Rouhani: Menghina Nabi Muhammad SAW Berarti Menghina Semua Muslim
Rabu, 28 Oktober 2020 - 21:18 WIB
TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani mengecam perlakuan Prancis terhadap Islam. Ia menambahkan bahwa dukungan Barat untuk kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad tidak etis dan menghina umat Muslim.
Dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi, Rouhani mengatakan kebebasan harus disertai penghormatan terhadap nilai-nilai dan pertimbangan etika.
“Orang Barat harus memahami Nabi besar Islam dicintai oleh semua Muslim dan pecinta kebebasan dunia,” kata Rouhani.
“Menghina Nabi adalah menghina semua Muslim. Menghina Nabi adalah menghina semua nabi, nilai-nilai kemanusiaan, dan sama saja dengan merongrong etika," imbuhnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (28/10/2020).(Baca juga: Gerakan Boikot Produk Prancis Raih Momentum di Bangladesh )
Nabi Muhammad sangat dihormati oleh umat Islam dan segala jenis penggambaran visual tentang dirinya dilarang dalam Islam. Karikatur Nabi yang dibuat oleh majalah Prancis, Charlie Hebdo , dipandang oleh umat Muslim sebagai tindakan ofensif dan Islamofobia karena dianggap menghubungkan Islam dengan terorisme.
Gambar-gambar tersebut secara teratur diterbitkan oleh majalah satir itu. Mereka dikutip sebagai alasan di balik serangan mematikan terhadap kantor majalah tersebut pada awal 2015 oleh dua pelaku terkait al-Qaeda.
Pada 16 Oktober tahun ini, guru bahasa Prancis Samuel Paty dibunuh di siang bolong di dekat sekolahnya di pinggiran kota Paris setelah dia menunjukkan karikatur kepada murid-muridnya sebagai bagian dari diskusi tentang kebebasan berekspresi.(Baca juga: Kartun Nabi Muhammad Jadi Bahan Diskusi, Guru di Prancis Dipenggal )
Para pemimpin Muslim menyampaikan belasungkawa dan dukungan mereka kepada Prancis setelah pembunuhan itu. Namun, sejak saat itu, muncul kekhawatiran bahwa komunitas Muslim di Prancis akan menderita hukuman kolektif ketika pihak berwenang mengeluarkan respon mereka terhadap pembunuhan Paty.
Para pemimpin Prancis dan Eropa telah mendukung hak untuk menampilkan karikatur, dengan alasan kebebasan berekspresi.
"Kami tidak akan menyerah," tulis Macron dalam serangkaian tweet pada Minggu malam dalam bahasa Prancis, Arab, dan Inggris.
“Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian. Kami tidak menerima perkataan yang mendorong kebencian dan membela perdebatan yang masuk akal. Kami akan selalu berpegang pada gagasan tentang martabat manusia dan nilai-nilai universal," kata Macron.
Dukungan ini, serta komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang pada 2 Oktober mengatakan Islam berada dalam "krisis", telah memicu reaksi balik dari umat Islam di seluruh dunia.
Para pemimpin dan organisasi Muslim mengutuk sikap Eropa, dan beberapa negara Muslim mendukung kampanye untuk memboikot barang-barang Prancis.(Baca juga: Panggil Dubes Prancis, Pemerintah Kecam Pernyataan Macron )
Dalam rapat kabinet yang disiarkan televisi, Rouhani mengatakan kebebasan harus disertai penghormatan terhadap nilai-nilai dan pertimbangan etika.
“Orang Barat harus memahami Nabi besar Islam dicintai oleh semua Muslim dan pecinta kebebasan dunia,” kata Rouhani.
“Menghina Nabi adalah menghina semua Muslim. Menghina Nabi adalah menghina semua nabi, nilai-nilai kemanusiaan, dan sama saja dengan merongrong etika," imbuhnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (28/10/2020).(Baca juga: Gerakan Boikot Produk Prancis Raih Momentum di Bangladesh )
Nabi Muhammad sangat dihormati oleh umat Islam dan segala jenis penggambaran visual tentang dirinya dilarang dalam Islam. Karikatur Nabi yang dibuat oleh majalah Prancis, Charlie Hebdo , dipandang oleh umat Muslim sebagai tindakan ofensif dan Islamofobia karena dianggap menghubungkan Islam dengan terorisme.
Gambar-gambar tersebut secara teratur diterbitkan oleh majalah satir itu. Mereka dikutip sebagai alasan di balik serangan mematikan terhadap kantor majalah tersebut pada awal 2015 oleh dua pelaku terkait al-Qaeda.
Pada 16 Oktober tahun ini, guru bahasa Prancis Samuel Paty dibunuh di siang bolong di dekat sekolahnya di pinggiran kota Paris setelah dia menunjukkan karikatur kepada murid-muridnya sebagai bagian dari diskusi tentang kebebasan berekspresi.(Baca juga: Kartun Nabi Muhammad Jadi Bahan Diskusi, Guru di Prancis Dipenggal )
Para pemimpin Muslim menyampaikan belasungkawa dan dukungan mereka kepada Prancis setelah pembunuhan itu. Namun, sejak saat itu, muncul kekhawatiran bahwa komunitas Muslim di Prancis akan menderita hukuman kolektif ketika pihak berwenang mengeluarkan respon mereka terhadap pembunuhan Paty.
Para pemimpin Prancis dan Eropa telah mendukung hak untuk menampilkan karikatur, dengan alasan kebebasan berekspresi.
"Kami tidak akan menyerah," tulis Macron dalam serangkaian tweet pada Minggu malam dalam bahasa Prancis, Arab, dan Inggris.
“Kami menghormati semua perbedaan dalam semangat perdamaian. Kami tidak menerima perkataan yang mendorong kebencian dan membela perdebatan yang masuk akal. Kami akan selalu berpegang pada gagasan tentang martabat manusia dan nilai-nilai universal," kata Macron.
Dukungan ini, serta komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang pada 2 Oktober mengatakan Islam berada dalam "krisis", telah memicu reaksi balik dari umat Islam di seluruh dunia.
Para pemimpin dan organisasi Muslim mengutuk sikap Eropa, dan beberapa negara Muslim mendukung kampanye untuk memboikot barang-barang Prancis.(Baca juga: Panggil Dubes Prancis, Pemerintah Kecam Pernyataan Macron )
(ber)
tulis komentar anda