Yahudi dihubungi dan diundang tetapi situasi bagi mereka "rumit" terutama karena mereka tidak memiliki komunitas yang terstruktur.
Namun, dalam acara serupa di masa lalu, di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, seorang tokoh senior Yahudi asing telah hadir.
"Permusuhan, ekstremisme, dan kekerasan tidak lahir dari hati yang religius: itu adalah pengkhianatan terhadap agama," tegas Paus di Ur.
“Kita orang beriman tidak bisa diam ketika terorisme melanggar agama; memang, kita diminta tegas untuk menghalau semua kesalahpahaman, ”papar dia.
Militan ISIS, yang mencoba mendirikan kekhalifahan yang meliputi beberapa negara, menghancurkan Irak utara dari 2014-2017, menewaskan sejumlah pemeluk Kristen serta Muslim yang menentang ISIS.
Komunitas Kristen Irak, salah satu yang tertua di dunia, sangat terpukul, sehingga jumlahnya berkurang menjadi sekitar 300.000 orang dari sekitar 1,5 juta orang sebelum invasi AS dan kekerasan brutal yang mengikutinya.
Di Ur, Paus Fransiskus memuji kaum muda Muslim karena membantu umat Kristen memperbaiki gereja mereka "ketika terorisme menyerang bagian utara negara tercinta ini".
Rafah Husein Baher, anggota agama kecil Sabean Mandaean, berterima kasih kepada Fransiskus karena telah melakukan perjalanan meskipun ada banyak masalah di negara itu, termasuk lonjakan kasus COVID-19 dan serentetan serangan roket serta bom bunuh diri baru-baru ini.
"Kunjungan Anda berarti kemenangan kebajikan, itu adalah simbol penghargaan kepada rakyat Irak, Berbahagialah dia yang mencabut rasa takut dari jiwa," papar dia.
Seorang pejabat Gereja setempat mengatakan orang-orang Yahudi dihubungi dan diundang tetapi situasi bagi mereka "rumit" terutama karena mereka tidak memiliki komunitas yang terstruktur.
Namun, dalam acara serupa di masa lalu, di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim, seorang tokoh senior Yahudi asing telah hadir.
"Permusuhan, ekstremisme, dan kekerasan tidak lahir dari hati yang religius: itu adalah pengkhianatan terhadap agama," tegas Paus di Ur.
“Kita orang beriman tidak bisa diam ketika terorisme melanggar agama; memang, kita diminta tegas untuk menghalau semua kesalahpahaman, ”papar dia.
Militan ISIS, yang mencoba mendirikan kekhalifahan yang meliputi beberapa negara, menghancurkan Irak utara dari 2014-2017, menewaskan sejumlah pemeluk Kristen serta Muslim yang menentang ISIS.
Komunitas Kristen Irak, salah satu yang tertua di dunia, sangat terpukul, sehingga jumlahnya berkurang menjadi sekitar 300.000 orang dari sekitar 1,5 juta orang sebelum invasi AS dan kekerasan brutal yang mengikutinya.
Di Ur, Paus Fransiskus memuji kaum muda Muslim karena membantu umat Kristen memperbaiki gereja mereka "ketika terorisme menyerang bagian utara negara tercinta ini".
Rafah Husein Baher, anggota agama kecil Sabean Mandaean, berterima kasih kepada Fransiskus karena telah melakukan perjalanan meskipun ada banyak masalah di negara itu, termasuk lonjakan kasus COVID-19 dan serentetan serangan roket serta bom bunuh diri baru-baru ini.
"Kunjungan Anda berarti kemenangan kebajikan, itu adalah simbol penghargaan kepada rakyat Irak, Berbahagialah dia yang mencabut rasa takut dari jiwa," papar dia.
tulis komentar anda