Demonstran Serbu Penjara, Bebaskan Mantan Presiden Kyrgyzstan yang Korupsi
Selasa, 06 Oktober 2020 - 10:54 WIB
BISHKEK - Para demonstran di Kyrgyzstan menyerbu sebuah penjara dan membebaskan mantan presiden Almazbek Atambayev , Selasa (6/10/2020). Mantan presiden yang dipenjara atas tuduhan korupsi itu dibebaskan setelah massa demonstran menekan Komite Negara untuk Keamanan Nasional dalam sebuah pembicaraan.
Sebelumnya, seperti dikutip RIA Novosti, pengunjuk rasa—yang menentang hasil pemilihan parlemen—berhasil merebut gedung yang dikenal sebagai Gedung Putih. Gedung itu menampung administrasi presiden dan parlemen.
Atambayev yang pernah menjadi presiden Kyrgyzstan pada 2011-2017, ditahan pada 8 Agustus 2019. Dia didakwa menggunakan kekerasan terhadap aparat penegak hukum, mengorganisir kerusuhan massal, pembunuhan dan percobaan pembunuhan, penyanderaan, pembebasan bos kejahatan secara ilegal dan kejahatan lainnya, termasuk korupsi. Atambayev membantah semua tuduhan terhadapnya sebagai tuduhan bermotif politik. (Baca: Dramatis, Pasukan Khusus Hendak Tangkap Eks Presiden Kyrgyzstan )
Atambayev dibebaskan dari penjara pusat di Bishkek sekitar pukul 04.30 waktu setempat. Sebelumnya, putranya Kadyr Atambayev berada di depan kerumunan yang menyerbu Gedung Putih.
Dia diharapkan untuk bergabung dengan kerumunan yang berkemah di Ala-Too Square Bishkek, menyerukan pembatalan pemilihan parlemen yang telah berlangsung akhir pekan lalu.
Demonstran turun ke jalan-jalan di Bishkek pada hari Senin, mengecam pemilihan parlemen sebagai penipuan dan menuduh Presiden Sooronbay Jeenbekov melakukan pembelian suara dan intimidasi. (Baca: Azerbaijan: Jika Ingin Gencatan Senjata, Armenia Harus Minta Maaf )
Menurut hasil resmi, hanya empat dari 16 partai yang lolos dari ambang batas untuk masuk parlemen negara. Jumlah suara tertinggi jatuh ke Birimdik (Persatuan), partainya adik presiden Asylbek.
Jeenbekov berkuasa pada 2017 sebagai penerus pilihan Atambayev, tetapi dengan cepat berselisih dengan mentornya. Atambayev ditangkap pada Agustus 2019 setelah penggerebekan berdarah di tanah miliknya di desa Koi-Tash yang mengakibatkan kematian seorang petugas keamanan.
Setahun kemudian, Atambayev dijatuhi hukuman 11 tahun penjara karena korupsi, dan berada di penjara menunggu persidangan atas tuduhan lainnya.
Kyrgyzstan adalah negara Asia Tengah yang memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991, setelah pembubaran Uni Soviet. Kerusuhan hari Senin adalah yang ketiga kalinya sejak 2005, di mana para pengunjuk rasa menuntut perubahan rezim. (Baca juga: Azerbaijan Rayakan Mundurnya Sebagian Pasukan Pro-Armenia di Nagorno-Karabakh )
Presiden pertamanya, Askar Akayev, digulingkan dalam "Revolusi Tulip" setelah hampir 15 tahun berkuasa. Penggantinya, Kurmanbek Bakiyev, meninggalkan negara itu lima tahun kemudian.
Roza Otunbayeva, presiden wanita pertama Kyrgyzstan, mengambil alih dari Bakiyev pada bulan April 2010, tetapi dilarang mencalonkan diri pada pemilu 2011.
Sebelumnya, seperti dikutip RIA Novosti, pengunjuk rasa—yang menentang hasil pemilihan parlemen—berhasil merebut gedung yang dikenal sebagai Gedung Putih. Gedung itu menampung administrasi presiden dan parlemen.
Atambayev yang pernah menjadi presiden Kyrgyzstan pada 2011-2017, ditahan pada 8 Agustus 2019. Dia didakwa menggunakan kekerasan terhadap aparat penegak hukum, mengorganisir kerusuhan massal, pembunuhan dan percobaan pembunuhan, penyanderaan, pembebasan bos kejahatan secara ilegal dan kejahatan lainnya, termasuk korupsi. Atambayev membantah semua tuduhan terhadapnya sebagai tuduhan bermotif politik. (Baca: Dramatis, Pasukan Khusus Hendak Tangkap Eks Presiden Kyrgyzstan )
Atambayev dibebaskan dari penjara pusat di Bishkek sekitar pukul 04.30 waktu setempat. Sebelumnya, putranya Kadyr Atambayev berada di depan kerumunan yang menyerbu Gedung Putih.
Dia diharapkan untuk bergabung dengan kerumunan yang berkemah di Ala-Too Square Bishkek, menyerukan pembatalan pemilihan parlemen yang telah berlangsung akhir pekan lalu.
Demonstran turun ke jalan-jalan di Bishkek pada hari Senin, mengecam pemilihan parlemen sebagai penipuan dan menuduh Presiden Sooronbay Jeenbekov melakukan pembelian suara dan intimidasi. (Baca: Azerbaijan: Jika Ingin Gencatan Senjata, Armenia Harus Minta Maaf )
Menurut hasil resmi, hanya empat dari 16 partai yang lolos dari ambang batas untuk masuk parlemen negara. Jumlah suara tertinggi jatuh ke Birimdik (Persatuan), partainya adik presiden Asylbek.
Jeenbekov berkuasa pada 2017 sebagai penerus pilihan Atambayev, tetapi dengan cepat berselisih dengan mentornya. Atambayev ditangkap pada Agustus 2019 setelah penggerebekan berdarah di tanah miliknya di desa Koi-Tash yang mengakibatkan kematian seorang petugas keamanan.
Setahun kemudian, Atambayev dijatuhi hukuman 11 tahun penjara karena korupsi, dan berada di penjara menunggu persidangan atas tuduhan lainnya.
Kyrgyzstan adalah negara Asia Tengah yang memperoleh kemerdekaan pada tahun 1991, setelah pembubaran Uni Soviet. Kerusuhan hari Senin adalah yang ketiga kalinya sejak 2005, di mana para pengunjuk rasa menuntut perubahan rezim. (Baca juga: Azerbaijan Rayakan Mundurnya Sebagian Pasukan Pro-Armenia di Nagorno-Karabakh )
Presiden pertamanya, Askar Akayev, digulingkan dalam "Revolusi Tulip" setelah hampir 15 tahun berkuasa. Penggantinya, Kurmanbek Bakiyev, meninggalkan negara itu lima tahun kemudian.
Roza Otunbayeva, presiden wanita pertama Kyrgyzstan, mengambil alih dari Bakiyev pada bulan April 2010, tetapi dilarang mencalonkan diri pada pemilu 2011.
(min)
tulis komentar anda