37 Demonstran Uganda Tewas setelah Calon Presiden Wine Ditangkap
Jum'at, 20 November 2020 - 20:03 WIB
KAMPALA - Sebanyak 37 orang tewas dan ratusan orang lainnya ditahan dalam kerusuhan di Uganda setelah calon presiden dan bintang pop Bobi Wine ditangkap.
Saat ini negara Afrika Timur itu sedang bersiap menggelar pemilu pada Januari. Otoritas mengerahkan militer ke penjuru ibu kota Kampala dan wilayah sekitar untuk membantu polisi membubarkan demonstran.
Aparat menggunakan peluru tajam, gas air mata dan meriam air untuk mencegah kerusuhan terus meluas.
Wine, yang bernama asli Robert Kyagulanyi, ditangkap pada Rabu saat berkampanye di Uganda timur. Dia dituduh pawai massal yang melanggar pembatasan pertemuan yang diberlakukan pemerintah untuk mengekang penyebaran virus corona. (Baca Juga: Calon Presiden Ditangkap, Bentrokan Dahsyat Pecah di Uganda)
"Tiga puluh tujuh mayat telah dihitung sejauh ini," ungkap ahli patologi polisi Moses Byaruhanga kepada Reuters. (Lihat Infografis: Trump Kembali Mengeluarkan Kebijakan Kontroversial)
Juru bicara polisi Fred Enanga mengatakan pengunjuk rasa yang ditahan terlibat dalam kekerasan, termasuk menargetkan anggota masyarakat yang tidak mendukung partai Wine, Platform Persatuan Nasional (NUP). (Lihat Video: Tegas, Pangdam Jaya Dudung Abdurachman akan Bubarkan FPI)
“Apa yang kita lihat beberapa hari terakhir ini, yaitu kekerasan, perusakan, penjarahan, intimidasi dan ancaman, adalah kejahatan yang dilakukan (terhadap) orang yang tidak pro-NUP. Ini bukanlah sesuatu yang bisa kami toleransi," tegas Enanga.
“Wine, 38, dijadwalkan hadir di pengadilan pada Jumat untuk didakwa secara resmi,” ungkap pejabat pengadilan.
Uganda yang berpenduduk 42 juta orang itu akan mengadakan pemilu presiden dan parlemen pada 14 Januari. Wine muncul sebagai ancaman serius bagi petahana Presiden Yoweri Museveni, 76, yang berambisi memperpanjang pemerintahannya hingga setidaknya 40 tahun.
Wine telah mengumpulkan banyak pengikut di kalangan pemuda Uganda yang tertarik oleh kritiknya yang berani terhadap pemerintah. Kritik itu sering kali dituangkan dalam lirik lagunya.
Penangkapannya langsung memicu protes di Kampala dan kota-kota besar lainnya di negara Afrika Timur itu. Anak-anak muda membakar ban dan bahan lainnya di jalan. Mereka memasang penghalang untuk memblokir lalu lintas, menuntut pembebasan Wine.
Saat ini negara Afrika Timur itu sedang bersiap menggelar pemilu pada Januari. Otoritas mengerahkan militer ke penjuru ibu kota Kampala dan wilayah sekitar untuk membantu polisi membubarkan demonstran.
Aparat menggunakan peluru tajam, gas air mata dan meriam air untuk mencegah kerusuhan terus meluas.
Wine, yang bernama asli Robert Kyagulanyi, ditangkap pada Rabu saat berkampanye di Uganda timur. Dia dituduh pawai massal yang melanggar pembatasan pertemuan yang diberlakukan pemerintah untuk mengekang penyebaran virus corona. (Baca Juga: Calon Presiden Ditangkap, Bentrokan Dahsyat Pecah di Uganda)
"Tiga puluh tujuh mayat telah dihitung sejauh ini," ungkap ahli patologi polisi Moses Byaruhanga kepada Reuters. (Lihat Infografis: Trump Kembali Mengeluarkan Kebijakan Kontroversial)
Juru bicara polisi Fred Enanga mengatakan pengunjuk rasa yang ditahan terlibat dalam kekerasan, termasuk menargetkan anggota masyarakat yang tidak mendukung partai Wine, Platform Persatuan Nasional (NUP). (Lihat Video: Tegas, Pangdam Jaya Dudung Abdurachman akan Bubarkan FPI)
“Apa yang kita lihat beberapa hari terakhir ini, yaitu kekerasan, perusakan, penjarahan, intimidasi dan ancaman, adalah kejahatan yang dilakukan (terhadap) orang yang tidak pro-NUP. Ini bukanlah sesuatu yang bisa kami toleransi," tegas Enanga.
“Wine, 38, dijadwalkan hadir di pengadilan pada Jumat untuk didakwa secara resmi,” ungkap pejabat pengadilan.
Uganda yang berpenduduk 42 juta orang itu akan mengadakan pemilu presiden dan parlemen pada 14 Januari. Wine muncul sebagai ancaman serius bagi petahana Presiden Yoweri Museveni, 76, yang berambisi memperpanjang pemerintahannya hingga setidaknya 40 tahun.
Wine telah mengumpulkan banyak pengikut di kalangan pemuda Uganda yang tertarik oleh kritiknya yang berani terhadap pemerintah. Kritik itu sering kali dituangkan dalam lirik lagunya.
Penangkapannya langsung memicu protes di Kampala dan kota-kota besar lainnya di negara Afrika Timur itu. Anak-anak muda membakar ban dan bahan lainnya di jalan. Mereka memasang penghalang untuk memblokir lalu lintas, menuntut pembebasan Wine.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda