Alasan Keamanan, Koran Denmark Tolak Terbitkan Kartun Nabi Muhammad SAW
Sabtu, 31 Oktober 2020 - 07:20 WIB
“Hanya dalam satu keadaan kami menunjukkan kehati-hatian, yakni, pada kenyataannya, sensor yang dilakukan pada kami dengan ancaman: kami jangan menunjukkan gambar Nabi Muhammad," ujar Nybroe. (Baca juga: Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Cabul Erdogan )
Tiga surat kabar Denmark lainnya mengatakan mereka perlu meninjau iklan tersebut sebelum membuat keputusan tentang apakah akan menerbitkannya atau tidak.
Namun, keputusan Jyllands-Posten untuk tidak menjalankan pesan politik yang provokatif memiliki arti penting tertentu. Koran Copenhagen tersebut menjadi berita utama internasional setelah mencetak 12 kartun editorial pada tahun 2005, yang sebagian besar menggambarkan Nabi Muhammad. Perdana Menteri Denmark pada saat itu, Anders Fogh Rasmussen, menggambarkan skandal internasional yang terjadi, termasuk protes kekerasan di seluruh dunia, sebagai krisis internasional Denmark yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Surat kabar itu mengatakan bahwa koleksi kartun itu dimaksudkan untuk memicu diskusi tentang kritik terhadap Islam dan sensor diri. Charlie Hebdo kemudian menerbitkan ulang beberapa kartun, yang mengarah ke serangan terhadap kantor majalah Prancis di Paris oleh sekelompok militan tahun 2015.
Prancis telah berjanji untuk menindak ekstremisme Islam setelah pembunuhan Paty. Negara itu telah menderita dari serangkaian serangan pisau, dengan yang terbaru, serangan teroris di sebuah gereja di Nice yang menyebabkan kematian tiga orang. Pejabat Prancis telah meningkatkan sistem peringatan teror nasional ke tingkat maksimum karena pemerintah memperingatkan bahwa serangan lebih lanjut diperkirakan akan terjadi.
Tiga surat kabar Denmark lainnya mengatakan mereka perlu meninjau iklan tersebut sebelum membuat keputusan tentang apakah akan menerbitkannya atau tidak.
Namun, keputusan Jyllands-Posten untuk tidak menjalankan pesan politik yang provokatif memiliki arti penting tertentu. Koran Copenhagen tersebut menjadi berita utama internasional setelah mencetak 12 kartun editorial pada tahun 2005, yang sebagian besar menggambarkan Nabi Muhammad. Perdana Menteri Denmark pada saat itu, Anders Fogh Rasmussen, menggambarkan skandal internasional yang terjadi, termasuk protes kekerasan di seluruh dunia, sebagai krisis internasional Denmark yang terburuk sejak Perang Dunia II.
Surat kabar itu mengatakan bahwa koleksi kartun itu dimaksudkan untuk memicu diskusi tentang kritik terhadap Islam dan sensor diri. Charlie Hebdo kemudian menerbitkan ulang beberapa kartun, yang mengarah ke serangan terhadap kantor majalah Prancis di Paris oleh sekelompok militan tahun 2015.
Prancis telah berjanji untuk menindak ekstremisme Islam setelah pembunuhan Paty. Negara itu telah menderita dari serangkaian serangan pisau, dengan yang terbaru, serangan teroris di sebuah gereja di Nice yang menyebabkan kematian tiga orang. Pejabat Prancis telah meningkatkan sistem peringatan teror nasional ke tingkat maksimum karena pemerintah memperingatkan bahwa serangan lebih lanjut diperkirakan akan terjadi.
(min)
tulis komentar anda