Strategi Tipu Muslihat yang Berhasil Memenangkan 8 Peperangan Besar

Senin, 19 Oktober 2020 - 05:30 WIB
Dari disinformasi dasar hingga tipu muslihat yang direncanakan dengan cermat, serangkaian taktik cerdas telah digunakan pemimpin militer dunia. Terbukti strategi tipu muslihat tersebut berhasil. Ilustrasi/SINDOnews/Titus Jefika Heri Hendarmawan
AHLI strategi perang asal China, Sun Tzu pernah mengatakan "Semua peperangan didasarkan pada tipu daya". Pernyataan Sun Tzu tersebut ternyata banyak menginspirasi strategi peperangan dengan cara mengakali lawan untuk memberikan keunggulan di medan perang. (Baca juga: Panglima Perang Legendaris Dunia, Pangeran Diponegoro Salah Satunya)

Dari disinformasi dasar hingga tipu muslihat yang direncanakan dengan cermat, serangkaian taktik cerdas telah digunakan beberapa pemimpin militer dunia dalam gelanggang peperangan. Dan terbukti dalam banyak pertempuran, strategi tipu muslihat tersebut berhasil. (Baca juga: 7 Perang Terbesar di Dunia)

1. D-Day





Pada 6 Juni 1944, pasukan Sekutu meluncurkan "Operation Overlord", invasi amfibi terbesar dalam sejarah (D-Day). Serangan ini melibatkan lebih dari 156.000 pasukan Amerika, Inggris dan Kanada, 6.939 kapal dan kapal pendarat, 2.395 pesawat bertenaga, dan 867 pesawat yang mengirimkan pasukan udara.

Jerman telah mengantisipasi serangan itu dan menghabiskan tiga tahun membangun "Tembok Atlantik" - pertahanan pantai sepanjang 2.000 mil yang dibentengi dengan ranjau darat, bunker beton, dan tempat meriam. Sekutu menyusun rencana yang rumit untuk mengelabui tentara Nazi. Strategi tipu muslihat Sekutu memiliki tujuan agar Hitler mengira serangan akan terjadi di Pas-de-Calais, garis pantai Prancis terdekat ke Inggris padahal kenyataannya tidak. (Lihat foto: Aerobatic Red Arrows Memperingati D-Day)

Di bawah Panglima Tertinggi Sekutu, Jenderal Dwight D. Eisenhower, pantai Normandia akhirnya dikuasai sepanjang bentangan 80 mil. Strategi penipuan itu membuat Jerman mempertahankan kekuatan yang cukup besar di Pas de Calais sehingga memungkinkan Sekutu menyapu Prancis sebelum serangan terakhir ke Berlin.

2. Operasi Mincemeat (Daging cincang)



Operasi Mincemeat (Daging Cincang) ialah operasi yang dilakukan Sekutu, utamanya Inggris saat melawan Nazi Jerman. Tujuannya untuk mengelabui Wehrmacht (Militer Nazi Jerman) agar mengira sekutu akan mendarat di Yunani dan Pulau Sardinia bukan di Sisilia.

Waktu itu saat Perang Dunia II tahun 1943 sekutu hendak menyerang Pulau Sisilia, Italia. Tapi dinas rahasia Nazi Jerman, Abwehr sudah mengetahu rencana itu. Maka Inggris memerintahkan dinas rahasia MI5 untuk melakukan penipuan informasi kepada Abwehr. Dibuatlah rancangan Operasi Mincemeat pada April 1943. (Baca juga: 9 Pemimpin Militer Paling 'Berdarah' Sepanjang Sejarah)

Operasi Mincemeat membantu meyakinkan komando tertinggi Jerman bahwa Sekutu merencanakan menyerang Yunani dan Sardinia pada 1943, bukan Sisilia. Hal ini dilakukan dengan membiarkan Jerman mendapatkan, tanpa sengaja, dokumen rahasia tentang rencana penyerangan sekutu. Dokumen tersebut melekat pada mayat di pantai Umbría, Spanyol yang memang sudah diskenariokan pihak Inggris.

3. Tenggelamnya UB-4



Menyamarkan seluruh kapal dan awaknya merupakan strategi penipuan licik yang sangat baru selama Perang Dunia I. Adalah U-Boot, sebutan untuk kapal selam modern Jerman yang menjadi lawan mematikan bagi kapal-kapal sekutu selama Perang Dunia I dan II. Pada awal Perang Dunia I,"Ancaman Kapal Selam" Jerman ini sangat ditakuti. Namun demikian, pihak sekutu dalam hal ini Angkatan Laut Inggris tak kehabisan akal untuk melawannya.

Dikenal sebagai Q-ship (“Q” mengacu pada pangkalan utama kapal di Queenstown, Irlandia), strategi tipu daya digunakan Inggris dengan menyembunyikan persenjataan berat di kapal. Mulai dari kapal dagang hingga kapal penangkap ikan. Tipuan itu dirancang untuk memikat kapal selam Jerman agar muncul dari jarak dekat.

Jika itu terjadi, tentara Inggris dengan kapalnya kemudian langsung melepaskan tembakan. Sebuah kapal Inggris yang nantinya berganti nama menjadi H.M. Armed Smack Inverlyon akhirnya berhasil menenggelamkan kapal selama UB-4 pada 1 Februari 1917. (Lihat grafis: Pemilik AL Terbesar di Dunia, Ada yang Lampaui Negara Adidaya)

4. Pertempuran Sungai Hydaspes



Salah satu pertempuran besar yang dimenangkan Alexander Agung adalah Pertempuran Sungai Hydaspes , India pada 326 SM sekaligus menahbiskannya sebagai pemimpin militer terbesar di dunia. Saat melakukan invasi ke India pada 326 SM, pasukan Makedonia pimpinan Alexander Agung pergerakannya terhalang oleh sungai.

Tak kekurangan akal, selama berminggu-minggu, Alexander menyebarkan desas-desus bahwa dia tidak berniat melancarkan serangan sampai musim hujan berakhir dan bahkan pihaknya menimbun biji-bijian dalam jumlah besar untuk persediaan makanan pasukannya dengan mendirikan kemah. Jebakan sudah dipasang. (Baca juga: Biaya Pemakaman Termahal di Dunia, Alexander Agung Rp6,4 Triliun)

Tipu muslihat lain yang dihembuskan Alexander Agung adalah dengan berpura-pura mengatakan, kapal mereka bersiap berlayar menyeberangi sungai. Sementara itu, Alexander secara diam-diam memimpin lebih dari setengah tentaranya menjauh dari kamp dan menyeberangi Hydaspes sekitar 20 mil ke hulu dan melancarkan serangan secara mengejutkan terhadap pasukan India.

5. Pertempuran Cannae



Menyusul serangkaian kekalahan memalukan oleh pasukan Kartago, tentara Romawi berusaha menyusul kembali kekuatannya di dekat desa Cannae di Italia tenggara. Dipimpin oleh konsul Lucius Aemilius Paullus dan Gaius Terentius Varro, Romawi berhasil mengumpulkan sekitar 80.000 tentara pada 2 Agustus 216 SM. (Baca juga: Ini Kekuatan Militer Indonesia Tahun 2020, Kalahkan Australia dan Israel)

Hannibal, salah satu pimpinan Kartago mengantisipasi garis serangan ini dengan menyusupkan saudaranya Hasdrubal dan keponakannya Hanno di sayap Romawi. Manuver pembungkus ganda memungkinkan kavaleri bergerak cepat, termasuk penunggang kuda Numidian dan Celtic yang berpengalaman, untuk mengurung dan menjebak musuh. Sebanyak 15.000 orang dari pihak yang kalah melarikan diri akibat pertumpahan darah terburuk dalam sejarah Romawi ini.

6. Pertempuran Chancellorsville



Pertempuran Chancellorsville merupakan salah satu pertempuran besar di Perang saudara Amerika yang juga merupakan pertempuran utama dari Kampanye Chancellorsville. Pertempuran ini berlangsung dari 30 April hingga 6 Mei 1863 di Spotsylvania County ,Virginia, dekat desa Chancellorsville dan melibatkan antara pasukan Union, Tentara Potomac yang dipimpin Mayjen Joseph Hooker melawan pasukan Konfederasi yang dipimpin oleh Jenderal Robert Lee.

Pertempuran ini berhasil dimenangkan pihak Konfederasi. Kemenangan Konfederasi menunjukkan sifat perang yang mengerikan serta tindakan dramatis yang diambil oleh Robert E. Lee, mengakibatkan kekalahan Union yang menghancurkan dan (secara singkat) pertempuran paling berdarah dalam sejarah Amerika. (Lihat foto: Mengintip Kekuatan Alutsista Satuan Angkatan Air Pusbekangad)

7. Pertempuran Sungai Kalka



Pertempuran Sungai Kalka adalah sebuah pertempuran antara Kekaisaran Mongol melawan koalisi beberapa negara Rus (termasuk Rus Kiev dan Galich) dengan bangsa Cuman, bangsa nomaden di selatan Rusia. Pertempuran ini berlangsung pada 31 Mei 1223 di tepi Sungai Kalka, di kawasan Oblast Donetsk (sekarang wilayah Ukraina).

Pada 1223, sebanyak 30.000 tentara Mongol yang kuat menginvasi tanah Cuman. Mendapat serangan itu, orang Cuman meminta bantuan Rusia. Tentara gabungan Rusia-Cuman yang berjumlah 40.000 bertempur dengan tentara Mongol di tepi Sungai Kalka. (Baca juga: Fakta-Fakta Baru Tembok Besar China Satu Persatu Terungkap)

Penggunaan pemanah berkuda yang efektif menjadi salah satu kunci kemenangan tentara Mongol. Tetapi mereka juga memiliki kecenderungan menipu musuh dengan retret pura-pura licik - sebuah taktik yang dieksekusi dengan sempurna pada Pertempuran Kalka. Serangan pertama bangsa Mongol ke Eropa itu dianggap sebagai salah satu serangan paling penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Eropa.

8. Pertempuran Danau Trasimene



Pertempuran Danau Trasimene adalah pertempuran besar di Danau Trasimene antara Hannibal dan Kartago (Tunisia) melawan pasukan Romawi yang dipimpin oleh Gaius Flamingo eh Flaminius pada 21 Juni 217 SM (Perang Punisia II). Perang Punisia adalah perang antara bangsa Roma, Italia dan Kartago, Tunisia.

Pada Juni 217 SM, Hannibal memimpin anak buahnya ke selatan melalui Italia menuju Roma sebelum tiba-tiba berbelok ke timur menuju lembah Danau Trasimene. Dia melakukan ini di depan umum pasukan Romawi yang mengejar 30.000 tentara yang dipimpin oleh Konsul Gayus Flaminius.

Para penjajah Afrika Utara kemudian menggunakan penutup kegelapan untuk menyembunyikan posisi mereka di lereng bukit berhutan tepat di atas tepi utara danau. Mereka juga menyalakan ratusan api di kejauhan, menciptakan kesan bahwa mereka berkemah lebih jauh. (Lihat grafis: Truk Monster Pembawa Rudal Raksasa Milik Korea Utara)

Keesokan paginya, Flaminius langsung terjun ke dalam perangkap, tidak melakukan pengintaian. Kesalahan itu terbukti membawa bencana. Atas sinyal Hannibal, pasukan tersembunyi itu segera bertindak, menjepit legiun yang tidak curiga di danau. Lebih dari separuh orang Romawi terbunuh, termasuk Flaminius.

Sumber: www.toptenz.net
(poe)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More