Kurangnya Air Bersih Masih Jadi Ancaman Utama di Jalur Gaza
Senin, 22 Februari 2021 - 00:49 WIB
"Populasinya terus bertambah dan begitu pula permintaan akan sumber daya yang terbatas ini. Ditambah lagi fakta bahwa petani mencemari dengan pestisida, dan Anda akan mengerti dari mana kontaminasi ini berasal," keluh Hellis, seperti dilansir Sputnik.
Populasi penduduk di Jalur Gaza bukan satu-satunya yang harus disalahkan dan Hellis menuduh Israel membawa situasi ke atas.
"Israel mencemari Gaza dengan air limbah. Tapi, yang lebih penting adalah mencegah para ahli lingkungan memasuki Jalur itu untuk memeriksa sistem dan menyarankan cara untuk memperbaikinya," ujarnya.
Meskipun tuduhan bahwa Israel dengan sengaja mencemari perairan Gaza tidak pernah terbukti, negara Yahudi tersebut mengakui bahwa mereka mencegah bahan-bahan tertentu memasuki Jalur Gaza. Israel khawatir, Hamas, kelompok yang dianggap organisasi teroris oleh pejabat di Yerusalem, akan menggunakan sumber daya tersebut untuk keperluan militer.
Pada saat yang sama, Israel menyadari bahwa masalah kontaminasi air pada akhirnya dapat menjadi bumerang bagi mereka. Karenanya, pada tahun 2019, negara Yahudi tersebut mulai membangun saluran pipa ke Gaza yang bertujuan untuk menyediakan wilayah tersebut dengan sumber daya yang sangat dibutuhkan.
Sementara pipa itu masih dalam pembangunan, Hellis memperingatkan bahwa situasi di Gaza dengan cepat menjadi tidak terkendali. "Kami telah menyaksikan dampak langsung dari air yang tercemar yang mengakibatkan penyebaran berbagai penyakit, termasuk kanker," ujarnya.
Pada tahun 2009, misalnya, laporan UNICEF menyebutkan bahwa 12 persen kematian pada anak-anak dan bayi di Gaza disebabkan oleh diare. Dua tahun kemudian, 26 persen dari semua penyakit masa kanak-kanak diidentifikasi sebagai ditularkan melalui air. Pada tahun 2016, seperempat dari semua penyakit di Gaza dikaitkan dengan kualitas air yang buruk di daerah itu.
Populasi penduduk di Jalur Gaza bukan satu-satunya yang harus disalahkan dan Hellis menuduh Israel membawa situasi ke atas.
"Israel mencemari Gaza dengan air limbah. Tapi, yang lebih penting adalah mencegah para ahli lingkungan memasuki Jalur itu untuk memeriksa sistem dan menyarankan cara untuk memperbaikinya," ujarnya.
Meskipun tuduhan bahwa Israel dengan sengaja mencemari perairan Gaza tidak pernah terbukti, negara Yahudi tersebut mengakui bahwa mereka mencegah bahan-bahan tertentu memasuki Jalur Gaza. Israel khawatir, Hamas, kelompok yang dianggap organisasi teroris oleh pejabat di Yerusalem, akan menggunakan sumber daya tersebut untuk keperluan militer.
Pada saat yang sama, Israel menyadari bahwa masalah kontaminasi air pada akhirnya dapat menjadi bumerang bagi mereka. Karenanya, pada tahun 2019, negara Yahudi tersebut mulai membangun saluran pipa ke Gaza yang bertujuan untuk menyediakan wilayah tersebut dengan sumber daya yang sangat dibutuhkan.
Sementara pipa itu masih dalam pembangunan, Hellis memperingatkan bahwa situasi di Gaza dengan cepat menjadi tidak terkendali. "Kami telah menyaksikan dampak langsung dari air yang tercemar yang mengakibatkan penyebaran berbagai penyakit, termasuk kanker," ujarnya.
Pada tahun 2009, misalnya, laporan UNICEF menyebutkan bahwa 12 persen kematian pada anak-anak dan bayi di Gaza disebabkan oleh diare. Dua tahun kemudian, 26 persen dari semua penyakit masa kanak-kanak diidentifikasi sebagai ditularkan melalui air. Pada tahun 2016, seperempat dari semua penyakit di Gaza dikaitkan dengan kualitas air yang buruk di daerah itu.
tulis komentar anda