Tim Ahli WHO Kunjungi Rumah Sakit yang Tangani Kasus COVID-19 Pertama
Jum'at, 29 Januari 2021 - 20:10 WIB
Selain mengunjungi rumah sakit, tim tersebut akan bertemu dengan para ilmuwan, tim responden pertama, dan beberapa pasien awal yang terkena virus Corona baru yang telah membunuh lebih dari dua juta orang di seluruh dunia dan membuat ekonomi global mendatar.
Tim juga rencananya akan mengunjungi Institut Virologi Wuhan, pasar Huanan, laboratorium CDC Wuhan. Untuk diketahui tiga situs yang disebut terkait erat dengan virus penyebab penyakit COVID-19.
Pasar Huanan, yang tetap ditutup, diyakini sebagai cluster utama pertama wabah COVID-19.
Sementara itu, Institut Virologi Wuhan menampung fasilitas pengujian virus yang oleh mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang hingga hari-hari terakhirnya menjabat mendorong teori yang tidak berdasar bahwa virus tersebut itu "melarikan diri" dari fasilitas tersebut.
"Penting untuk diingat bahwa keberhasilan misi dan penelusuran asal-usul ini 100% bergantung pada akses ke sumber yang relevan," kata Thea Fischer, anggota tim dari Denmark, kepada Reuters, Kamis kemarin.
"Tidak peduli seberapa kompeten kami, seberapa keras kami bekerja dan berapa banyak batu yang kami coba putar, ini hanya dapat dilakukan dengan dukungan dari China," ia memungkasi.
Tim juga rencananya akan mengunjungi Institut Virologi Wuhan, pasar Huanan, laboratorium CDC Wuhan. Untuk diketahui tiga situs yang disebut terkait erat dengan virus penyebab penyakit COVID-19.
Pasar Huanan, yang tetap ditutup, diyakini sebagai cluster utama pertama wabah COVID-19.
Sementara itu, Institut Virologi Wuhan menampung fasilitas pengujian virus yang oleh mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang hingga hari-hari terakhirnya menjabat mendorong teori yang tidak berdasar bahwa virus tersebut itu "melarikan diri" dari fasilitas tersebut.
"Penting untuk diingat bahwa keberhasilan misi dan penelusuran asal-usul ini 100% bergantung pada akses ke sumber yang relevan," kata Thea Fischer, anggota tim dari Denmark, kepada Reuters, Kamis kemarin.
"Tidak peduli seberapa kompeten kami, seberapa keras kami bekerja dan berapa banyak batu yang kami coba putar, ini hanya dapat dilakukan dengan dukungan dari China," ia memungkasi.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda