Normalisasi Hubungan Sudan-Israel Picu Kontroversi

Senin, 26 Oktober 2020 - 10:35 WIB
Kementerian Luar Negeri Iran menggambarkan keputusan Sudan-Israel sebagai keputusan palsu. Mereka juga menuding Khartoum harus membayar “tebusan” setelah Washington menghapus status pendukung terorisme. “Dengan membayar uang tebusan, menutup mata terhadap kejahatan terhadap Palestina, kamu (Sudan) dihapus dari daftar pendukung terorisme,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Iran.

Sementara PM Benjamin Netanyahu mengungkapkan, delegasi Israel akan terbang ke Sudan untuk kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik. “Delegasi Israel akan pergi ke Sudan pada beberapa hari mendatang untuk menyelesaikan kesepakatan,” kata Netanyahu dilansir Reuters. Netanyahu mengatakan perjanjian itu merupakan "terobosan dramatis untuk perdamaian" serta permulaan "era yang baru".

Keputusan Sudan mendapat sambutan Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA). Abu Dhabi menyebut hal itu adalah sebuah langkah penting untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan di kawasan. (Lihat videonya: Skateboard Dapat Melatih Keberanian Anak-anak Sejak Dini)

Sebelum Sudan, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara resmi melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Trump menyebutkan "setidaknya lima lagi" negara Arab yang ingin menyepakati perdamaian dengan Israel. Hingga bulan lalu hanya ada dua negara Arab—Mesir dan Yordania—yang secara resmi mengakui Israel. Kedua negara yang berbatasan langsung dengan Israel tersebut menandatangani perjanjian damai masing-masing pada 1979 dan 1994 melalui mediasi AS. Mauritania, anggota Liga Arab di Afrika, mengakui Israel pada 1999, namun memutusnya 10 tahun kemudian. (Andika H Mustaqim)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(ysw)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More