Protes Raja Tak Berhenti, Thailand Larang Demonstrasi
Jum'at, 16 Oktober 2020 - 10:15 WIB
Hal yang itu juga memungkinkan pihak berwenang untuk menghentikan orang-orang memasuki "daerah mana pun yang mereka tunjukā€¯. Dekrit juga bisa menjadi dasar bagi aparat kepolisian menangkap orang yang dianggap merugikan keamanan. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)
Gerakan protes yang dipimpin oleh mahasiswa, yang dimulai pada Juli dan terus berkembang, telah menjadi tantangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir bagi penguasa Thailand. Serangkaian protes selama akhir pekan di ibu kota adalah beberapa yang terbesar dalam beberapa tahun, dengan ribuan menentang pihak berwenang untuk berkumpul dan menuntut perubahan.
Seruan para pengunjuk rasa untuk reformasi kerajaan sangat sensitif di Thailand , di mana kritik terhadap monarki dapat dihukum dengan hukuman penjara yang lama. Thailand memiliki sejarah panjang soal kerusuhan politik dan protes, tetapi sebuah gelombang baru dimulai pada Februari setelah pengadilan memerintahkan partai oposisi prodemokrasi yang masih baru terbentuk untuk dibubarkan.
Protes dihidupkan kembali pada bulan Juni ketika aktivis prodemokrasi terkemuka Wanchalearm Satsaksit hilang di Kamboja, tempat dia berada di pengasingan sejak kudeta militer 2014. Keberadaannya tetap tidak diketahui dan pengunjuk rasa menuduh pemerintah Thailand mengatur penculikannya.
"Saya kira kami sudah mencapai titik frustasi. Banyak sekali masalah yang muncul sejak kudeta pada 2014, mulai dari kesemrawutan manajemen, penyelewengan hukum, dan ketidakadilan sosial," kata Jutatip Sirikhan, presiden Student Union of Thailand . "Kami tak melihat lagi masa depan di negeri ini," tambahnya. (Lihat videonya: Satukan Tekad untuk Memenangkan Perang Melawan Covid-19)
Namun demikian, kelompok pendukung raja juga menggelar demonstrasi tandingan untuk menunjukkan dukungan kepada monarki. Mengenakan baju kuning, warna yang digunakan kerajaan, mereka melakukan unjuk rasa di kawasan yang sama dengan kelompok prodemokrasi walau berada di titik berbeda.
Beberapa pemrotes berbaju kuning terekam menyerang pengunjuk rasa prodemokrasi. Menurut sejumlah saksi mata, pemerintah menyamarkan polisi sebagai pengunjuk rasa pendukung raja. (Andika H Mustaqim)
Gerakan protes yang dipimpin oleh mahasiswa, yang dimulai pada Juli dan terus berkembang, telah menjadi tantangan terbesar dalam beberapa tahun terakhir bagi penguasa Thailand. Serangkaian protes selama akhir pekan di ibu kota adalah beberapa yang terbesar dalam beberapa tahun, dengan ribuan menentang pihak berwenang untuk berkumpul dan menuntut perubahan.
Seruan para pengunjuk rasa untuk reformasi kerajaan sangat sensitif di Thailand , di mana kritik terhadap monarki dapat dihukum dengan hukuman penjara yang lama. Thailand memiliki sejarah panjang soal kerusuhan politik dan protes, tetapi sebuah gelombang baru dimulai pada Februari setelah pengadilan memerintahkan partai oposisi prodemokrasi yang masih baru terbentuk untuk dibubarkan.
Protes dihidupkan kembali pada bulan Juni ketika aktivis prodemokrasi terkemuka Wanchalearm Satsaksit hilang di Kamboja, tempat dia berada di pengasingan sejak kudeta militer 2014. Keberadaannya tetap tidak diketahui dan pengunjuk rasa menuduh pemerintah Thailand mengatur penculikannya.
"Saya kira kami sudah mencapai titik frustasi. Banyak sekali masalah yang muncul sejak kudeta pada 2014, mulai dari kesemrawutan manajemen, penyelewengan hukum, dan ketidakadilan sosial," kata Jutatip Sirikhan, presiden Student Union of Thailand . "Kami tak melihat lagi masa depan di negeri ini," tambahnya. (Lihat videonya: Satukan Tekad untuk Memenangkan Perang Melawan Covid-19)
Namun demikian, kelompok pendukung raja juga menggelar demonstrasi tandingan untuk menunjukkan dukungan kepada monarki. Mengenakan baju kuning, warna yang digunakan kerajaan, mereka melakukan unjuk rasa di kawasan yang sama dengan kelompok prodemokrasi walau berada di titik berbeda.
Beberapa pemrotes berbaju kuning terekam menyerang pengunjuk rasa prodemokrasi. Menurut sejumlah saksi mata, pemerintah menyamarkan polisi sebagai pengunjuk rasa pendukung raja. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda