Presiden Haiti Klaim Hendak Dikudeta dan Dibunuh, 23 Orang Ditangkap
Senin, 08 Februari 2021 - 11:06 WIB
Perselisihan itu muncul dari semrawutnya pemilihan presiden pada 2015. Saat itu, Moise semula dinyatakan sebagai pemenang, namun hasil pemungutan suara kemudian dibatalkan karena dugaan kecurangan. Meski begitu, Moise berhasil terpilih tahun berikutnya dan akhirnya dilantik pada Februari 2017. Karena kekacauan pemilu, negara itu diperintah oleh presiden sementara selama setahun.
Moise juga telah memutuskan melalui keputusan sejak Januari 2020 ketika masa jabatan parlemen terakhir berakhir tetapi tidak ada pemilihan umum yang diadakan. Sekarang, Haiti diharapkan mengadakan pemilihan parlemen pada bulan September—beberapa bulan setelah referendum konstitusi yang dijadwalkan pada bulan April yang diharapkan memberikan presiden lebih banyak kekuasaan.
Selama beberapa tahun terakhir, negara itu juga menyaksikan protes publik besar-besaran atas korupsi dan kejahatan geng yang merajalela. Namun, Moise menikmati dukungan dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Baru-baru ini, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan bahwa "presiden terpilih yang baru harus menggantikan Presiden Moise ketika masa jabatannya berakhir pada 7 Februari 2022."
Meskipun demikian, Price juga mendesak Haiti untuk mengatur pemilihan umum dengan benar pada bulan September untuk memungkinkan parlemen melanjutkan pekerjaannya.
Lihat Juga: Sheikh Hasina: Kudeta Bangladesh Adalah Balas Dendam AS karena Penolakan Pangkalan Militer
(min)
tulis komentar anda