Kapal Myanmar Tiba di Malaysia untuk Jemput Para Pencari Suaka
Sabtu, 20 Februari 2021 - 22:03 WIB
Malaysia telah berjanji tidak mendeportasi Muslim Rohingya atau pengungsi yang terdaftar di Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR).
Tetapi kekhawatiran tentang deportasi pencari suaka tetap ada karena UNHCR belum diizinkan mewawancarai para tahanan selama lebih dari setahun untuk memverifikasi status mereka.
Malaysia tidak secara resmi mengakui pengungsi dan menangkap mereka bersama dengan para migran tidak berdokumen lainnya.
Kedutaan Besar (Kedubes) AS mengonfirmasi kepada Reuters bahwa mereka telah menyuarakan kekhawatiran dan menggemakan seruan untuk akses UNHCR kepada mereka yang berada di penahanan imigrasi. UNHCR tidak memberikan komentar segera apakah akan diberikan akses pada para tahanan.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Malaysia tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari kekhawatiran yang diungkapkan Amerika Serikat dan kedutaan besar lainnya.
Kedubes Myanmar di Malaysia tidak menanggapi panggilan telepon untuk meminta komentar.
Dalam posting Facebook pada Sabtu (20/2), mereka mengonfirmasi akan membawa kembali 1.200 orang. Myanmar memprioritaskan pemulangan warga negara yang terdampar karena pandemi COVID-19.
“Tiga kapal berbendera Myanmar berlabuh di pangkalan Angkatan Laut Lumut Malaysia pada Sabtu (20/2), termasuk satu yang digambarkan sebagai kapal operasi militer,” ungkap website pelacak kapal Marine Traffic.
Dua sumber Malaysia, yang tidak mau disebutkan namanya, membenarkan bahwa kapal-kapal itu dikirim untuk menjemput para tahanan.
“Kapal-kapal itu dijadwalkan berangkat ke Myanmar pada Selasa,” papar pernyataan Departemen Imigrasi Malaysia.
Tetapi kekhawatiran tentang deportasi pencari suaka tetap ada karena UNHCR belum diizinkan mewawancarai para tahanan selama lebih dari setahun untuk memverifikasi status mereka.
Malaysia tidak secara resmi mengakui pengungsi dan menangkap mereka bersama dengan para migran tidak berdokumen lainnya.
Kedutaan Besar (Kedubes) AS mengonfirmasi kepada Reuters bahwa mereka telah menyuarakan kekhawatiran dan menggemakan seruan untuk akses UNHCR kepada mereka yang berada di penahanan imigrasi. UNHCR tidak memberikan komentar segera apakah akan diberikan akses pada para tahanan.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Malaysia tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari kekhawatiran yang diungkapkan Amerika Serikat dan kedutaan besar lainnya.
Kedubes Myanmar di Malaysia tidak menanggapi panggilan telepon untuk meminta komentar.
Dalam posting Facebook pada Sabtu (20/2), mereka mengonfirmasi akan membawa kembali 1.200 orang. Myanmar memprioritaskan pemulangan warga negara yang terdampar karena pandemi COVID-19.
“Tiga kapal berbendera Myanmar berlabuh di pangkalan Angkatan Laut Lumut Malaysia pada Sabtu (20/2), termasuk satu yang digambarkan sebagai kapal operasi militer,” ungkap website pelacak kapal Marine Traffic.
Dua sumber Malaysia, yang tidak mau disebutkan namanya, membenarkan bahwa kapal-kapal itu dikirim untuk menjemput para tahanan.
“Kapal-kapal itu dijadwalkan berangkat ke Myanmar pada Selasa,” papar pernyataan Departemen Imigrasi Malaysia.
tulis komentar anda