Harga Minyak Merosot, Saudi Naikkan Pajak Tiga Kali Lipat
Selasa, 12 Mei 2020 - 10:06 WIB
RIYADH - Pemerintah Arab Saudi menaikkan tiga kali lipat pajak pertambahan nilai dalam upaya meningkatkan pendapatan negara di tengah rendahnya harga minyak dan pandemi corona. Saat bersamaan Raja Salman juga membagikan bantuan Ramadhan senilai 1.000 riyal per keluarga.
Eksportir minyak mengalami kerugian besar karena penurunan harga minyak di tengah lesunya ekonomi dunia akibat pandemi corona. Berbagai kebijakan strategis pun harus dibuat untuk menyelamatkan perekonomian, termasukan menaikkan pajak.
“Biaya untuk tunjangan hidup (pegawai negara) akan ditunda per 1 Juni, dan pajak pertambahan nilai akan ditingkatkan 15% dari 5% per 1 Juli mendatang,” demikian laporan kantor berita Saudi dilansir Reuters.
Eksportir minyak terbesar di dunia itu mengalami kerugian besar karena penurunan harga minyak. Pada saat bersamaan krisis virus corona menghantam reformasi ekonomi yang telah digariskan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. (Baca: AS Tarik Rudal Patriot, Arab Saudi Siap Keragkan Sistem Rudal Sendiri)
Tunjangan kehidupan bagi warga Arab Saudi merupakan kebijakan andalan Raja Salman yang dikenalkan pada 2018. Pemerintah memberikan tunjangan kehidupan per bulan sebesar 1.000 kepada setiap pegawai negara untuk kompensasi peningkatan biaya hidup setelah pemberlakuan pajak gas dan pajak pertambahan nilai. Sebanyak 1,5 juta warga Saudi yang bekerja di sektor pemerintah mendapatkan tunjangan itu.
Berbagai langkah penghematan dilakukan Arab Saudi kemarin untuk menghemat anggaran belanja. Itu bertujuan menyelamatkan defisit anggaran negara yang mencapai USD9 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
“Berbagai langkah tersebut memang menyakitkan, tetapi itu diperlukan untuk mempertahankan stabilitas keuangan dan ekonoi dalam jangka panjang dan menengah,” kata Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan. “Kebijakan tersebut juga untuk mengatasi krisis corona,” ujarnya.
Jadaan mengatakan, pendapatan sektor nonminyak sangat berdampak dengan penurunan aktivitas ekonomi. Sedangkan belanja untuk sektor kesehatan justru meningkat. Karena itu, perlu adanya inisiatif untuk meningkatkan sektor ekonomi. “Semua tantangan tersebut memerlukan pemotongan anggaran, menekan keuangan publik,” katanya. (Baca juga: Kasus Corona di Arab Saudi Melebihi 35.000)
Cadangan devisi bank sentral turun pada Maret lalu yang tercepat dalam 20 tahun terakhir dan terendah sejak 2011. Pendapatan minyak untuk pertama kalinya menurun 24% dibandingkan dengan awal tahun hingga USD34 miliar. Pemerintah Arab Saudi membatalkan berbagai pengeluaran investasi dan modal. Riyadh juga memotong anggaran program reformasi Vision 2030 dan berbagai mega proyek lainnya.
Eksportir minyak mengalami kerugian besar karena penurunan harga minyak di tengah lesunya ekonomi dunia akibat pandemi corona. Berbagai kebijakan strategis pun harus dibuat untuk menyelamatkan perekonomian, termasukan menaikkan pajak.
“Biaya untuk tunjangan hidup (pegawai negara) akan ditunda per 1 Juni, dan pajak pertambahan nilai akan ditingkatkan 15% dari 5% per 1 Juli mendatang,” demikian laporan kantor berita Saudi dilansir Reuters.
Eksportir minyak terbesar di dunia itu mengalami kerugian besar karena penurunan harga minyak. Pada saat bersamaan krisis virus corona menghantam reformasi ekonomi yang telah digariskan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman. (Baca: AS Tarik Rudal Patriot, Arab Saudi Siap Keragkan Sistem Rudal Sendiri)
Tunjangan kehidupan bagi warga Arab Saudi merupakan kebijakan andalan Raja Salman yang dikenalkan pada 2018. Pemerintah memberikan tunjangan kehidupan per bulan sebesar 1.000 kepada setiap pegawai negara untuk kompensasi peningkatan biaya hidup setelah pemberlakuan pajak gas dan pajak pertambahan nilai. Sebanyak 1,5 juta warga Saudi yang bekerja di sektor pemerintah mendapatkan tunjangan itu.
Berbagai langkah penghematan dilakukan Arab Saudi kemarin untuk menghemat anggaran belanja. Itu bertujuan menyelamatkan defisit anggaran negara yang mencapai USD9 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
“Berbagai langkah tersebut memang menyakitkan, tetapi itu diperlukan untuk mempertahankan stabilitas keuangan dan ekonoi dalam jangka panjang dan menengah,” kata Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan. “Kebijakan tersebut juga untuk mengatasi krisis corona,” ujarnya.
Jadaan mengatakan, pendapatan sektor nonminyak sangat berdampak dengan penurunan aktivitas ekonomi. Sedangkan belanja untuk sektor kesehatan justru meningkat. Karena itu, perlu adanya inisiatif untuk meningkatkan sektor ekonomi. “Semua tantangan tersebut memerlukan pemotongan anggaran, menekan keuangan publik,” katanya. (Baca juga: Kasus Corona di Arab Saudi Melebihi 35.000)
Cadangan devisi bank sentral turun pada Maret lalu yang tercepat dalam 20 tahun terakhir dan terendah sejak 2011. Pendapatan minyak untuk pertama kalinya menurun 24% dibandingkan dengan awal tahun hingga USD34 miliar. Pemerintah Arab Saudi membatalkan berbagai pengeluaran investasi dan modal. Riyadh juga memotong anggaran program reformasi Vision 2030 dan berbagai mega proyek lainnya.
tulis komentar anda