Dihantam Gelombang Kedua Covid-19, Prancis dan Jerman Pilih Lockdown
Jum'at, 30 Oktober 2020 - 13:15 WIB
“Kita harus bertindak sekarang,” kata Merkel. Dia mengungkapkan, sistem kesehatan Jerman masih menghadapi tantangan ini, tetapi penyebaran virus corona akan mencapai batas maksimal kapasitas rumah sakit pada beberapa pekan saja.
“Itu semua untuk menghindari darurat kesehatan nasional,” papar Merkel. Dia mengungkapkan, warga Jerman diminta tetap di rumah dan menghindari bepegian serta tetap menjaga jarak. Kontak sosial juga akan dibatasi. Namun, sekolah dan taman kanak-kanak akan tetap dibuka dengan menjaga kesehatan. “Lockdown akan dievaluasi dalam dua pekan mendatang,” katanya. (Baca juga: SMA Double Track, Terobsan Jatim untuk Tekan Pengangguran)
Di Jerman, jumlah kasus juga terus bertambah setiap harinya. Jumlah kasus baru korona di Jerman mencapai 14.964 pada Rabu lalu. Jumlah kasus virus korona itu mencapai 449.275 orang dan 10.098 warga meninggal dunia.
Padahal, Jerman awalnya mendapatkan pujian karena mampu mengatasi penyebaran virus corona pada gelombang kedua. Itu karena pemeriksaan massal dan respons cepat yang mampu menurunkan tingkat kematian meskipun jumlah kasus tinggi.
“Dalam berjuang melawan gelombang kedua, Jerman mengalami peningkatan dua kali lipat jumlah pasien di pusat perawatan intensif,” ujar Merkel. “Saya ingin mengatakan situasi saat ini sangat serius karena tingkat penyebaran virus korona sangat tinggi,” imbuhnya.
Pasar saham Eropa ditutup dengan titik terendah sejak akhir Mei pada Rabu (28/10) lalu. Di AS, S&P 500 turun 3%. Dalam mengurangi dampak ekonomi, Jerman akan menyediakan USD12 miliar untuk mengganti kerugian kepada perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan. Italia juga menyiapkan 5 miliar euro bagi perusahaan yang merugi. (Baca juga: Jangan Skip Buah Walau Sedang Berlibur)
Sebenarnya pemimpin juga berusaha menghindari kerugian akibat lockdown , tetapi itu sebagai upaya untuk mengatasi pandemi yang terus meluas di Spanyol, Prancis, Jerman, Rusia, Polandia hingga Bulgaria.
“Jika kita menunggu hingga rumah sakit penuh, semuanya akan terlambat,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn. Banyak pasien dari Belanda juga berobat ke Jerman karena rumah sakit di Negeri Kincir Angin tak mampu menampung pasien.
Deputi Perdana Menteri (PM) Tatiana Golikova mengatakan, okupansi rumah sakit di 16 wilayah sudah mencapai 90%. Dia memperingatkan, sistem kesehatan di Rusia tidak akan bisa menampung pasien seperti di Prancis dan Swiss.
Berharap pada perawatan baru yang bisa menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona belum menunjukkan titik temu. Tim gugus tugas vaksin Inggris mengatakan vaksin corona yang efektif mungkin tidak akan pernah ditemukan. Apalagi vaksin versi awal juga tidak terlalu sempurna.
“Itu semua untuk menghindari darurat kesehatan nasional,” papar Merkel. Dia mengungkapkan, warga Jerman diminta tetap di rumah dan menghindari bepegian serta tetap menjaga jarak. Kontak sosial juga akan dibatasi. Namun, sekolah dan taman kanak-kanak akan tetap dibuka dengan menjaga kesehatan. “Lockdown akan dievaluasi dalam dua pekan mendatang,” katanya. (Baca juga: SMA Double Track, Terobsan Jatim untuk Tekan Pengangguran)
Di Jerman, jumlah kasus juga terus bertambah setiap harinya. Jumlah kasus baru korona di Jerman mencapai 14.964 pada Rabu lalu. Jumlah kasus virus korona itu mencapai 449.275 orang dan 10.098 warga meninggal dunia.
Padahal, Jerman awalnya mendapatkan pujian karena mampu mengatasi penyebaran virus corona pada gelombang kedua. Itu karena pemeriksaan massal dan respons cepat yang mampu menurunkan tingkat kematian meskipun jumlah kasus tinggi.
“Dalam berjuang melawan gelombang kedua, Jerman mengalami peningkatan dua kali lipat jumlah pasien di pusat perawatan intensif,” ujar Merkel. “Saya ingin mengatakan situasi saat ini sangat serius karena tingkat penyebaran virus korona sangat tinggi,” imbuhnya.
Pasar saham Eropa ditutup dengan titik terendah sejak akhir Mei pada Rabu (28/10) lalu. Di AS, S&P 500 turun 3%. Dalam mengurangi dampak ekonomi, Jerman akan menyediakan USD12 miliar untuk mengganti kerugian kepada perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan. Italia juga menyiapkan 5 miliar euro bagi perusahaan yang merugi. (Baca juga: Jangan Skip Buah Walau Sedang Berlibur)
Sebenarnya pemimpin juga berusaha menghindari kerugian akibat lockdown , tetapi itu sebagai upaya untuk mengatasi pandemi yang terus meluas di Spanyol, Prancis, Jerman, Rusia, Polandia hingga Bulgaria.
“Jika kita menunggu hingga rumah sakit penuh, semuanya akan terlambat,” kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn. Banyak pasien dari Belanda juga berobat ke Jerman karena rumah sakit di Negeri Kincir Angin tak mampu menampung pasien.
Deputi Perdana Menteri (PM) Tatiana Golikova mengatakan, okupansi rumah sakit di 16 wilayah sudah mencapai 90%. Dia memperingatkan, sistem kesehatan di Rusia tidak akan bisa menampung pasien seperti di Prancis dan Swiss.
Berharap pada perawatan baru yang bisa menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona belum menunjukkan titik temu. Tim gugus tugas vaksin Inggris mengatakan vaksin corona yang efektif mungkin tidak akan pernah ditemukan. Apalagi vaksin versi awal juga tidak terlalu sempurna.
tulis komentar anda