Iran Bisa Cari Senjata Nuklir Jika Ditekan Seperti ‘Kucing Tersudut’
Rabu, 10 Februari 2021 - 04:04 WIB
"Pemimpin Tertinggi telah secara eksplisit mengatakan dalam fatwanya bahwa senjata nuklir bertentangan dengan hukum syariah dan Republik Islam melihat itu dilarang secara agama dan tidak mengejarnya," ungkap Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi pada televisi pemerintah.
“Tapi kucing yang terpojok mungkin berperilaku berbeda daripada saat kucing itu bebas. Dan jika mereka (negara-negara Barat) mendorong Iran ke arah itu, maka itu bukan lagi kesalahan Iran,” papar Alavi.
Rincian dari wawancara tersebut dipublikasikan oleh situs berita Iran pada Selasa (9/2).
Iran bersikeras program nuklirnya untuk menghasilkan listrik dan untuk tujuan damai lainnya. Namun badan intelijen Amerika Serikat (AS) dan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) percaya Iran pernah memiliki program senjata nuklir yang dihentikan.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang menjajaki cara memulihkan kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani Iran dengan kekuatan besar dunia, tetapi ditinggalkan pada 2018 oleh mantan Presiden Donald Trump.
Trump kemudian memulihkan sanksi pada Iran. Teheran membalas dengan melanggar ketentuan dalam perjanjian secara bertahap.
Biden telah mengatakan, jika Teheran kembali ke kepatuhan ketat dengan pakta tersebut, Washington akan mengikutinya.
Tampaknya AS menggunakan itu sebagai batu loncatan untuk perjanjian yang lebih luas yang mungkin membatasi pengembangan rudal Iran dan aktivitas regionalnya.
Teheran bersikeras Washington harus mengurangi sanksi terlebih dahulu sebelum melanjutkan kepatuhan pada kesepakatan nuklir.
Iran menolak negosiasi baru tentang masalah keamanan yang lebih luas di kawasan atau terkait program rudalnya.
“Tapi kucing yang terpojok mungkin berperilaku berbeda daripada saat kucing itu bebas. Dan jika mereka (negara-negara Barat) mendorong Iran ke arah itu, maka itu bukan lagi kesalahan Iran,” papar Alavi.
Rincian dari wawancara tersebut dipublikasikan oleh situs berita Iran pada Selasa (9/2).
Iran bersikeras program nuklirnya untuk menghasilkan listrik dan untuk tujuan damai lainnya. Namun badan intelijen Amerika Serikat (AS) dan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) percaya Iran pernah memiliki program senjata nuklir yang dihentikan.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang menjajaki cara memulihkan kesepakatan nuklir 2015 yang ditandatangani Iran dengan kekuatan besar dunia, tetapi ditinggalkan pada 2018 oleh mantan Presiden Donald Trump.
Trump kemudian memulihkan sanksi pada Iran. Teheran membalas dengan melanggar ketentuan dalam perjanjian secara bertahap.
Biden telah mengatakan, jika Teheran kembali ke kepatuhan ketat dengan pakta tersebut, Washington akan mengikutinya.
Tampaknya AS menggunakan itu sebagai batu loncatan untuk perjanjian yang lebih luas yang mungkin membatasi pengembangan rudal Iran dan aktivitas regionalnya.
Teheran bersikeras Washington harus mengurangi sanksi terlebih dahulu sebelum melanjutkan kepatuhan pada kesepakatan nuklir.
Iran menolak negosiasi baru tentang masalah keamanan yang lebih luas di kawasan atau terkait program rudalnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda